Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TUNGGU AKU
"Vi, aku akan mengantarmu lebih dulu ya," ucap William.
"Maksudmu?"
"Iya, aku akan mengantarmu pulang, setelah itu baru aku pulang bersama Kimberly."
"Kenapa tidak mengantarnya dulu? Setelah itu baru mengantarku," ucap Viera dengan nada manja.
"Rumahku bersebelahan dengan Kimberly. Jadi akan lebih mudah jika aku mengantarmu lebih dulu."
Viera akhirnya menyetujui keputusan William. Ia tak ingin William melihatnya sebagai gadis pemaksa, tentu tak akan bagus untuk imej nya di depan William.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Sesekali William melihat ke arah spion tengah untuk melihat keadaan Kimberly. Ia sangat khawatir terjadi sesuatu dengan sahabatnya itu karena sikapnya yang tidak seperti biasa. Hal itu tidak luput dari perhatian Viera.
"Sudah sampai," ucap William memecah lamunan Viera.
Viera melepaskan seatbeltnya, kemudian ingin membuka pintu. Sesaat William meraih pergelangan tangannya, "Aku akan meneleponmu."
Viera tersenyum dan menganggukkan kepala. Kemudian ia turun dari mobil William dan segera membuka pintu pagar rumahnya.
Melihat Kimberly yang hanya diam melamun, William tiba tiba saja membunyikan klakson. Kimberly yang diam langsung kaget, "Ada apa, ada apa?" ucapnya panik.
William tertawa melihatnya, "Ayo pindah ke depan. Apa kamu akan membuatku menjadi supirmu?"
"Apakah boleh?" ucap Kimberly sambil memamerkan deretan giginya.
"Tentu saja .... TIDAK!!" Mereka berdua tertawa. Dari balik pagar, Viera masih bisa memperhatikan tingkah William dan Kimberly. Ia pun mengepalkan tangannya.
Kimberly sangat senang sekarang, saat ia bisa berduaan seperti dulu dengan William. William menjalankan mobilnya, menuju ke suatu tempat.
"Kita mau kemana? Ini kan bukan arah pulang," tanya Kimberly.
"Bukankah kamu mau makan es krim?"
"Es krim?" mata Kimberly langsung berbinar, membuat hati William juga bahagia.
Mereka terus bercanda di dalam mobil, sampai akhirnya mereka tiba di sebuah kedai es krim yang menyajikan beberapa jenis rasa es krim. Kimberly memilih 2 rasa es krim dengan roti sebagai pelengkapnya.
"Ahhh, ini enak sekali," ucap Kimberly sambil melahap es krim miliknya.
"Apa kamu senang?" tanya William.
"Tentu saja aku senang. Kamu tahu kan aku sangat menyukai es krim. Tidak ada yang bisa mengalahkan kelezatan es krim," Kimberly kembali melahap es krim tanpa menghiraukan rasa dingin.
"Ayo kita foto dulu," ucap William sambil mengambil foto mereka berdua.
"Kirimkan padaku juga," ucap Kimberly.
William langsung memposting foto tersebut di akun media sosial miliknya dengan caption 'My silly little girl with her ice cream'.
William menyentuh punggung tangan Kimberly, "Kim, kalau kamu sedang ada masalah, ceritalah padaku. Bukankah aku ini sahabatmu, huh?!"
"Ya, kamu memang sahabatku. Tapi masalah hati tidak akan mungkin aku menceritakannya padamu," batin Kimberly.
"Hmm, aku tidak apa apa. Aku hanya lelah. Kamu lihat tanganku, sampai begini gara gara kebanyakan nulis semalaman," Kimberly menunjukkan tangannya yang agak sedikit membentuk bekas pulpen.
"Tadinya semalam aku ingin ke rumah untuk membantu, tapi aku ketiduran," William menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Itu mah kamu emang sengaja," gerutu Kimberly kesal, "Tapi tidak apa, semalam juga aku tidak sendirian kok."
"Kamu sama siapa?" William mendekatkan tubuhnya ingin tahu.
Tiba tiba saja Kimberly merasa aneh berdekatan dengan William. Biasanya tidak masalah, tapi kini ia merasa sedikit grogi dan malu.
"Rahasia," ucap Kimberly.
"Kamu tidak mau bercerita padaku? Siapa tahu aku bisa memberi nasehat padamu. Apa jangan jangan dia menyukaimu?" William terus saja melemparkan berbagai pertanyaan, sementara Kimberly terus melahap habis es krim yang ada di hadapannya.
"Seorang penyanyi," jawab Kimberly.
"Jadi semalaman kamu ditemani dengan lagu ya? Ya ampun Kim, aku kira ada yang datang ke rumahmu malam malam."
"Kamu kira aku gila? Bisa bisa Papiku tidak mengijinkanku kuliah lagi, tapi langsung menikahkanku."
William tertawa mendengar penuturan Kimberly, "Aku senang bersamamu, bisa tertawa lepas."
"Oya, aku belum bertanya. Dimana kamu mengenal Viera?" Awalnya Kimberly tak ingin menyebut nama orang lain, tapi ia juga penasaran.
"Aku bertemu dengannya saat pulang setelah bertemu dengan Jeremy. Aku mengantarkannya ke rumah sakit karena ia terlihat buru buru sekali. Ternyata Mamanya sedang dirawat di rumah sakit, dan saat itu adalah jadwal operasinya."
"Ouuu ...." bibir Kimberly membentuk huruf O dengan cukup besar.
"O ... o ... o ... bulet," William mengatupkan mulut Kimberly dengan mencubit bagian atas dan bagian bawah.
"Aduhh!!" Kimberly memegang bibirnya, "Awas nanti bibir seksi aku berubah jadi nggak seksi lagi. Aku minta uang sama kamu buat operasi bibir."
"Tidak perlu. Kamu tinggal minta Om Alan buat mengoperasi bibirmu."
"Papiku itu Dokter Jantung, bukan dokter kecantikan," Kimberly semakin kesal karena merasa digoda oleh William.
"Siapa tahu bibirmu seksi trus bisa kedut kedut kayak jantung gitu," William kini tertawa terbahak bahak sambil membayangkan hal tersebut.
Kimberly langsung memukul bahunya, "Ayo pulang sekarang. Bisa bisa kita diusir karena dari tadi semua orang jadi memperhatikan kita gara gara kamu berisik." Ia pun berjalan keluar.
"Tunggu aku, Kim!"