Namanya adalah Haidee Tsabina, wanita cantik dengan hijabnya yang merupakan istri seorang Ibrahim Rubino Hebi. Kehidupan keluarga mereka sangat harmonis. Ditambah dengan seorang anak kecil buah cinta mereka yaitu Albarra Gavino Hebi
Tapi semua berubah karena sebuah kesalahpahaman dan egois yang tinggi. Rumah tangga yang tadinya harmonis berubah menjadi luka dan air mata.
Sanggupkah Haidee dan Ibra mempertahankan keluarga kecil mereka ditengah banyaknya rintangan dan ujian yang harus mereka hadapi? Atau mereka akan menyerah pada takdir dan saling melepaskan? Yuk baca kisahnya.
Follow Ig author @nonamarwa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Marwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa
🌹HAPPY READING🌹
Braakk
Suara pintu terbuka secara kasar berhasil mengalihkan pandangan Al dan Dee. Al yang melihat Ibra berdiri didepan pintu langsung berlari kearah Ibra.
"Al, nonton TV dulu ya dibawah. Abi mau bicara sebentar sama Umi", ucap Ibra menenangkan saat Al berada di gendongannya.
Al mengangguk dan turun dari gendongan Ibra. Saat dirasa Al sudah keluar, Ibra menutup pintu kamar Al dan berjalan kearah Dee.
Dee yang melihat tatapan nyala suaminya hanya menunduk takut.
"Sudah aku peringatkan jangan dekati Al," ucap Ibra memperingati Dee.
"Adek hanya merindukan Al mas. Apa salah jika adek memeluk anak adek sendiri", Dee berusaha untuk membela dirinya.
"Memang tidak ada yang salah jika seorang Ibu memeluk anaknya. Tapi kau wanita jahat berwujud malaikat yang sialnya adalah ibu dari anakku. Bahkan anjing saja lebih baik dari dirimu", teriak Ibra meluapkan emosi yang sedari tadi ia tahan kepada Dee.
Sakit, perih, sesak, itu lah yang dirasakan Dee mendengar setiap ucapan yang keluar dari mulut suaminya. Jika tau akan seperti ini, maka Dee akan memilih mati dalam penjara daripada harus hidup seperti ini.
"Aku mengizinkanmu kembali ke rumah ini karena kau masih berstatus sebagai istri ku. Aku masih menghargai dirimu karena sialnya rasa cintaku padamu masih ada disini," ucap Ibra sedikit tenang menunjuk kearah dada sebelah kirinya. "Tapi aku mohon jangan menganggu kenyamanan di rumah ini, terutama Al. Dia masih terlalu kecil untuk menerima kenyataan bahwa ibunya adalah mantan seorang narapidana," sambung Ibra.
Mendengar ucapan suaminya membuat Dee terdiam sambil tetap memandangi wajah lelaki yang selalu menjadi semangatnya.
"Adek pulang kemari karena memang mas dan Al adalah tempat untuk adek kembali. Tempat adek mengadu dan berbagi. Kalian adalah keluarga adek," ucap Dee bergetar menahan tangisnya.
"Kalau memang adek terlihat sangat menjijikan untuk mas dan Al, adek akan berusaha menghapus noda itu. Agar mata mas bisa kembali bersinar saat melihat adek, dan terimakasih karena mas menjaga cinta mas untuk adek," sambung Dee melanjutkan ucapannya.
"Berusahalah, tapi jangan salahkan aku jika nanti aku sudah muak hingga cintaku saja sudah tidak mampu lagi untuk membendung rasa benciku," ucap Ibra sambil berlalu pergi meninggalkan Dee seorang diri didalam kamar Al.
"Mas tidak akan pernah membenci adek, karena tidak ada manusia yang benci terhadap tulang rusuknya sendiri. Dan adek percaya, Tuhan akan mendengar doa dan mengiringi setiap usaha adek," ucap Dee lirih dengan air mata yang sudah tidak mampu lagi ia tahan karena melihat tatapan benci, kecewa dan juga cinta secara bersamaan di mata suaminya.
Setelah keluar dari kamar Al, Ibra dapat melihat anaknya yang sedang duduk menghadap Televisi. Tetapi pandangan Al seperti menerawang jauh. Perlahan Ibra berjalan mendekati Al.
"Al," panggil Ibra kepada Al.
Al yang tengah melamun tidak mendengar panggilan Ibra. Melihat Al yang tidak bergeming Ibra langsung mengangkat Al ke dalam gendongannya.
"Abi," ucap Al kaget karena Ibra.
Melihat wajah kaget Al membuat Ibra menerbitkan senyum di bibirnya. Sangat menggemaskan ketika melihat Al yang terkejut dengan mata membulat dan mengerjap polos. "Al ikut Abi kekantor ya! Nanti di sana Al bisa main bareng aunty Naina".
Mendengar nama Naina membuat Al senang dan tanpa ragu menganggukkan kepala semangat menyetujui Abinya.
Mendapat persetujuan Al, Ibra langsung berjalan keluar rumah sambil menggendong Al dan langsung pergi menuju kantornya.
Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seseorang yang mendengar setiap ucapan dan melihat setiap interaksi ayah dan anak itu dari lantai atas. Dee mengusap air mata yang keluar dengan punggung tangannya melihat kepergian anak dan suaminya.
Belum sembuh luka hati karena penolakan anak dan suaminya, Dee harus kembali terluka karena melihat kebahagiaan anaknya dengan wanita lain. Mendengarnya saja sudah membuat Al sangat senang apalagi jika mereka bertemu dan bermain bersama? rasanya tidak sanggup jika harus menjadi seorang Haidee Tsabina.
Mobil yang dikendarai Ibra sampai di lobi depan kantor yang sangat megah. Siap yang tidak tahu dengan Hebi's Global Group atau lebih dikenal dengan HGG Office. Perusahaan besar yang berjalan di bidang properti, entertainment dan tekstil. Ibra yang dikenal sebagai CEO turun dari mobil setelah bodyguard membukakan pintu mobilnya. Ibra berjalan mengelilingi bagian depan mobil membukakan pintu mobil yang diduduki Al.
Setelah keluar dari mobil, tampak beberapa bodyguard membungkuk hormat kepada Ibra dan Al. Ibra yang sudah terbiasa hanya cuek dan terus berjalan dengan Al yabg ada digendonganya.
Disepanjang perjalanan menuju lift keruangannya banyak tatapan memuja dan kagum dari karyawan melihat ketampanan Ayah dan anak tersebut. Tapi keduanya tampak Acuh dan cuek. Benar-benar like father like son.
"Onty Naina," panggil Al saat melihat seorang gadis cantik yang tengah duduk dibalik meja depan ruangan Ibra.
"Sayang, kau sudah datang. Aunty rindu sekali sama Al, padahal baru seminggu kita ga ketemu," ucap Naina memeluk tubuh mungil Al yang ada didepannya.
Semenjak kepulangan Dee, Naina memang sudah tidak lagi bertemu dengan Al. Naina berfikir Al pasti senang atas kepulang Dee.
"Al juga lindu sama onty. Kenapa onty ga main kelumah Al lagi? Apa onty udah ga sayang sama Al?" ucap Al sambil terus memeluk Naina erat.
"Kan dirumah sudah ada Umi, jadi Al main sama Umi yaa," bujuk Naina lembut.
"Umi Olang jahat, Al takut," ucap Al polos yang membuat Naina terkejut dan langsung menatap kearah Ibra yang membuang pandangan mendengar ucapan anaknya.
"Almain dulu diruangan Abi ya, aunty mau ngomong dulu sama Abi," ucap Naina lembut.
"Tapi nanti main sama Al, halus main lama-lama," ucap Al memberi syarat kepada Naina. Naina tersenyum dan mengangguk. Al turun dari pelukan Naina dan berlari masuk keruangan Abinya yang sudah disediakan tempat khusus untuk bermain.
Melihat Al yang sudah masuk keruangan Ibra, Naina memicingkan mata mengintimidasi Ibra, "Kau tidak memberi pengertian kepada Al mengenai Dee?" ucap Naina.
"Aku harus mengatakan apa? bahkan tanpa aku mengatakan apapun Al sudah bersikap seolah ia mengerti semuanya."
"Lalu kau hanya diam saja? tidak ada usahamu untuk membujuk Al dan memaafkan kesalahan Dee?"
"Tidak ada yang bisa dikatakan karena memang begitu kenyataannya, bahwa Ibunya seorang mantan narapidana," ucap Ibra berlalu meninggalkan Naina memasuki ruangannya.
Naina yang melihat sikap keras kepala dan ego Ibra hanya menghela napas. Susah memang meyakinkan Ibra mengenai Dee, pikirnya. Tidak mau semakin larut dengan pemikirannya Naina menyusul Ibra dan Al kedalam ruangan Ibra.
......................
Hai Teman-Teman, Terimakasi sudah mampir dan temani Dee menggapai kembali cinta suaminya yaa ,,,
Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa untuk melihat ucapan ucapan mutiara author yaa.....
tapi seruuu puas bgt bacanya
terimakasih thooor
semoga karya mu selalu d gemari
berbahagialah dee
paling buat berobat Jaka 15rb tuuh beli betadine