NovelToon NovelToon
Bintangku 2

Bintangku 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Cintapertama / Keluarga / Cintamanis
Popularitas:182
Nilai: 5
Nama Author: Sabana01

sambungan season 1,
Bintang kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan kuliahnya, tiba-tiba omanya berubah. ia menentang hubungannya dengan Bio

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam yang Tidak Memberi Tidur

Bintang memandangi layar ponselnya untuk entah keberapa kali. Sudah lewat tengah malam, tapi ia tetap duduk di tepi ranjang, gaun hitamnya masih melekat di tubuh, make up-nya sudah luntur, dan matanya bengkak karena terlalu banyak menahan tangis.

Teerak nama itu yang terus berada di layar.

Ia sudah mengirim pesan satu jam lalu.

Boleh aku jelasin? Aku mohon.

Tidak ada centang dua.

Tidak ada balasan.

Ketika akhirnya ia memberanikan diri untuk menelpon—suara operator yang dingin menyambutnya.

Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat dihubungi.

Bintang menunduk, menggigit bibir sampai terasa asin. Rasanya seluruh isi dadanya mengerut, seperti ada ruang kosong yang tiba-tiba tercipta setelah Bio pergi tanpa menoleh.

Ia melempar ponselnya ke samping bantal dan menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

“Bio....” bisiknya, suaranya pecah.

Kenapa ia pikir menyembunyikan semua itu demi kebaikan?

Kenapa ia pikir ia bisa memperbaiki tanpa melukai?

Air mata yang ia tahan sejak pulang dari restoran akhirnya tumpah lagi.

Bio tak pernah semarah ini, ya Tuhan. Ini menyedihkan.

Pintu kamarnya diketuk pelan.

“Bintang.”

Suara Oma.

Bintang mengusap wajahnya cepat-cepat. Ia menarik selimut ke pangkuan, mencoba tampak baik-baik saja.

"Iyah Oma, Masuk oma"

Oma Rosmawati membuka pintu. Wajah anggun itu tampak datar seperti biasa, tapi sorot matanya tajam—tajam yang membuat Bintang selalu merasa dinilai.

“Kamu belum tidur?” tanya Oma sambil duduk di kursi dekat ranjang.

Bintang menggeleng.

“Mencoba menghubungi Bio?”

Pertanyaan itu menusuk.

Bintang memilih diam.

Oma menarik napas panjang, lalu berkata dengan nada terlalu tenang untuk sebuah malam seperti ini:

“Lupakan Bio"

Bintang menegang.

Ia memejam sebentar, mencoba mengontrol diri.

“Oma…” suaranya serak. "Maksud Oma apa? Kenapa oma tiba-tiba seperti ini?"

Rosmawati menarik nafasnya, mencoba tenang dan duduk di tepi tempat tidur sambil menatap cucunya.

"Ini tidak tiba-tiba, oma sudah memikirkannya dari dulu. Dulu oma pikir ini hanya cinta monyet, makanya oma kirim kamu keluar negeri tapi kalian tetap saja bersama"

"Apa maksud oma?"

"Bio itu tidak jelas sisilah keturunan keluarganya, dia anak adopsi, kamu tau sendiri kalau dulu dia hanya pengamen cilik dijalanan"

"Kamu cucu satu-satunya, kamu harus dapat pasangan setara Bintang"

“Cukup Oma, Itu bukan hal yang perlu dibahas sekarang.”

“Tapi itulah kenyataannya,” potong Oma. “Keluarga Bio baik. Tapi tetap saja, dunia kalian berbeda.”

"Cukup Oma, oma kan tau bagaimana aku mencari dia dari dulu. Oma juga tau bagaimana aku berharap bertemu dia sejak 10 tahun yang lalu"

Bintang langsung menatap Oma, matanya memerah lagi.

"Oma tau, kalung itu tidak hilang. Tapi kamu berikan pada Bio kecil itu dulu untuk pengobatan kakeknya. Tapi oma diam saja, kaku bolak balik jakarta bandung mencari dia, Oma masih diam"

"Tapi sekarang oma tak akan diam lagi jika kamu berfikir untuk hidup bersama dia" jelas Rosmawati.

"Alasannya apa? Apa hanya karena kami tidak setara. Oma dulu sangat merestui hubungan kami"

Rosmawati terdiam mendengar kata itu.

"Lihat bagaimana dia bisa merajuk dan bereaksi berlebihan saat tau kamu membantu keluarganya, dia gak pantas dapatkan kamu"

“Itu bukan reaksi berlebihan. Aku yang salah,” katanya lirih. “Aku yang berbohong, bukan Bio.”

Oma mengangkat alis, seperti tidak setuju.

“Kamu melakukan itu untuk membantu keluarganya. Dan apa balasannya? Dia merajuk.”

“Bukan begitu!”

Nada Bintang naik tanpa ia sadari. Ia jarang—sangat jarang—meninggikan suara pada Oma. Tapi malam ini semuanya terasa berantakan.

“Bio bukan orang yang… yang cuma marah tanpa alasan,” lanjut Bintang dengan napas tercekat. “Dia kecewa karena aku bohongi dia selama ini, bukan karena pekerjaan papanya.”

Oma menatapnya lama, seolah mencoba menilai apakah cucunya sudah terlalu larut dalam emosi.

Lalu, kalimat yang turun seperti palu:

“Kamu harus mulai melihat masa depanmu dengan lebih realistis, Bintang.”

Bintang terdiam.

“Besok oma ada pertemuan dengan keluarga Dirgantara,” lanjut Oma santai. “Anaknya, Rafka, baru pulang dari Singapura. Usianya sebaya denganmu, matang, stabil, dan—”

“Oma!” Bintang memotongnya.

Dadanya terasa sesak.

“Aku masih sama Bio.”

Oma tersenyum tipis, dingin. “Oma rasa setelah malam ini, hubungan itu sudah selesai.”

Bintang berdiri dari ranjang, suaranya bergetar.

“Jangan bilang begitu. Oma nggak tahu apa yang aku dan Bio lewati. Kita sudah lama pacaran. Kita sayang—”

“Sayang tidak cukup untuk menjaga keluarga dan bisnis,” jawab Oma tegas.

Ada jeda panjang.

Jeda yang seakan memaksa Bintang menelan semua rasa sakitnya.

“Aku bukan anak kecil lagi,” katanya pelan tapi kuat. “Aku yang akan memilih siapa yang aku cintai.”

Oma menatapnya, kali ini lebih keras dari sebelumnya.

“Tapi kamu tetap pewaris Rosmawati Group. Dan seorang pewaris harus bijak memilih pasangan.”

Bintang ingin berteriak.

Dia ingin mengatakan bahwa Bio bukan beban, bukan risiko, bukan pilihan yang memalukan.

Tapi suaranya pecah sebelum sempat keluar.

“Oma…” ia berbisik. “Tolong… jangan seperti ini.”

Oma bangkit,

“Oma hanya ingin yang terbaik untukmu. Kamu akan mengerti suatu hari nanti.”

Setelah itu, Oma keluar, menutup pintu kamar dengan lembut—tapi suara “klik” itu terasa lebih keras daripada pintu dibanting.

Begitu sendirian, Bintang meraih ponselnya lagi.

Ia mengetik pesan, menghapusnya, mengetik lagi.

Akhirnya ia hanya menulis:

Aku nggak bisa tidur. Aku kangen kamu. Tolong balas, walau cuma satu kata.

Ia menekan send.

Lalu memeluk lutut, menatap gelap kamar, berharap getaran ponselnya membawa sedikit ketenangan.

Tapi malam pun tetap diam.

Dan Bio tetap tidak membalas.

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!