NovelToon NovelToon
Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Status: tamat
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Tamat
Popularitas:205.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Aluna Haryanti Wijaya, gadis lembut yang menikah demi menjaga kehormatan keluarga. Pernikahannya dengan Barra Pramudya, CEO muda pewaris keluarga besar, tampak sempurna di mata semua orang. Namun di balik janji suci itu, Aluna hanya merasakan dingin, sepi, dan luka. Sejak awal, hati Barra bukan miliknya. Cinta pria itu telah lebih dulu tertambat pada Miska adik tirinya sendiri. Gadis berwajah polos namun berhati licik, yang sejak kecil selalu ingin merebut apa pun yang dimiliki Aluna.

Setahun pernikahan, Aluna hanya menerima tatapan kosong dari suaminya. Hingga saat Miska kembali dari luar negeri, segalanya runtuh. Aluna akhirnya tahu kebenaran yang menghancurkan, cintanya hanyalah bayangan dari cinta Barra kepada Miska.

Akankah, Aluna bertahan demi cintanya. Atau pergi meninggalkan Barra demi melanjutkan hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Titik terakhir!

Ruang kerja Haris di kediaman Wijaya sore itu terasa sesak. Jendela besar terbuka, namun angin sore tak sanggup meredakan ketegangan di dalam ruangan. Di kursi kulit hitam, Haris duduk dengan tubuh sedikit membungkuk, wajahnya terlihat letih. Ia sudah menunggu cukup lama, dan akhirnya pintu kayu berukir itu terbuka.

Langkah sepatu berirama mantap terdengar masuk. Takahashi Hiroto, menantunya, melangkah dengan wibawa khas seorang pria yang terbiasa memimpin. Setelan jasnya tetap rapi meski hari sudah menjelang petang, sorot matanya dingin seperti permukaan danau beku.

“Taka,” sapa Haris pelan, mencoba tersenyum. “Terima kasih sudah meluangkan waktu, duduklah!”

Taka hanya mengangguk, lalu duduk di kursi hadapannya. Tangannya menyilangkan jari-jari di atas meja, tubuhnya tegap. Ia menunggu tanpa banyak basa-basi.

Haris menarik napas panjang sebelum bicara. “Kau sudah tahu, perusahaan Wijaya sedang berada di ujung tanduk. Investor pergi, saham jatuh, kontrak lepas satu per satu. Aku … aku butuh bantuanmu. Kau menantu sekaligus suami dari Aluna, cucuku Raka juga darah dari keluarga ini. Aku harap … demi keluarga, kau bisa menolong.”

Kalimat itu menggantung di udara, penuh harap. Namun, tatapan Taka tak berubah sedikit pun.

“Perusahaanmu hancur bukan karena aku, melainkan karena ulah keluargamu sendiri,” jawab Taka tenang, namun setiap katanya seperti bilah tajam.

“Aku tidak ada kewajiban menolong siapa pun di sini. Kewajibanku hanya pada istri dan anakku.”

Wajah Haris menegang. “Aku tahu … tapi Aluna, dia tetap bagian dari keluarga Wijaya. Kalau perusahaan ini runtuh, nama baik keluarga juga runtuh.”

Tatapan Taka semakin menusuk. “Nama baik? Ayah mertua … sejak kapan kalian peduli pada nama baik Aluna? Saat kalian membiarkan Miska dan ibunya menyerang, menghina, bahkan menamparnya di rumah ini, adakah kalian peduli pada kehormatannya? Saat dia dikorbankan dalam pernikahan hancur dengan Barra, adakah kalian melindunginya?”

Haris terdiam, Taka mencondongkan tubuh ke depan, suaranya lebih rendah tapi penuh tekanan.

“Dengarkan baik-baik. Aku tidak akan mengulurkan satu jari pun untuk membantu perusahaan ini, selama Miska dan Tuti masih tinggal di rumah ini. Mereka adalah racun. Dan aku tidak akan membiarkan racun itu menyentuh keluargaku lagi.”

Haris tercekat, matanya berkedip cepat, seolah mencari kata yang tepat. “Kau … kau sungguh tega berkata begitu? Mereka tetap bagian dari keluargaku.”

Taka berdiri perlahan, tubuhnya menjulang tegas. “Kalau begitu, silakan kau tenggelam bersama mereka. Aku tidak peduli. Yang jelas, aku akan selalu menjaga Aluna dan Raka ... itu adalah prioritas utamaku.”

Dia merapikan jasnya, lalu berjalan menuju pintu. Sebelum keluar, Taka sempat berhenti sejenak, menoleh sekilas.

“Kau sudah terlalu lama membiarkan orang-orang salah mengendalikan rumah ini. Dan sekarang, kau memetik hasilnya. Jangan pernah berharap aku akan menambal kebodohan yang kalian buat sendiri.”

Tanpa menunggu balasan, Taka membuka pintu dan melangkah pergi. Haris hanya bisa menatap punggung menantunya itu, matanya kosong, dadanya naik-turun. Kata-kata Taka berputar di kepalanya, menusuk lebih dalam daripada kegagalan bisnis yang sedang menjeratnya. Untuk pertama kalinya, ia sadar bahwa menantunya jauh lebih kuat daripada dirinya sendiri.

Di ruang rapat utama perusahaan Wijaya, Aluna duduk anggun dengan blazer putih, menunggu kedatangan Andra, rekan bisnis yang akan membahas kerja sama besar. Tangannya sibuk membuka berkas, sorot matanya fokus, meski jauh di lubuk hati ada rasa lelah setelah semua kekacauan di rumah.

Tiba-tiba suara ketukan sepatu berderap mendekat. Pintu terbuka, dan muncullah Miska, tersenyum sinis dengan dua wanita yang berjalan di belakangnya. Aluna menoleh sekilas, lalu kembali ke berkas, seolah kehadiran mereka hanya angin lalu.

“Masa begini caramu menyambut tamu, Aluna?” sindir Miska sambil melipat tangan di dada. “Oh, aku lupa … kau memang tidak punya kelas. Bahkan teman SMA-ku ini masih ingat siapa dirimu dulu.”

Dua wanita itu terkikik kecil, ikut memandang rendah. Namun Aluna hanya menghela napas pendek.

“Aku tidak punya waktu untuk meladeni permainan anak-anak. Silakan keluar sebelum aku memanggil keamanan.”

Miska mendengus, wajahnya memerah karena diabaikan. Dengan gerakan cepat, ia meraih cangkir kopi panas yang ada di meja lalu menyiramkannya ke arah Aluna. Cairan hitam itu memercik mengenai blazer putih Aluna, meninggalkan noda jelas.

Semua seakan berhenti sejenak. Tatapan Aluna yang tadi datar kini berubah tajam, dingin, menembus. Dia bangkit berdiri perlahan, kursi berderit ke belakang.

“Miska …” suaranya rendah, berbahaya.

Plak!

Sebelum Miska sempat mundur, tamparan keras mendarat di wajahnya. Tubuh Miska tersungkur ke lantai, terkejut, mulutnya ternganga tak percaya. Kedua temannya refleks maju, tapi Aluna lebih dulu menjambak rambut Miska, menariknya kasar hingga berdiri lagi.

“Berani sekali kau menyentuhku,” bisik Aluna tajam, lalu menekan wajah Miska ke permukaan meja rapat. Suara dentuman membuat kedua wanita lain itu terdiam ketakutan.

“Lepaskan aku! Aluna, lepaskan!” teriak Miska panik, tubuhnya meronta. Aluna menunduk, menatap lurus ke arah kedua teman Miska. Tatapannya begitu dingin, menusuk, hingga mereka berdua mundur beberapa langkah, tak berani maju lagi. “Sekali saja kalian bergerak, aku pastikan wajah kalian yang berikutnya hancur di meja ini.”

Suara Aluna membuat udara ruangan mencekam. Miska menjerit, mencoba melepaskan diri, namun Aluna justru menghempaskannya keras ke lantai. Tubuh Miska terjatuh, tersungkur, rambutnya acak-acakan, wajahnya memerah karena tamparan.

Pintu kembali terbuka. Andra masuk, langkahnya terhenti melihat pemandangan itu. Dia menatap sekilas ke arah Miska yang tergeletak, lalu beralih pada Aluna yang berdiri tegak dengan wajah penuh wibawa.

“Aluna …” Andra mengangguk singkat, seakan memahami situasi tanpa perlu penjelasan. Aluna melirik Miska yang masih meringis di lantai. Suaranya tajam, tanpa belas kasihan. “Jangan pernah bermain-main denganku lagi, Miska. Kau tidak tahu siapa yang sedang kau hadapi.”

Dengan tenang, Aluna merapikan blazer yang bernoda kopi, lalu berjalan melewati Miska tanpa menoleh lagi. Andra segera menyusul, meninggalkan Miska bersama dua temannya yang ketakutan.

Di ruang tamu kediaman Wijaya, Miska masih menahan amarah setelah ditampar dan dipermalukan oleh Aluna di depan banyak orang. Dengan wajah penuh dendam, ia menatap ibunya, Tuti.

“Ma, aku nggak peduli! Aku nggak mau lihat Aluna menang terus. Kalau perlu, tarik Raka dari rumah ini. Jangan biarkan dia dekat sama Aluna lagi!” sergah Miska dengan nada tinggi.

Tuti sempat ragu, namun demi anaknya, ia pun mengangguk. Tanpa pikir panjang, Tuti segera masuk ke kamar Raka yang sedang bermain lego.

“Ayo, Nak. Kita jalan-jalan sebentar. Nanti Mommy Aluna juga tahu kok,” ucap Tuti dengan senyum dipaksakan.

Raka menggeleng, menatap neneknya dengan curiga. “Nggak mau, Nek. Aku mau tunggu Mommy.”

Tuti menahan kesal, lalu menarik tangan kecil Raka dengan paksa. “Ayo ikut! Jangan banyak alasan!”

Raka berteriak, “Lepas! Aku mau Mommy!” tapi teriakannya tak digubris. Tubuh mungilnya digiring keluar, sementara tangisnya pecah. Pengasuh pun tak berani melawan.

Di halaman, Miska sudah menunggu dengan mobil. Dengan cepat, Raka dimasukkan ke kursi belakang. Mobil pun melaju meninggalkan rumah, meski bocah itu terus memberontak.

Di tengah perjalanan, Raka akhirnya berhasil membuka sabuk pengamannya. Saat mobil berhenti di lampu merah, ia langsung mendorong pintu dan berlari keluar.

“Raka! Jangan!” teriak Tuti, wajahnya panik. Namun, terlambat, dari arah berlawanan, sebuah mobil melaju kencang. Tubuh kecil Raka terpental ke aspal. Tuti menjerit histeris, sementara Miska menutup mulutnya dengan kedua tangan, wajahnya pucat pasi.

Namun, yang keluar dari mobil ternyata Barra. Dia membeku melihat anak kecil yang tertabrak olehnya. Begitu menyadari itu Raka, darahnya seakan berhenti mengalir.

“Raka!” teriak Barra, langsung menggendong anaknya yang terluka.

“Cepat buka jalan! Bawa dia ke rumah sakit sekarang juga!” suaranya menggelegar, panik bercampur ketakutan.

Tuti berdiri kaku, wajahnya pucat, lalu tanpa pikir panjang ia justru melarikan diri bersama Miska. Mereka meninggalkan Raka begitu saja dalam keadaan kritis.

Rumah sakit malam itu dipenuhi aroma obat yang menusuk. Barra berlari masuk sambil menggendong tubuh kecil Raka yang masih sadar, tapi penuh luka lecet di lengan dan kakinya.

“Dokter! Tolong anak saya! Cepat!” teriaknya, membuat beberapa perawat bergegas menghampiri. Raka samar-samar mendengar kata kata Barra barusan.

Raka langsung dibawa ke ruang UGD. Barra berdiri di depan pintu dengan tangan bergetar, napasnya memburu. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa kehilangan kendali. Tak lama kemudian, langkah cepat Aluna terdengar di koridor. Rambutnya sedikit berantakan karena terburu-buru, matanya langsung mencari Raka.

“Mana anakku? Mana Raka?” suaranya gemetar, penuh cemas. Melihat Aluna, Barra sontak maju.

“Kalau kamu bisa jaga anakmu, ini semua nggak akan terjadi!” suaranya keras, menuding Aluna tanpa ampun.

Aluna mendongak, menatap Barra dengan mata berkaca-kaca.

“Enam tahun aku berjuang sendirian buat Raka! Kamu? Di mana selama ini? Jangan berani-berani salahin aku!”

Ucapan itu menampar harga diri Barra. Rahangnya mengeras, namun tatapan Aluna tak kalah tegas. Suasana semakin panas, hingga seorang perawat keluar dari ruang UGD.

“Anaknya baik-baik saja, hanya luka ringan. Kami sudah tangani, sebentar lagi bisa dibawa pulang.”

Aluna menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, bahunya bergetar menahan tangis lega. Barra ikut menghembuskan napas panjang, tapi egonya masih membara.

“Kalau aku nggak kebetulan lewat, entah apa yang terjadi sama Raka,” katanya sinis.

Aluna menurunkan tangannya, menatapnya dengan dingin. “Jangan pernah merasa berjasa, Barra. Karena sejatinya, kamu yang paling banyak menyakiti kami berdua.”

Sebelum Barra sempat membalas, ponselnya berdering. Nama Kakek terpampang di layar. Dengan wajah tegang, ia mengangkatnya.

[Barra, cepat pulang. Perusahaan mulai goyah. Jangan bikin masalah makin besar,] suara Bram berat dan tegas.

Barra menggertakkan gigi, lalu menutup ponselnya. Ia menatap Raka yang sudah didorong keluar oleh perawat di kursi roda, lalu menoleh sekilas ke arah Aluna.

“Kali ini aku pergi ... tapi jangan lupa, Raka tetap anakku.”

Tanpa menunggu balasan, Barra berbalik pergi meninggalkan rumah sakit.

1
Aji Priatun
suka
RieNda EvZie
/Good//Good//Good//Good//Good/
Lina Suwanti
Barra selain ga tau diri jg egois tdk memikirkan perasaan Aluna,,menganggap Aluna seperti barang yg bisa di buang saat tdk suka n di minta kembali saat di inginkan
Arin
😭😭😭😭😭
Lina Suwanti
lah ternyata kuat jg tuan Taka selama 6 thn tdk menyentuh Aluna.....jd ulang tahun Kakek Haryanto jd MP tuan Taka n Aluna
Lina Suwanti
aduuuh.....ini Barra n Miska ga ada kapoknya ganggu Aluna,,klo dulu mungkin Aluna ga akan ada yg bela tp skrg Aluna punya tuan Taka yg pastinya sdh mengirim orang untuk mengawasi n menjaga Aluna jg Raka
Lina Suwanti
wanita masa kecil yg salah sasaran,,bodoh
Lina Suwanti
begitu lht anaknya dah bsr lsg aja mau di akui,,sebelum jd janin bilang ga mau punya anak dr Aluna......malu woiii jilat ludah sendiri
Hua Hua
kenta?? asistenya namanya beneran kenta???,, tapi bukan kenta yg itu kan?? 🤣🤣🤣
Aisyah Alfatih: Kenta yang mana Kak ayo spill 🙈😂
total 1 replies
Mira Astria
bagus alur ceritanya min..penuh dngan bombay/Cry//Cry/ dan emosi yg menggebu/Proud//Smile//Smile/
Aisyah Alfatih: Makasih kakak💕 lnjut novel baru kak💕
total 1 replies
mie_moet
makan itu rencana busuk yg halu Barra.....
penyesalan memang dtang belakangan kalau didepan namanya pendaftaran🤣🤣🤣
Mimik Pribadi
Aluna,dan Raka, sdh bahagia,kamu jngn skali2 mengharapkan mereka lgi utk kembali padamu,karna ada Taka yng sdh memberi mereka ksh syng,perlindungan,dan kebahagiaan,,,,jdi andaikata kamu memaksa pun blum tentu mereka akan bahagia hidup dngnmu,orng yng sdh memberikan luka dan kecewa,ingat Bara,,,ibarat kaca yng sdh pecah,dilem skalipun retakan itu akan terlihat selamanya.
Kamu sdh sadar kesalahanmu,maka kamu jga berhak bahagia Bara, bkn dngn Aluna tapi dngn orng lain,,,,
sweetpurple
wow
budak jambi
cih sok perduli km bara..urusi t Miska anjing mu..
budak jambi
tgg aja azab kau Miska anjing dan bara binatg demi manusia busuk Miska kau buang malaikat seperti aluna.memg binatang iblis kau Miska dan bara
Mimik Pribadi
Menurutku itu permintaan konyol,,,Barra membuang Aluna,lalu Taka mengambilnya,memberinya kehormatan,perlindungan jga ksh syang,lalu skrng dngn tidak tau malunya Barra meminta kembali Aluna,,,,sama saja diksh hati mlh minta jantung si Barra,jngn smpe saja Taka mengabulkan permintaan itu demi janjinya sebagai laki2 sejati yng berkata "mau mengabulkan permintaan apapun',,,😏
Dan andaikata Aluna menerima permintaan Taka supaya dia kembali lgi sm Barra ,"Yaaa,,,Terrlaaaluuu!!,,,,kasian Taka donk!! 😭😭
Mimik Pribadi
Jngn smpe cinta Taka meragu gegara mereka bicara berdua ky gitu
Mimik Pribadi
Dlu Aluna ditolak,tidak dianggap,tidak mendptkan stts selayaknya seorng istri,dan dicampakkan,lalu didpn matanya Barra lbih meratukan adik tirinya dan itu sengaja.

Skrng stlh 6thn mantan istrinya di Ratukan oleh Taka,dan anaknya sendiri tidak memanggil dia Ayahnya,dan lbih menganggap Taka Ayahnya,,,,,,puas apa puas readers??? Puas bngt laaahh 🤗🤗🤗
Mimik Pribadi
Taka 6thn dngn sabar nunggu Aluna menyerahkan diri,dia memberi perlindungan,kasih sayang jga kehormatan buat Aluna,dia pantas diksh apresiasi y Lun,,,akhirnya kamu luluh jga 😍
Angga Gati
🥰🥰🥰🥰👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!