menceritakan tentang kisah dyah suhita, yang ketika neneknya meninggal tidak ada satupun warga yang mau membantu memakamkannya.
hingga akhirnya dyah rela memakamkan jasad neneknya itu sendirian, menggendong, mengkafani, hingga menguburkan neneknya dyah melakukan itu semua seorang diri.
tidak lama setelah kematian neneknya dyah yaitu nenek saroh, kematian satu persatu warga desa dengan teror nenek minta gendong pun terjadi!
semua warga menuduh dyah pelakunya, namun dyah sendiri tidak pernah mengakui perbuatannya.
"sudah berapa kali aku bilang, bukan aku yang membunuh mereka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
transformasi dyah
"Bu-- bu bo-- bolek ndak kalau dyah pergi ke kota saja. Atau asingkan dyah di tengah hutan, ndak apa. Asal dyah jauh dari sini." Ucap dyah sesenggukan.
"Istighfar nduk, gak baik bicara seperti itu. Kamu lahir di sini, kamu juga harus besar di sini. Mau pergi ke mana kamu? Ke kota? Di kota gak sebaik apa yang kamu pikirkan. Ndak punya kemampuan atau kenalan di sana, ndak bisa hidup nduk. Kalau di tengah hutan banyak hewan buas." Ucap aminah, ia merasa sedikit cemas dengan ucapan dyah. Jelas dia sangat tertekan, sampai dia berpikir untuk pergi.
***
Waktu berjalan cepat... Malam sudah semakin larut, berulang kali rizky mencoba untuk memejamkan matanya, tetapi ia sama sekali tidak bisa.
Terngiang selalu di fikiran rizky, tentang apa yang bapaknya katakan tadi.
"Apa aku masih sangat mencintai dyah? Meski aku sebenarnya akan menikah dengan siska. Tapi bagaimana caraku mengatakan hal ini kepada semua orang. Apakah mereka akan mengerti dengan perasaanku, bagaimana jika itu justru malah memperburuk pandangan orang orang kepada dyah? Ya Allah berikanlah aku petunjuk." Batin rizky.
Rizky menenggelamkan wajahnya di antara bantal dan guling. Merasa frustasi atas segala perasaannya.
"Apakah aku harus buktikan terlebih dahulu, kalau dyah itu bukan pelakunya? Supaya nanti kalau aku mengungkapkan perasaan ini warga tak akan menyudutkan dyah lagi." Batin rizky, terbesit sebuah ide di otak rizky.
Rizky memutuskan apakah benar dyah yang melakukan semua itu, seperti halnya yang di katakan warga.
"Aku tidak boleh tertidur, malam ini aku harus terjaga, aku harus cari tahu kemanakah dyah pergi malam malam. Semua ini harus aku buktikan sendiri."
Rizky memutuskan untuk terjaga malam ini. Dia ingin membuntuti dyah, apabila ia benar benar keluar rumah malam malam.
Beberapa jam terlewati......
Angin malam yang berhembus lirih, menerbangan gorden jendela yang menutupi celah lubang kamar rizky.
Berkali kali ia menguap, menahan kantuk yang mulai merayap. Sekuat tenaga rizky mencoba untuk tidak tidur.
Dentingan jam terus berlalu, hingga pukul satu malam, rizky sama sekali tak menemukan tanda tanda adanya pergerakan dari luar.
Hanya suara hewan malam saja yang semakin menjadi-jadi. Burung hantu dan jangkrik saling bersahutan di luar sana. Menandakan kalau dini hari akan segera datang. Menggantikan malam yang mencekam dengan segala kengerian.
"Ini kenapa senyap terus ya? Dyah gak keluar lagi kayaknya. Apa benar kemarin aku hanya bermimpi? Sebenarnya dyah memang tak pernah pergi kemana mana.." rizky mulai ragu. Dia tak tahan dengan kantuk yang memaksa matanya terpejam.
"Ya sudahlah, aku tidur saja!"
Dia beranjak dari kursi ke arah ranjang yang seolah olah melambai menunggu rizky.
Krieet!
Siapa sangka terdengar suara pintu terbuka. Membuat rizky yang baru saja memejamkan mata langsung terjaga.
Ia menajamkan pendengarannya untuk memastikan apa yang dia dengar barusan tidaklah salah.
Tuk.... tuk... tuk...
Terdengar suara langkah kaki melewati kamarnya, membuat rizky perlahan lahan turun dari ranjang dan mengendap endap mendekati kamarnya.
Rizky menarik nafas dalam, sebelum tanganya mulai memegangi knop pintu.
"Bismillah, semoga aku malam ini mengetahui sesuatu, yang meyakinkan hatiku untuk memilih kamu dyah. Aku harus bisa menerima apapun yang nanti akan aku lihat.."
Tangan rizky memutar knop pintu secara perlahan lahan, hingga menampakan pemandangan di hadapannya.
Wajah rizky begitu terkejut, hingga bibirnya menganga lebar dan tubuhnya bergetar. Keringat dingin membasahi dirinya hingga terosorot lampu ruangan utama.
"Astagfirullah apa itu tadi? Besar sekali!" Batin rizky yang kembali masuk ke dalam kamar.
Terlihat sosok besar tinggi dengan mata merah menyala berdiri di pojok ruangan. Rizky menarik nafas dalam dalam, ia sudah bertekad untuk mengikuti dyah malam ini.
Secara perlahan rizky kembali mengintip keluar, sosok besar nan tinggi itu sudah tidak ada.
Rizky keluar kamar melihat ke arah pintu utama yang masih tertutup rapat. Tidak ada pergerakan orang keluar dari sana.
Dia kembali melihat ke kanan dan kekiri, mencari sumber suara dari pintu yang tadi terbuka. Jelas sekali dia tadi mendengar suara pintu terbuka.
"Siapa yang membuka pintu ya? Dan pintu yang mana?" Tanya rizky dalam hati, pada dirinya sendiri.
Matanya sibuk mengedar, namun tidak menemukan adanya orang keluar rumah.
Tepat di saat ia ingin kembali masuk ke dalam kamar, bayangan seseorang melesat melintasi cepat dari balik jendela utama, membuat rizky terjingkat.
Rizky teridam beberapa saat, kemudian ia mendekati pintu utama untuk melihat siapakah yang baru saja berlalu.
Ceklek!
Mata rizky membulat. Lagi lagi ia melihat dyah keluar rumah dengan baju putih yang biasa dia pakai.
Dia terlihat mempercepat jalannya, membuat rizky dengan cekatan menutup pintu dan membuntuti dyah.
"Kamu mau kemana sih dyah? Malam malam begini keluyuran!" Batin rizky cemas.
Dia terus membuntuti dyah, menyusuri jalan sepi nan gelap. Suara hewan langsung terhenti, seakan menyaksikan sesuatu yang membuat mereka terdiam.
Di tengah kegelapan itulah rizky sedikit kebingungan, dyah adalah gadis yang takut akan kegelapan. Jarang sekali dia mau keluar malam, kalau bukan dalam keadaan terdesak. Tetapi kali ini dyah tampak berjalan santai di tengah gelapnya jalanan.
Hingga rizky menyadari kemana arah dyah berjalan. Langkah kaki rizky berhenti beberapa detik.
"Ini rumah uwak yanto kan? Ngapain dyah ke sini?" Tanya rizky dalam hati pada dirinya sendiri.
Rizky bertanya tanya pada dirinya sendiri, sebab dyah tampak menggenggam erat sebilah belati, dan langkah kakinya saja tampak tergesa gesa.
Tetapi saat dyah tepat akan melewati pohon depan rumah yanto, tiba tiba langkahnya terhenti. matanya melotot marah dengan tangan yang terkepal erat, membuat rizky bergegas bersembunyi di balik pohon pinggir jalan.
"Aaaarrrgghhh! Dasar iblis! Lihat saja nanti!" Teriak dyah dengan suara yang persis seperti suara dyah. Matanya berubah menjadi putih polos, wajahnya sedikit berubah. Mengelupas kehitaman, bibirnya mengeluarkan lendir yang menetes mengenai baju putihnya.
Rizky termenung, menatap dyah yang benar benar aneh. Ia membekap mulutnya sendiri, menahan agar tidak berteriak.
"Ya Allah dyah kenapa?" Batin rizky.
Dyah menggeliat seperti seseorang yang kepanasan. Berkali kali dia menjambak kasar rambutnya sendiri, dengan tangan yang tiba-tiba mengeluarkan kuku hitam panjang.
"Ini yang kesekian kalinya kau berlindung di balik iblis iblismu! Lihat saja nanti yanto kau akan mendapat ganjaran!" Teriak dyah dengan kondisi tubuh yang berubah menjadi sangat mengerikan.
"Kenapa dyah berubah seperti ini? Mengerikan sekali!"
Tidak sampai di situ perubahan dyah, 2 taring bagian atas dan 2 taring bagian bawah tiba-tiba memanjang di mulut dyah Rambut dyah acak acakan.