Alana Adhisty dan Darel Arya adalah dua siswa terpintar di SMA Angkasa yang selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik. Alana, gadis ambisius yang tak pernah kalah, merasa dunianya jungkir balik ketika Darel akhirnya merebut posisi peringkat satu darinya. Persaingan mereka semakin memanas ketika keduanya dipaksa bekerja sama dalam sebuah proyek sekolah.
Di balik gengsi dan sikap saling menantang, Alana mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam hubungannya dengan Darel. Apakah ini masih tentang persaingan, atau ada perasaan lain yang diam-diam tumbuh di antara mereka?
Saat gengsi bertarung dengan cinta, siapa yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my pinkys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demam dan bunda
Sore hari nya Alana masih beristirahat di kamar Darel. Demamnya sudah mulai mereda, tetapi tubuhnya masih terasa sedikit lemas. Mommy Liliana yang sejak pagi menemaninya kini meninggalkan kamar karena ada urusan dengan para pelayan dan sudah ada Darel yang menemani Alana.
Sementara itu, Darel tengah duduk di kasur samping Alana berbaring, duduk di kasur dengan ponsel di tangan. Ia baru saja selesai menghubungi bawahannya untuk menanyakan perkembangan pencarian ibu dan kakak Alana. Namun, belum ada informasi yang pasti.
Darel menghela napas. Ia tidak suka menunggu, tetapi kali ini ia harus bersabar.
Tuk!
Tuk!
Terdengar ketukan di pintu kamarnya.
“Tuan Muda, ada teman-teman Anda yang datang,” ujar suara seorang pelayan dari luar.
Darel mengerutkan kening. “Siapa?”
“Mereka memperkenalkan diri sebagai Tuan Andra, Juno, dan Rio.”
Mendengar itu, Darel langsung bangkit dari duduk nya.lalu menatap Alana yang masih terpejam, tidak apa-apa jika Ia tinggal sebentar kan'pikir Darel', Lagi pula ia juga tak menyangka teman-teman datang ke mansion tanpa memberitahu diri nya. Tanpa membuang waktu, ia berjalan keluar kamar dan menuju ruang tamu.
Saat tiba di sana, ia menemukan tiga sahabatnya tengah duduk santai di sofa. Andra, Juno, dan Kavin tengah menunggu dirinya.
“Kalian ngapain ke sini?” tanya Darel langsung, suaranya terdengar datar tetapi penuh rasa ingin tahu.
Andra menyeringai. “Sialan lo, Darel. Sambutan apa ini, di kasih minum atau makan kek,. Nggak boleh ya kita main ke rumah lo?”
Juno tertawa kecil. “Kita cuma mau main aja bos"
Rio yang biasanya lebih pendiam, ikut bicara. "Iya, nih bos, akhir-akhir ini gue liat lo sibuk, jarang ada waktu buat ke markas"
Darel duduk di kursi berhadapan dengan mereka. “Gue baik-baik aja. Cuma ada urusan yang harus diselesaikan.”
Andra memperhatikan sekeliling ruangan, lalu mengangkat alis. “Rumah lo besar banget, ya. Gue baru pertama kali ke sini.”
Juno ikut mengangguk. “Sama. Biasanya kalau mau ketemu kamu, kita langsung di luar.”
Darel hanya mengangkat bahu. Ia memang tidak sering membawa teman-temannya ke mansion, karena ia bukan tipe yang suka berbagi kehidupan pribadinya.
Namun, sebelum Darel bisa menjawab, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari arah tangga. Semua kepala langsung menoleh ke arah sumber suara.
Alana.
Gadis itu turun dari lantai atas dengan langkah pelan. Wajahnya masih terlihat sedikit pucat, tetapi ia sudah merasa lebih baik. Saat menyadari ada orang lain di ruang tamu selain Darel, ia sedikit terkejut.
Darel segera berdiri dan berjalan mendekatinya. “Kenapa turun? Kamu masih harus istirahat.”
Alana tersenyum tipis. “Aku sudah lebih baik., aku haus.”
Andra, Juno, dan Rio saling bertukar pandang sebelum akhirnya Andra membuka suara. “Darel… lo sama Alana?”
Darel menatap Alana sebentar sebelum kembali menoleh ke teman-temannya. Tanpa ragu, ia berkata, “Kita pacaran.”
Sekali lagi, ruangan itu menjadi hening.
Andra membelalakkan mata. “Tunggu… pacar?”
Juno terlihat terkejut, sementara Rio menatap Darel penuh selidik.
“Seriusan, Darel?” tanya Juno, memastikan dirinya tidak salah dengar.
Darel mengangguk santai. “Ya.Gue serius.”
Andra menatap Alana dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu. “Alana… lo beneran pacaran sama bos"
Alana mengangguk pelan. “Iya.”
Rio akhirnya membuka mulut. “Tapi selama ini Darel nggak pernah keliatan dekat dengan cewek manapun di sekolah.Terus kalian suka ribut di sekolah”
Juno ikut menambahkan, “Iya. Ini first kalinya gue dengar Darel punya pacar.”
Darel tetap tenang menghadapi reaksi teman-temannya. Ia sudah menduga mereka akan terkejut, mengingat selama ini ia memang tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada siapa pun di sekolah.
“Lalu… sejak kapan kalian pacaran?” tanya Andra, masih terlihat penasaran.
Darel menatap Alana sebelum menjawab, “Belum lama.”
Andra semakin antusias. “Gila, gue masih nggak percaya. Darel, si dingin dan ketua geng kita, akhirnya punya pacar?”
Juno tertawa kecil. “Gue juga nggak nyangka. Tapi kalian terlihat cocok.”
Alana tersenyum tipis. “Terima kasih.”
Sementara itu, Rio masih menatap mereka dengan mata menyipit, lalu memulai drama. “Gue nggak tahu kenapa, tapi aku sakit hati ternyata Alana, pujaan hatiku sudah ada pacar.”
Darel hanya menyeringai. “Banyak drama lo, Rio.”
Pembicaraan mereka terus berlanjut, dan perlahan suasana menjadi lebih santai. Andra, Juno, dan Rio mulai menerima kenyataan bahwa Darel benar-benar sudah memiliki pacar.
Mereka bercanda dan mengobrol tentang berbagai hal, tetapi di balik semua itu, ada sesuatu dalam pikiran Andra dan Rio.
Bisa-bisa nya si bos kutub mereka jadi pacar saingan nya di sekolah?
Jangan-jangan Alana sudah di pelet sama Darel
biar jadi pacar nya!
Itulah pemikiran Andra dan Rio yang terheran-heran sebenarnya sama bos mereka yang sedingin kutub itu tiba-tiba pacaran dengan Alana.
___
Saat pagi hari tubuh Alana masih terasa lemas, tapi keinginannya untuk bertemu ibunya semakin kuat. Ia tidak bisa terus berdiam diri.Darel semalam berjanji akan mengantarkan dirinya pada ibu nya.
“Darel, kapan kita bertemu ibu ku,” kata Alana dengan suara lirih saat mereka sarapan bersama Liliana di ruang makan.
Liliana yang baru saja menyesap tehnya menatap Alana dengan lembut. “Sayang, kamu yakin sudah sembuh?,kalo masih lemas istirahat saja dulu”
Liliana mengetahui tentang bahwa Alana merupakan anak dari sahabat nya yang sudah di cari-cari oleh sahabat nya, karna Darel yang memberitahu nya jadi semalam Mommy Liliana menghubungi Eleanor sahabat nya untuk memberitahu tempat tinggal nya.
Alana mengangguk mantap. “Alana sudah mendingan kok Mom, Alana pengin ketemu ibu.”
Darel menatap Alana tajam sebelum akhirnya berkata, “Aku akan mengantar mu.”
Liliana meletakkan sendoknya dengan hati-hati. “Kamu yakin Darel, sekolah kamu bagaimana? "
Sebelum Darel menjawab pertanyaan sang Mommy, Daddy Atharrazka sudah berbicara terlebih dahulu.
"Biar Darel menemani Alana,lagi pula sekolah hari ini ada rapat jadi pulang cepat" kata Daddy Atharrazka.
Mata Alana berbinar. “Terima kasih Daddy "
Daddy Atharrazka tersenyum. “Tentu, Sayang.”
Darel menatap ibunya. “Mom, jika ibu Alana ingin bertemu Alana, itu berarti dia punya alasan sendiri kenapa belum mencarinya lebih dulu kan."
Liliana mengangguk. “Mommy juga berpikir begitu. Mungkin ada sesuatu yang menghalanginya.”
Alana mengepalkan tangannya dan bergumam."Apa Ayah yang menghalangi "
Darel menatap gadis itu dengan ekspresi penuh perhatian. “Aku nggak tau, tapi kita harus menemui ibu mu Alana, sebelum Ayah kamu menemui nya.”
Setelah sarapan, Liliana segera menghubungi Eleanor, bahwa Darel akan datang berkunjung. Awalnya, wanita itu tampak ragu, tetapi setelah mendengar bahwa Darel anak sahabat nya ingin bertemu, dia akhirnya setuju, dan mereka akan bertemu di restoran yang sudah di rencana kan.
---
Siang harinya, Alana, Darel, dan Liliana tiba di sebuah restoran mewah di pusat kota. Eleanor sudah menunggu di sana, duduk di meja dekat jendela.
Alana menelan ludah. Jantungnya berdegup kencang saat melihat wanita itu—wanita yang ternyata adalah ibunya.Mata nya memanas.
Eleanor Vesper masih terlihat anggun meskipun usianya sudah tidak muda lagi. Rambut hitamnya disanggul rapi, dan matanya menatap Alana dengan penuh kerinduan entah mengapa.
Saat Alana melangkah mendekat, Eleanor ikut berdiri. Keduanya saling bertatapan dalam diam.
“Ah,Darel ya? ” tanya Eleanor terdengar lembut.
"Iya tante "balas Darel.
" Eh, jangan panggil tante dong, bunda aja"kekeh bunda Eleanor.
"Iya bun, ah ya, ini Alana bunda"Darel memperkenalkan Alana.
Alana merasa dadanya sesak. “Alana.. bunda" ucap Alana di akhir kata pelan.
Eleanor menatapnya dengan mata berkaca-kaca sebelum akhirnya mengangguk. “Ah iya,aduh bunda kok jadi melow gini sih".
Ucapan Bunda Eleanor membuat Alana juga tak tahan menahan air mata nya.
Bunda Eleanor yang melihat Alana mulai menangis pun jadi panik"Eh, kenapa nangis Alana".
Tanpa bisa menahan diri, air mata mengalir di pipi Alana. Ia ingin marah, ingin bertanya kenapa, tapi yang keluar dari bibirnya hanyalah suara bergetar, “Bunda…?”
Eleanor tampak menatap Darel bingung,
"Maaf bun, sebenarnya Darel ke sini mau mengantar Alana bertemu bunda" Kata Darel.
"Bertemu bunda" gumam Bunda Eleanor.
Darel menghembus kan nafas pelan"Alana putri bunda yang di cari-cari selama ini, anak Ayah Adrian Baskara.
"Adrian" gumam Bunda Eleanor.
Bunda Eleanor tampak mencerna kata-kata yang Darel ucapkan dan setelah langsung memeluk Alana erat seolah meluapkan rasa rindu nya selama ini.
"Putri Bunda..." gumam Bunda Eleanor yang ikut menangis memeluk Alana.
"Bunda..hiks Alana rindu.."lirih Alana.
Bunda janji nggak akan pernah ninggalin kamu lagi, Alana...putri bunda.”
Alana mengepalkan tangannya, seolah menahan semua beban yang ia luapkan dengan tangisan nya tidak cukup.
" Kenapa Bunda tinggalin Alana"lirih Alana.
Eleanor terisak. “Maaf, Itu karena… Bunda nggak diizinkan kembali oleh Ayah mu.”
Alana terkejut. “Apa maksud bunda?”
Eleanor menghela napas panjang, mencoba mengendalikan emosinya. “Ayahmu… dia menyembunyikanmu dari bunda.Bunda dan kakak mu sudah mencarimu selama bertahun-tahun.”
Alana membelalak. “Ayah… menyembunyikanku?”
Eleanor mengangguk. “Bunda dan ayahmu berpisah dalam kondisi yang tidak baik. Saat itu, bunda tidak punya kekuatan untuk melawan.Bunda kehilangan hak asuhmu… dan sejak itu, Bunda tidak pernah bisa menemukan putri kecil Bunda.”
Darel yang sejak tadi diam mulai berbicara, suaranya dingin. “Tapi sekarang Bunda menemukannya.”
Eleanor menatap Darel sejenak, lalu mengangguk. “Iya. Bunda sangat berterima kasih sama kamu Darel."
Alana menunduk, mencoba memahami semua informasi ini. Hatinya terasa campur aduk.
“Alana ingin tahu semuanya,” kata Alana akhirnya. “aku ingin tahu kenapa kalian berpisah, kenapa ayah menyembunyikanku, dan kenapa butuh waktu selama ini bagi bunda untuk menemukanku,apa bunda tau..selmaa ini Ayah bilang bunda sudah tiada.”
Eleanor menatapnya dengan ekspresi penuh kesedihan. “Akan bunda beritahu nanti.”
Setelah nya tiba-tiba tubuh Alana ambruk jika saja tak ada Darel yang sigap menahan tubuh Alana, bisa Darel rasakan tubuh Alana sangat panas.
"Darel, Alana kenapa? " tanya Bunda Eleanor cemas.
"Seperti nya Alana kelelahan bun, soalnya sewaktu datang kesini Alana masih sedikit demam".
"Alana demam" gumam Bunda Eleanor.
"Ya sudah, ayo bawa Alana ke rumah Bunda" ujar Bunda Eleanor.
Mereka bergegas membawa Alana menuju rumah Bunda Eleanor yang tak juah dari restoran tadi, dengan kepala Alana yang di pangku Bunda Eleanor setelah di gendong Darel ala bridal style tadi dari restoran.