Full Remake, New Edition 🔥🔥
Ini adalah perjalanan Iramura Tenzo, seorang pejuang yang dipanggil ke dunia baru sebagai seorang pahlawan untuk mengalahkan raja iblis.
Namun, dia gugur dalam suatu insiden yang memilukan dan dinyatakan sebagai pahlawan yang gugur sebelum selesai melaksanakan tugasnya.
Akan tetapi dia tidak sepenuhnya gugur.
Bertahun-tahun kemudian, ia kembali muncul, menginjak kembali daratan dengan membawa banyak misteri melebihi pedang dan sihir.
Ia memulai lagi perjalanan baru dengan sebuah identitas baru mengarungi daratan sekali lagi.
Akankah kali ini dia masih memegang sumpahnya sebagai seorang pahlawan atau mempunyai tujuan lain?
Ini adalah kisah tentang jatuhnya seorang pahlawan, bangkitnya seorang legenda, dan perang yang akan mengguncang dunia.
Cerita epik akan ditulis kembali dan dituangkan ke dalam kisah ini. Saksikan Petualangan dari Iramura Tenzo menuju ke jalur puncak dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Kusuma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Ramez vs Diomas
Di Tempat Pertarungan
Setelah memperhatikan dengan saksama, Ramez akhirnya yakin—monster serigala raksasa itu memang Diomas.
Keyakinannya semakin kuat saat melihat rekan-rekan Diomas berdiri tidak jauh di seberang sana, ikut menyaksikan pertarungan dengan ekspresi tegang.
"Apa yang dia lakukan di sini?" gumamnya, matanya menyipit curiga.
Tak lama, ingatannya kembali ke kejadian beberapa hari lalu—momen di mana Tenzo muncul saat ia dirundung oleh Diomas di Serikat Petualang. Tenzo dengan mudah mengalahkan Diomas, bahkan membuatnya pingsan dalam sekejap.
"Jangan-jangan... Dia datang ke sini untuk membalaskan dendamnya?"
Mengingat sifat Diomas yang sombong dan pendendam, kemungkinan itu masuk akal.
Namun, ada satu hal yang membuat Ramez benar-benar heran.
"Tapi... dia sampai berubah menjadi bentuk itu hanya demi mencelakai Tenzo?"
Matanya beralih ke sosok raksasa Diomas, yang mengamuk di tengah lahan tandus.
"Apa dia tidak sadar apa akibatnya? Jika dia sampai kehilangan kendali, hutan ini bisa habis… dan dia sendiri bisa terkena masalah besar."
Lalu, satu hal lain yang baru ia sadari—Tenzo tidak terlihat di mana pun.
"Oh iya… di mana dia?"
***
Di Tempat Pertarungan.
Di tengah arena yang kini hancur lebur, Tenzo duduk dengan santai di atas tangan raksasa Diomas yang masih tertancap di tanah.
Matanya menyapu pemandangan sekitar, menilai kehancuran yang ditinggalkan oleh serangan lawannya.
"Hmm, lumayan juga... Cakupan serangannya cukup luas. Tapi kalau aku kena, kira-kira aku tetap baik-baik saja atau tidak ya?"
Sementara itu, Diomas menatapnya dengan mata penuh keterkejutan dan kemarahan.
"Kenapa kau masih hidup!?"
Tak terima, Diomas langsung mengayunkan tangan satunya dengan kecepatan luar biasa, mencoba menghancurkan Tenzo di tempat.
BOOOM!
Tanah bergetar keras saat kepalan raksasa itu menghantam bumi. Debu dan serpihan batu beterbangan ke udara.
Namun... Tenzo sudah menghilang.
Dengan ekspresi panik, Diomas menggeram dan langsung menarik kembali tangannya, mengayunkan pukulan beruntun tanpa henti.
"MATI KAU!!"
"MATI KAU!!"
"MATI KAU!!"
Serangannya meluluhlantakkan segala yang ada di sekitarnya—tanah terbelah, pohon-pohon tumbang, dan gelombang kejut menghancurkan area di sekitar mereka.
Namun, tidak satu pun pukulannya mengenai sasaran.
Diomas semakin frustrasi.
"Kenapa tidak ada satu pun seranganku yang mengenainya!?"
Sementara itu, Tenzo terus menghindar dengan gesit, seolah sedang menari di tengah hujan serangan maut.
Sambil melayang di udara, ia melirik Diomas dengan tatapan tenang dan sedikit mengejek.
"Tubuhmu yang besar memperlambat pergerakanmu ya? Kenapa tidak kembali ke ukuran normal saja? Kamu hanya menghancurkan hutan tanpa hasil."
Diomas semakin berang.
"DIAM KAU!!"
Dengan kemarahan membuncah, ia langsung mengaktifkan kembali tekniknya—Destructive Claws!
Cakar raksasa berwarna biru gelap muncul di kedua tangannya.
Tanpa ragu, ia melesat maju, mengayunkan cakarnya dengan brutal.
BOOM! BOOM! BOOM!
Setiap serangannya menghancurkan tempat yang sebelumnya dipijak oleh Tenzo, menciptakan ledakan dahsyat yang mengguncang seluruh hutan.
Tanah retak, pepohonan tercerabut dari akarnya, dan suara gemuruh memenuhi udara.
***
Di kejauhan, Ramez dan dua remaja yang ia bawa bersembunyi di balik pohon besar, cukup jauh dari area pertempuran.
Namun, bahkan dari sana, mereka masih bisa merasakan getaran akibat pertarungan yang semakin intens.
Ramez mengepalkan tinjunya, wajahnya semakin serius.
"Kalau Diomas sudah berubah ke bentuk ini, akan sangat sulit menghentikannya."
"Dia tidak akan berhenti sampai sasarannya mati… dan jika dibiarkan terus, hutan ini bisa habis."
Matanya beralih ke Tenzo yang masih menghindar dengan mudah.
"Harus kuakui, dia luar biasa. Tapi... apa dia sadar bahwa membiarkan Diomas mengamuk seperti ini hanya akan memperburuk keadaan?"
"Apa sebenarnya yang dia pikirkan?"
Di sebelahnya, kedua remaja itu menggigit bibir, menahan rasa takut.
Wajah mereka pucat pasi, tubuh mereka gemetar.
Namun, di balik ketakutan itu, ada sesuatu yang lain di mata mereka—kekaguman.
Mereka tidak bisa mengalihkan pandangan dari pertarungan dahsyat yang terjadi di hadapan mereka.
***
Di lokasi pertarungan.
Udara bergetar, penuh dengan energi yang mengguncang alam sekitarnya. Aroma tanah yang hangus bercampur dengan kepulan debu dan pecahan kayu yang beterbangan di udara.
Diomas berdiri di tengah reruntuhan, tubuhnya yang raksasa bagaikan dewa perang yang murka. Otot-ototnya menegang, membentuk tonjolan kasar yang menandakan kekuatan brutalnya. Aura sihir keemasan berdenyut liar di sekeliling cakarnya, menyala seperti bara api yang siap meledak.
Di hadapannya, Tenzo masih berdiri.
Tidak ada tanda gentar di wajahnya.
Sebaliknya, ia hanya memasang senyum tipis—senyum yang terlihat begitu santai, seakan pertempuran ini hanyalah hiburan belaka.
Namun bagi Diomas, sikap itu adalah penghinaan.
"Dasar keparat…!" gumamnya dengan rahang mengatup erat, menahan emosi yang mulai mendidih. "Beraninya kau memasang wajah seperti itu!"
Kemarahan menggelegak dalam dirinya. Dengan satu hembusan napas dalam, tubuhnya bergetar hebat. Urat-urat mencuat seperti akar tua yang menjalar di bawah kulitnya.
Kemudian—
Dalam satu kedipan mata, dia lenyap.
Angin berputar liar, hembusannya cukup tajam untuk merobek dedaunan yang menggantung di pohon-pohon yang tersisa.
Tenzo menyipitkan mata.
"Hmph… Jadi dia menaikkan kecepatannya juga?"
Sebelum ia sempat bergerak, sebuah bayangan muncul di sudut matanya!
Dari titik buta!
"MATILAH, KAU!!"
Suara Diomas meledak, penuh kebengisan.
Dua tangan raksasanya, yang kini dipenuhi energi sihir berbentuk cakar, melesat bagaikan meteor yang menghantam bumi.
SWIISSH!
BRUUUAKKKK!!
Pukulan itu menghantam Tenzo dengan telak!
Sepersekian detik kemudian—
BOOOOOM!!!
Ledakan dahsyat meletus, merobek tanah dan menghancurkan sisa-sisa pepohonan di sekitarnya.
Gelombang kejutnya mengguncang seluruh area.
Pohon-pohon mencuat dari akar-akarnya, tanah merekah, bebatuan melesat ke udara seperti peluru.
Sementara itu, tubuh Tenzo terhempas jauh…
Diomas tertawa keras, suaranya menggema di tengah kehancuran.
"Hahahaha! Akhirnya, aku berhasil mengenaimu!"
Namun—
"TENZOOOOO!!!"
Sebuah suara memecah udara, mengandung ketakutan dan kemarahan yang membara.
Diomas menoleh ke sumber suara.
Seringainya melebar.
Ramez.
Bocah itu berlari keluar dari persembunyiannya, matanya membelalak, menatap ngeri pada kehancuran yang terbentang di hadapannya.
Debu berputar di sekelilingnya, namun ia tak menghiraukannya. Diomas mendengus meremehkan.
"Heh... Lihat siapa yang akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya."
"Ramez, kupikir kau sudah melarikan diri seperti pengecut.
"Tapi rupanya kau masih di sini."
"Bagus. Bagus...
Ia melangkah maju, tiap hentakan kakinya mengguncang tanah yang retak di bawahnya.
"Temanmu sudah kuhancurkan. Dia mungkin tidak akan bangun lagi.
"Sekarang giliranmu menyusulnya."
Mata Ramez berkilat dengan kemarahan.
"Tidak mungkin! Tenzo tidak akan mati semudah itu!"
Walaupun serangan tadi begitu mengerikan, ia menolak untuk mempercayai ucapan Diomas.
Namun kini, tidak ada pilihan lain selain bertarung.
Dalam satu gerakan cepat,
Ramez menarik dua bilah pedang dari sarungnya.
Kilatan petir liar menjalar dari tubuhnya, membungkus bilah pedangnya dalam percikan listrik yang menyilaukan.
"Thunderbolt!"
"Extra Movement!"
Dalam sekejap, ia lenyap dari tempatnya berpijak.
Diomas menyipitkan mata, kepalanya berputar, mengawasi sekeliling.
"Hmph… Kau pikir bisa mengelabui aku hanya dengan kecepatan?"
Tiba-tiba, dia menarik napas dalam-dalam.
Lalu—
"AUUUUUUU!!!"
Suara lolongannya meledak, menciptakan gelombang kejut yang menyapu seluruh area.
Udara bergetar.
Tanah bergemuruh.
Bebatuan pecah, pepohonan roboh.
Dan dalam sekejap, pergerakan Ramez terganggu!
Tubuhnya muncul kembali di hadapan Diomas—terlihat jelas di tengah badai energi.
"KENAAA KAU!!"
BUAGHHH!!!
Sebuah pukulan besar menghantam tubuh Ramez, menghempaskannya ke udara seperti boneka kain.
Ia menabrak pohon-pohon yang tumbang sebelum akhirnya jatuh terhuyung di tanah.
Darah segar menetes dari sudut bibirnya.
"Urgh…!"
Namun, ia tidak punya waktu untuk mengeluh.
Karena—
Diomas kembali melesat ke arahnya, mata emasnya penuh kebuasan.
"KAU BELUM SELESAI, PECUNDANG!!"
Dengan cepat, Ramez menggertakkan giginya.
"JANGAN MEREMEHKANKU, DIOMAS!!"
BZZZZT!
Percikan listrik menyelimuti tubuhnya sekali lagi.
Dalam sekejap, ia melesat mengitari Diomas, menebaskan pedangnya dengan kecepatan kilat.
SWISH! SWISH! SWISH!
Luka-luka kecil mulai bermunculan di tubuh serigala raksasa itu.
Namun—
"HANYA ITU SAJA YANG KAU PUNYA?!"
Diomas mengamuk.
Ia menghancurkan segalanya di sekitarnya, mencabut pohon-pohon dari akar, menghancurkan batu-batu menjadi serpihan.
Tiba-tiba—
Sebuah batang pohon raksasa terlempar ke arah Ramez.
Matanya melebar.
[TIDAK SEMPAT MENGHINDAR!]
BRAAAAAK!!!
Batang pohon menghantam tubuhnya dengan telak.
Tubuhnya terlempar jauh, menabrak beberapa pohon lainnya sebelum akhirnya jatuh terkapar di tanah.
Tanah bergetar hebat oleh dampak benturan.
Ramez mencoba bangkit—
Namun tubuhnya tidak mau merespons.
Pertempuran masih jauh dari selesai.
Namun kini, Diomas berdiri di atas Ramez yang terjatuh, siap untuk memberikan pukulan terakhir.
Akankah ini akhir dari perlawanan mereka? Ramez.