NovelToon NovelToon
Cinta Yang Terbalaskan Oleh Takdir

Cinta Yang Terbalaskan Oleh Takdir

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Percintaan Konglomerat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa
Popularitas:445
Nilai: 5
Nama Author: Rumah pena

Ini adalah kisah antara Andrean Pratama putra dan Angel Luiana Crystalia.

kisah romance yang dipadukan dengan perwujudan impian Andrean yang selama ini ia inginkan,

bagaimana kelanjutan kisahnya apakah impian Andrean dan apakah akan ada benis benih cinta yang lahir dari keduanya?

Mari simak ceritanya, dan gas baca, jangan lupa like dan vote ya biar tambah semangat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7: Antara Cinta dan Ambisi

Udara pagi Jakarta masih sejuk ketika Andrean berdiri di depan jendela hotel tempat ia menginap. Dari lantai sepuluh, ia bisa melihat hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur. Ini adalah hari kedua setelah pameran novelnya sukses besar. Novel pertamanya, Cahaya di Ujung Senja, mendapat banyak pujian dari para pembaca, bahkan beberapa penerbit mulai menghubunginya untuk menerbitkan versi cetaknya.

Tapi jauh di dalam hati, Andrean merasa ada yang kosong. Ia masih sering mengingat senyum ayahnya saat mendengar akhir cerita itu. Wajah yang damai, seolah beban yang bertahun-tahun dipikul akhirnya terlepas. Kepergian ayahnya menyisakan lubang yang sulit ia tutupi. Namun, ia juga tahu, hidup tidak berhenti sampai di situ.

“Dre,” suara Angel membuyarkan lamunannya. Gadis itu masuk ke kamar dengan dua kantong plastik di tangannya. “Gue beliin bubur ayam, katanya kamu belum sarapan.”

Andrean tersenyum tipis, menatap Angel dengan tatapan hangat. “Makasih, Angel. Gue emang belum makan.”

Angel meletakkan makanan di meja kecil dekat jendela. Ia menarik kursi dan duduk di samping Andrean. Mereka makan bersama dalam keheningan, hanya ditemani suara samar kendaraan dari kejauhan.

Setelah sarapan, Angel mengeluarkan sebuah map dari tasnya. “Tadi pagi, ada email masuk dari penerbit Mitra Kreasi. Mereka tertarik buat kontrak sama kamu, Dre.”

Andrean terdiam, matanya menatap map itu dengan perasaan campur aduk. Ia masih belum percaya perjalanan ini benar-benar membawanya ke titik ini.

“Gue masih nggak nyangka,” gumam Andrean. “Dulu nulis cuma buat pelarian… sekarang malah jadi hidup gue.”

Angel tersenyum bangga. “Karena lo nggak pernah nyerah. Lo jalan terus, walau sendirian.”

Andrean menatap Angel, kali ini lebih lama. Ada sesuatu dalam tatapan itu. Angel merasakannya juga, tapi ia memilih tersenyum sambil memalingkan wajah.

---

Malam harinya, Andrean dan Angel berjalan-jalan di area Sudirman, menikmati kota yang terang benderang. Mereka berhenti di sebuah kafe kecil di pinggir jalan. Tempatnya sederhana, tapi nyaman. Angel memesan teh hangat, sementara Andrean memilih kopi hitam.

“Gue udah mikir,” kata Angel tiba-tiba, menatap Andrean dengan tatapan serius. “Abis pameran ini, gue balik ke Prancis.”

Andrean tertegun. Kopinya nyaris tumpah sebelum ia letakkan kembali di meja. “Kenapa?”

Angel menghela napas. “Mama gue minta balik. Katanya, cukup main-main di Indonesia. Gue harus balik sekolah.”

Suasana mendadak sunyi. Andrean menunduk, memainkan sendok di tangannya. Ia tidak tahu harus berkata apa. Selama ini, Angel selalu ada di setiap langkahnya. Dari pertama kali mereka bertemu di kelas, hingga melewati malam-malam penuh keraguan dan ketakutan. Kini, Angel akan pergi.

“Kamu nggak harus balik sekarang kan?” tanya Andrean pelan.

Angel tersenyum pahit. “Nggak segampang itu, Dre. Gue anak mereka. Gue harus dengerin.”

Andrean mengangguk pelan. Ia tahu Angel benar. Tapi hatinya berat menerima kenyataan itu. Ia menatap gadis itu lekat-lekat.

“Kalau gitu… izinin gue nganter kamu ke bandara nanti,” katanya. “Gue pengin ada di sana, sampai akhir.”

Angel tersenyum lagi, kali ini lebih hangat. “Oke.”

---

Beberapa hari berlalu dengan cepat. Andrean sibuk mengurus kontrak dengan penerbit, wawancara di beberapa media, dan mempersiapkan buku cetak perdananya. Tapi di sela semua itu, ia selalu meluangkan waktu bersama Angel. Mereka menghabiskan waktu berjalan di taman kota, makan di warung kaki lima, dan menulis bersama di perpustakaan kecil yang Angel sukai.

Hingga akhirnya, hari itu tiba.

Andrean berdiri di depan gerbang keberangkatan Bandara Soekarno-Hatta. Angel sudah siap dengan koper di tangannya. Ia mengenakan sweater abu-abu yang sederhana, dengan rambut diikat ke belakang. Wajahnya tetap cantik seperti biasa, tapi matanya merah seolah habis menangis.

“Gue bakal kangen lo, Dre,” bisik Angel sambil menahan air mata.

Andrean tersenyum tipis. Ia menarik Angel ke dalam pelukan, memeluk erat tanpa berkata apa-apa. Ia hanya ingin menyimpan rasa itu dalam diam.

“Sama,” jawab Andrean akhirnya. “Tapi, janji. Lo bakal balik ke sini lagi.”

Angel mengangguk. “Kalau lo udah jadi penulis terkenal, gue bakal jadi orang pertama yang baca buku lo di barisan depan.”

Andrean tertawa kecil. Ia melepaskan pelukan mereka, lalu mengusap pipi Angel pelan. “Gue tunggu lo.”

Angel melangkah masuk ke gate, tapi sebelum benar-benar menghilang di balik pintu, ia menoleh lagi dan melambaikan tangan. Andrean membalas lambaian itu, meski dadanya terasa sesak.

Angel pergi.

---

Beberapa bulan berlalu. Andrean kembali ke Banyuwangi, ke kehidupannya yang sederhana. Namun, segalanya telah berubah. Buku pertamanya sudah terbit, dan ia mulai dikenal sebagai penulis muda berbakat. Ia diundang ke berbagai kota untuk seminar menulis. Namun, di setiap acara, ada satu kursi kosong yang selalu ia bayangkan diisi oleh Angel.

Di kamarnya, ia duduk di depan laptop. Jari-jarinya menari di atas keyboard, menulis cerita baru. Cerita tentang seorang pemuda yang kehilangan, tetapi menemukan harapan di tengah luka.

Sebuah email masuk. Andrean tersenyum ketika melihat nama pengirimnya.

Angel Luiana Clarista.

“Gue baca buku lo di Paris. Gue bangga banget sama lo, Dre. Jangan berhenti nulis, ya. Kita akan ketemu lagi.”

Andrean menatap layar lama, lalu membalas.

“Gue janji. Kita ketemu lagi.”

---

BERSAMBUNG…

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!