Pernikahan Beda Usia

Keisha sedang berada di dalam kamarnya, merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dalam posisi terlentang. Matanya memandang langit-langit kamarnya, tetapi pikirannya berada ditempat lain. Hati Keisha sedang dirundung gelisah. Dirinya masih memikirkan tentang perusahaan yang tertulis pada kartu nama yang diberikan oleh Arya. Nama perusahaannya sama dengan perusahaan tempat Miko bekerja.

Sebelumnya, sekitar satu tahun yang lalu dirinya bertemu dengan pemimpin dari perusahaan itu. Seorang wanita paruh baya yang masih tangguh, Raden Ayu Atmaja. Bukan hanya dirinya yang mengenal wanita itu, hampir semua orang di keluarganya mengenalnya.

Arya Wiguna Atmaja?

Keisha baru saja mengingat nama belakang pria menyebalkan itu. Keisha beranjak dari tempat tidur dan mengambil kartu nama Arya yang masih ada di dalam tas-nya.

Keisha berjalan kembali ke tempat tidur. Ia mendaratkan bokongnya di tepi tempat tidur, tanpa berhenti memandangi kartu nama Arya.

"Arya Wiguna Atmaja." Keisha membaca nama panjang Arya.

"Apa pria ini masih ada hubungan dengan tante Ayu?" batin Keisha.

Pertanyaan tentang Arya terus berputar di benak Keisha. Sebelumnya memang Keisha belum pernah bertemu orang lain di keluarga Atmaja, kecuali wanita yang ia panggil tante Ayu dan anak perempuannya yang bernama Kenanga.

"Siapa sebenarnya pria menyebalkan itu?" tanya Keisha pada dirinya sendiri.

"Ck, untuk apa aku memikirkan dia. Mau dia ada hubungan dengan tante Ayu atau tidak, aku tidak peduli. Apa urusannya denganku?" Keisha menaruh kartu nama Arya ke meja nakas.

Keisha kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur dengan posisi tengkurap. Nama Arya di pikirannya berganti dengan nama mantan suaminya, Miko.

"Jika perusahaan itu benar tempat Miko bekerja, nantinya di sana pasti akan ada Miko dan mungkin juga Mayang ada di sana juga," batin Keisha.

Tanpa terasa cairan bening keluar dari mata Keisha. Sejujurnya dirinya masih belum siap untuk kembali bertemu dengan Miko dan Mayang. Luka akibat pengkhianatan suami dan sahabatnya menorehkan luka yang begitu dalam, hingga Keisha sendiri tidak tahu kapan dirinya akan bisa melupakan itu.

Tok tok tok

"Keisha, kamu sudah tidur, Nak?"

Mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya, Keisha segera mengusap air matanya. Apalagi setelah Keisha mendengar suara ibunya.

"Iya, Mah. Sebentar." Keisha beranjak dari tempat tidur, ia berdiri di depan cermin, memastikan jika tidak ada jejak air mata yang tertinggal di pipinya. Keisha sebelumnya sudah berjanji pada kedua orangtuanya, jika dirinya tidak akan menangisi kedua orang jahat itu. Jika ayah atau ibunya mengetahui dirinya baru saja menangis, mereka pasti akan sangat bersedih.

Setelah memastikan tidak ada jejak air mata di wajahnya, Keisha melangkah untuk membuka pintu.

"Mah ...." Saat pintu terbuka, Keisha melihat ibunya berdiri di hadapannya.

Jantung Keisha berdegup kencang saat melihat ibunya menatapnya penuh arti. Mungkinkah ibunya mengetahui jika dirinya habis menangis?

"Mamah kenapa belum tidur? Ini sudah hampir tengah malam." Keisha berharap ibunya tidak mengetahuinya jika dirinya habis menangis.

"Mamah ingin memastikan jika kamu sudah pulang, Nak," jawab Violetta.

"Ayo, masuk, Mah." Keisha membuka pintu kamarnya lebih lebar, memberi jalan pada ibunya untuk masuk ke dalam kamar.

Kedua duduk di tepian tempat tidur. Keisha langsung merebahkan kepalanya di pangkuan wanita yang sudah melahirkannya.

"Kamu tidak apa-apa, 'kan, Nak?" Violetta merasa khawatir saat melihat wajah lelah anak perempuannya.

"Tidak, Mah. Aku baik-baik saja," jawab Keisha.

"Lalu kenapa kamu bisa pulang larut malam seperti ini? Bukankah acaranya kata kamu hanya sampai pukul sembilan malam?" tanya Violetta seraya mengusap-usap kepala Keisha.

"Tadi ada sedikit masalah," jawab Keisha.

"Masalah apa, Nak? Serius tidak?" Wajah Violetta menunjukan kecemasan.

"Bukan apa-apa kok, Mah. Hanya ada pelanggan yang sangat merepotkan," jawab Keisha diikuti tawa kecilnya.

"Apa Mamah tahu. Masalah itu justru membawa berkah untuk Keisha," ucap Keisha.

"Berkah? Maksud kamu?" tanya Violetta.

Keisha bangun dari pangkuan ibunya, ia merogoh tasnya untuk mengambil cek yang diberikan oleh Arya.

"Keisha dapat orderan besar, Mah. Seribu porsi untuk setiap menu yang ada di cafe Keisha. Dan gila-nya itu untuk 2 hari lagi. Awalnya Keisha merasa ragu untuk menerima orderan ini. Tapi laki-laki itu terus saja mengejekku. Makanya Keisha memutuskan untuk menerima orderan itu agar pria itu tidak lagi mengejekku," jelas Keisha.

"Dan apakah Mama tahu? Pria menyebalkan itu bahkan memberikan DP 500 juta kepada Keisha." Keisha memperlihatkan cek dengan nominal 500 juta kepada Violetta, ibunya.

"Wah, kamu hebat, Nak. Baru sehari cafe kamu buka, kamu sudah mendapatkan orderan besar seperti itu," seru Keisha.

"Tapi kenapa tadi kamu bilang dia pria yang menyebalkan?" Violetta menunjukkan rasa penasaran yang begitu besar di wajahnya.

Keisha menarik napasnya dalam-dalam, ia merasa malas untuk kembali mengingat pria bernama Arya.

"Mama tanya, kenapa malah melamun?" tanya Violetta.

Kesya tenggelam dalam lamunannya, sehingga tidak mendengar perkataan ibunya. Beberapa saat kemudian, Keisha tiba-tiba tertawa membuat ibunya terkejut.

"Kenapa kamu tertawa sendiri?" Violetta merasa penasaran alasan di balik Keisha tertawa sampai terbahak-bahak.

"Mama tahu? Tadi di cafe ada kejadian yang sangat aneh tapi nyata," ucap Keisha di sela tawanya.

"Memangnya ada kejadian apa?" tanya Violeta.

Keisha mulai menceritakan apa yang terjadi di cafe, perdebatan antara dirinya dan Arya, dan juga betapa kurang ajarnya seorang asisten pada bos-nya.

"Mama tahu? Yang paling bikin Keisha sebal dan tidak habis pikir adalah dia bilang masakan Keisha tidak enak, tetapi dia hanya mau makan makanan yang dimasak oleh Keisha. Aneh banget, 'kan, Mah?" ucap Keisha.

"Siapapun pria itu Mamah akan berterima kasih padanya, karena sudah bisa mengembalikan tawamu." Violetta menyentuh dagu Keisha. Ada kebahagiaan di wajah Violetta dan Keisha juga bisa melihatnya.

"Mah ... " Keisha masuk ke dalam pelukan ibunya. "Aku akan baik-baik saja. Jadi Mamah tidak perlu khawatir."

"Iya, Sayang." Violetta mengusap rambut Keisha. Kasih sayang seorang ibu, Violetta curahkan dalam usapan itu.

"Oh iya boleh Mamah tahu siapa nama laki-laki itu?" tanya Violetta.

"Arya, Mah." Keisha menjawab dengan cepat.

"Kamu sangat ingat rupanya?" ledek Violetta.

"Mamah." Keisha merengek saat tahu ibunya sedang meledeknya.

"Nak, Mamah hanya ingin kamu menemukan laki-laki yang mencintaimu, yang bisa membuatmu melupakan Miko." Violetta menggenggam tangan Keisha. Sebuah harapan besar ada di dalam perkataan Violetta.

"Mah ...." Keisha menumpuk tangannya di atas punggung tangan ibunya. "Aku tahu maksud dari perkataan Mamah. Tapi jika boleh Keisha jujur, Keisha merasa trauma untuk kembali menikah. Keisha takut jika nantinya laki-laki itu seperti Miko."

"Keisha, tidak semua laki-laki seperti Miko. Jadi kamu jangan pernah menyerah begitu saja. Mamah sangat yakin kamu pasti akan menemukan laki-laki yang baik untukmu," ucap Violetta.

"Iya, Mah." Keisha menganggukkan kepalanya untuk merespon perkataan ibunya.

"Ya sudah, ini sudah malam kamu istirahat ya." Violetta memberikan kecupan lembut di kening Keisha.

"Selamat malam, Mah," sapa Keisha.

"Selamat malam, Nak." Violetta membalas sapaan Keisha.

Setelah ibunya pergi, Keisha kembali merebahkannya tubuhnya ke atas tempat tidur. Keisha masuk ke dalam selimut dan menariknya sampai batas leher. Rasa kantuk sudah hinggap di diri Keisha, terlihat Keisha terus saja menguap. Saat akan memejamkan matanya, bayangan wajah Arya melintas di pikirannya, membuat Keisha kembali membuka matanya.

"Menyebalkan!" Keisha mengumpat dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.