NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Lana

Cinta Untuk Lana

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lidya Riani

Lana, seorang gadis yang tumbuh dalam pengabaian orangtua dan terluka oleh cinta, harus berjuang bangkit dari kepedihan, belajar memaafkan dan menemukan kembali kepercayaan pada cinta sejati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidya Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 3 Pertemuan dengan Nenek

"Belajarnya dibatalkan saja ya? Sepertinya kamu perlu istirahat," ujar Lana, nada suaranya penuh kekhawatiran, sambil memapah Sakha memasuki rumah megah itu. Wajah pucat Sakha membuatnya tak tega, ia merasa bertanggung jawab atas kondisi pemuda itu.

"Jangan. Aku tidak apa-apa," tolak Sakha, suaranya lemah namun tegas.

"Kamu yakin?" Lana menatapnya dengan mata penuh selidik.

Sakha mengangguk, lalu berujar, "Di kamarku saja."

"Hah?" Lana terkejut, alisnya terangkat.

"Di sana," Sakha menunjuk ke arah kamarnya dengan dagu.

"Ngapain di kamar kamu?" tanya Lana, bingung. 

"Ya belajar."

"Kenapa harus di kamar?" sergah Lana, matanya memicing curiga. "Di sini saja," pintanya, menunjuk ruang tamu yang nyaman.

"Buku-buku ada di kamar," jelas Sakha, berusaha meyakinkan.

"Ya tinggal diambil," Lana mengernyitkan dahi, tak habis pikir. 

"Memangnya kenapa kalau di kamar? Toh kita cuma belajar," gumam Sakha, nada suaranya terdengar sedikit kesal.

"Sepertinya kau tidak bisa melihat, aku beritahu ya... kalau aku adalah seorang gadis. Tidak baik anak gadis berada di kamar seorang pemuda yang bahkan bukan keluarganya," jelas Lana, senyum palsu menghiasi wajahnya. "Jadi, cepat kau ambil buku-buku yang dibutuhkan. Lalu kita belajar di sini," tukas Lana bersikeras, sambil menjatuhkan diri di sofa empuk.

"Oke... kalau begitu di ruang keluarga saja, di sana," tunjuk Sakha, mengalah.

"Baiklah," Lana mengikuti arah yang ditunjuk Sakha, melangkah menuju ruang keluarga yang luas.

Sakha segera berlari ke kamarnya, mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian santai, mencuci wajahnya yang pucat, lalu kembali ke ruang keluarga.

Saat ia tiba, pemandangan yang dilihatnya membuat hatinya mencelos. Lana tampak asyik bercengkrama dengan Berry, kucing kesayangan neneknya. Gadis itu menggendong Berry dengan lembut, mengelus bulu halusnya, dan Berry tampak nyaman dalam pelukannya.

Padahal, Berry selalu mencakar, berlari menjauh, dan menatap sinis padanya. Tapi dengan Lana, kucing itu langsung akrab, seolah mereka sudah berteman lama.

"Dasar kucing genit!" batin Sakha, cemburu melihat keakraban mereka.

...--------...

"Sakha, ini kucing kamu? Lucu!" Lana memasang wajah menggemaskan, matanya menyipit membentak eye smile yang cantik.

Sakha mematung, terkesima dengan ekspresi yang baru pertama kali ia lihat.

"Namanya siapa? Gemas sekali kucingnya. Bulunya lembut banget." Lana mengelus Berry dengan penuh kasih sayang, membuat kucing itu terlihat semakin nyaman dalam pelukannya.

"Berry." Sakha menjawab sambil berjalan mendekat dan duduk di samping gadis itu.

"Berry..Berry..kamu lucuuuu banget." Lana semakin mengeratkan pelukannya pada kucing itu. Berry yang dipeluk dengan erat, tampak tidak keberatan dan terlihat semakin menenggelamkan dirinya ke tubuh Lana. 

"Jangan sampai dia mati tercekik, nenekku bisa marah."

Lana langsung tersadar dan melonggarkan pelukannya. Ia terkekeh pelan.

"Nanti main lagi yang Berry, sekarang kakak mau belajar dulu." Lana mengangkat tubuh Berry dari pangkuannya lalu meletakkan kucing itu dengan hati hati di karpet.

"Oke, kita mulai dengan pelajaran Kimia saja ya." pinta Lana.

Sakha hanya menjawab dengan menghela nafas malas, namun pemuda itu menurut dan membuka buku pelajarannya.

Selanjutnya, Lana mulai menjelaskan materi yang menurut Sakha sulit, ia lalu menyuruh Sakha menjawab beberapa pertanyaan yang ada di buku mereka.

Awalnya Sakha mengira Lana hanya siswi pintar biasa, namun mendengar dan memperhatikan bagaimana gadis itu berusaha menjelaskan materi pelajaran kepadanya, ia akhirnya mengerti kenapa Lana bisa menjadi siswi berprestasi di sekolah.

Banyak orang yang bisa belajar dengan baik, namun tidak semua orang pandai mengajar. Menurut Sakha, gadis itu termasuk yang bisa melakukan keduanya, caranya menjelaskan materi sangat sederhana dan sama sekali tidak terkesan menggurui. Selain itu Lana memilih metode interaktif sehingga proses belajar mereka terasa seperti diskusi. Sakha, sama sekali tidak merasa gadis itu menganggapnya bodoh karena harus mengajarinya. Lana tidak menunjukan dirinya lebih pintar atau superior dibanding dirinya. Diam-diam Sakha merasa kagum padanya.

-----------

"Sakha...nenek pulang."

Selang beberapa jam setelah mereka belajar, sebuah suara terdengar dari arah pintu depan. Derap langkah kecil dapat mereka dengar dan berjalan mendekati ruang keluarga.

Lana yang saat itu sedang membereskan peralatan sekolahnya menoleh ke arah sumber suara. Kegiatan belajar mereka sudah selesai, jadi Lana memutuskan untuk segera pulang. Ia melihat jam dinding yang sudah menunjukan pukul 7 malam. Ia berencana akan menggunakan transportasi umum untuk pulang.

"Nek." Sakha menyapa neneknya yang baru saja datang.

Seorang wanita paruh baya berusia sekitar 60 tahunan berjalan mendekat ke arah Lana dan Sakha. Raut wajah nenek tampak terkejut saat dilihatnya seorang gadis remaja yang cantik sedang berada di rumahnya. Matanya bergantian menatap Sakha dan Lana seolah bertanya siapa gadis ini dan apa yang sedang mereka lakukan di sana.

Lana segera berdiri dan memberanikan dirinya untuk mendekati nenek dari Sakha.

"Selamat malam, nek. Kenalkan saya Lana, teman sekelasnya Sakha."  Lana mencium punggung tangan nenek dengan sopan dan berusaha tersenyum ramah walau sedikit canggung.

"Malam. Kamu cantik sekali." Nenek terlihat sumringah menyambut kedatangan Lana. "Oh,  nama nenek, Yasmin. Jadi kamu bisa panggil nenek Yasmin saja."ujarnya seraya mengelus lembut kepala gadis itu.

Lana sedikit terhenyak dengan sikap nenek Yasmin yang sangat ramah padanya walaupun mereka baru pertama kali bertemu. Sifat nenek Yasmin berbanding terbalik dengan cucunya, yakni Sakha yang selalu tampak dingin dan tidak pernah tersenyum.

"Lana sudah mau pulang, nek."ujar Sakha.

"Eh kok pulang. Menginap saja di sini. Sudah malam. Lagipula besok akhir pekan, sekolah libur."

"Eh?" Lana terlihat gelagapan dan menoleh bingung ke arah Sakha.

"Jangan nek. Lana pulang saja."tolak gadis itu sopan.

"Ya sudah, tapi nanti pulangnya diantar Pak Izal saja ya, berbahaya naik transportasi umum malam-malam."

"Enggak perlu nek, merepotkan." respon Lana sungkan.

"Enggak repot sama sekali. Nanti pokoknya kamu pulangnya diantar Pak Izal, titik. Oh iya, kalian sudah makan?"

Sakha menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Astaga, Sakha kamu bagaimana sih. Ada tamu tidak disuguhi makanan apapun, bener-bener kamu ya." seloroh nenek yang terlihat kesal pada cucunya tersebut.

"Ayo makan dulu. Sebentar nenek minta bi Maya menyiapkan makanannya, enggak akan lama kok. Kamu duduk dulu ya sayang." pinta nenek sopan.

"Lana makan dirumah saja nek." Lana Masih merasa canggung dan malu jika harus menerima makan gratis di hari pertamanya berkunjung ke sana.

"Enggak boleh, kamu harus makan malam di sini. Tunggu ya, nenek ke dalam sebentar. Nanti kalau makanannya sudah siap, nenek panggil."

Nenek lalu buru-buru pergi dan tidak menghiraukan penolakan gadis itu.

Lana memainkan jemarinya gugup. Ia menoleh pada Sakha, khawatir pemuda itu akan keberatan dengan dirinya yang tanpa tahu malu ikut makan malam di rumahnya.

Namun, Sakha tampak santai dan membereskan buku-buku di meja yang masih berserakan.

Lana lalu berjongkok di samping pemuda itu.

"Sakha, memangnya tidak apa-apa aku makan di sini? Kamu keberatan ya?" Kening gadis itu berkerut menyiratkan kekhawatiran.

Sakha menatap sejenak wajah Lana yang terlihat khawatir.

Tangannya bergerak mendekati wajah gadis itu, lalu tiba-tiba ia meletakkan telapak tangannya di atas kepala Lana.

Gadis itu mendongak bingung, matanya mengerjap.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak. Turuti saja kata nenek. Nanti aku antar kamu pulang."

"Eh?"

1
Rita Riau
tuh Shaka dengerin betapa baiknya Lana,dan kamu hanya seorang pecundang
Rita Riau
bagus Lana,jgn lemah bikin hidup di Shaka dalam penyesalan seumur hidup
Rita Riau
terlalu bego kamu Lana kalo mau di bodohi oleh manusia seperti si Gani
Rita Riau
hadeeh,,, mampus aja sekalian Sofia ga simpati aq
Rita Riau
udah mau mati baru ingat anak yang rak di inginkan. basi
Rita Riau
takdir benar benar kejam mempermain hidup Alana,,, kasihan Lana,,
Rita Riau
Lana,ga salah kha,,, kamu salah besar kalo membenci Alana,,, yg salah itu bapak nya.
Rita Riau
berarti yg nabrak ayah Shaka sampai meninggal itu si putra ayah Alana. rumit
Rita Riau
kasian Alana, punya ayah tapi seorang pecundang dan memiliki seorang ibu namun lebih bagus ibu ayam,,
Rita Riau
Lana,kamu bersama Shaka aja biar waktu yang membalas semua perbuatan orang tua mu,,
tak bapak tak ibu sama aja dua duanya jahat sama anak sendiri
Rita Riau
ga apa" Sofia terus aja dgn sikap mu yang tak menganggap ada anak mu, akan ada hari balasan karena hukum alam itu berlaku tabur tuai juga nyata
Rita Riau
kasian banget Lana, nanti kalo kedua orang tua datang dgn penyesalan ga usah dipedulikan juga.abai kan
Rita Riau
bahagia kan diri mu Lana walaupun tanpa kasih sayang orang tua mu.
Rita Riau
nyesek banget dgn nasib Lana,,, punya orang tua tapi seperti yatim piatu. bapak ibunya cuma pandai bikin setelah hadir di sia sia kan,,, bener bener orang tua egois,,
Rita Riau
izin mampir ya Thor,,, 🙏
CantStopWontstop
Aku udah jatuh cinta sama cerita ini, semoga thor terus update terussss!
Abadon007
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Coralfanartkpopoaf
Cerita yang menghanyutkan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!