Demi menjalankan misinya mencari tahu mengenai pelaku pembantaian massal keluarga Anthony, dengan rela Tuan Vigor menikahkan putri tunggalnya dengan seorang mafia yang merupakan putra sahabatnya untuk melancarkan misinya dan mendapatkan harta yang ia inginkan. namun lain halnya dengan si mafia, yang mempunyai tujuan lain dengan adanya ia masuk kedalam keluarga elit itu untuk bisa menguasai dan mengendalikan keluarga itu lewat Calon istrinya yang saat ini mendapat julukan Bloody Queen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vionnaclareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Hotel
Laurent membuka pintu kamarnya setelah sekian lama berbincang dengan gadis yang baru saja ia temui, kini ia hanya mengenakan kaos berwarna hitam. Dan ketika ia masuk ia melihat seorang pria yang sedang sibuk menyiapkan diri di depan cermin dengan membawa beberapa setelan jas di tangannya.
"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya dan membuat pria itu sontak menatap nya.
"Aku bingung, kira kira pakaian mana yang akan ku kenakan nanti."
"Kenapa, ini hanyalah acara syukuran, terserah kau akan memakai apa." Jawabnya.
"Pakailah setelan navy, aku akan memakai abu abu." Lanjut nya sembari duduk di sofa ruang itu.
Luan menghela nafas panjang sembari meletakkan setelan jas itu di tempat nya kembali. "Kenapa kau terlihat begitu sumringah, kau senang karena momen yang sudah kau tunggu selama ini akan terjadi." Ucapnya sembari menghampiri Laurent.
"Peristiwa itu memang akan terjadi Luan, dan aku tidak terlalu menantikan nya."
"Lalu?apa yang membuat mu begitu senang? Jangan bilang kau kau sudah merubah rencana mu lagi."
"Tidak, aku kehilangan sweater kesayangan ku Luan" jawabnya.
"Apa?" Luan memperhatikan penampilan Laurent yang memang cukup berbeda dari sebelumnya. "Tunggu kau senang karena sweater kesayangan mu itu hilang?' lanjutnya dan Laurent mengangguki nya.
"Aneh, dasar aneh." Ucap nya yang terheran-heran dengan sikapnya yang sulit di tebak itu.
****
Pukul 5 sore hari
Kini di depan cermin rias nya Leo sedang menyiapkan diri untuk menghadiri pesta, ia tidak terlalu memperhatikan penampilan bahkan kini ia hanya mengenakan kemeja hitam dan merapikan rambut nya. Dan tidak lama kemudian pintu kamar mandi itu tiba tiba terbuka dan Yoona keluar dari dalam sana dengan tubuh yang masih terbelit handuk.
"Kau bersemangat sekali." Celetuk Yoona dan membuat pria itu sontak menatap nya.
"Setidaknya aku tidak terlihat terlalu buruk."
Yoona berjalan menghampiri Leo bermaksud hendak ingin mengeringkan rambut nya. "Aku sebenarnya tidak menyangka kau akan tertarik pada acara membosankan seperti ini." Yoona menatap Leo. "Aku saja sama sekali tidak tertarik ikut Leo, apa kalau daripada kau pergi ke acara membosankan itu, lebih baik disini bermain permainan menyenangkan dengan ku." Ucapnya yang sontak membuat Leo seketika mengangkat tubuh kecilnya itu Duduk.di atas meja rias.
"Kau sudah mulai berani meminta sekarang Yoona."
" Bukankah kau sendiri yang bilang, kau akan menuruti ku tanpa harus ku minta."
"Itu benar, tapi tidak sekarang Yoona, sebab ada hal penting yang harus ku selesaikan.."
"Sebentar saja Leo." Pinta nya sembari menarik tengkuk leher pria itu dan mencium bibirnya. Sentuhan lembut Yoona berhasil membuat pria itu nyaman dan menikmati apa yang dimulai oleh istrinya itu.
Leo melepas lilitan handuk istri nya itu sembari menghisap leher jenjangnya. "Apa ini yang kau mau?" Tanyanya sembari memijat pelan salah satu bola favorit nya.
"Emghhhh, aku ingin lebih dari ini Leo, "
"Kau benar benar membuat ku menjadi pemuas mu Yoona, sekarang aku tanya pernahkah kau pernah memiliki perasaan cinta saat bermain denganku?" Tanya Leo
"Apakah itu perlu?"
"Cobalah untuk membuka hatimu saat bercinta dengan ku Yoona, dengan begitu kau tidak akan mudah haus akan nafsumu sendiri." Ucapnya yang membuat Yoona terdiam menatapnya.
CEKLEK
"Kakak ipar lihat aku membawa gaun yang cocok untukmu" teriaknya dan membuat mereka bergegas merapikan posisinya, sementara Yoona langsung membelitkan kembali handuk miliknya.
"Astaga,,,," kejut Vina yang langsung membalikan tubuhnya saat tidak sengaja melihat mereka berdua.
Leo menghela nafas panjang dan menjauhkan dirinya dari istrinya itu, sementara Yoona masih stay duduk di atas meja rias, sembari melilitkan kembali handuk nya itu.
"Umm, maaf aku tidak bermaksud mengganggu waktu kalian, kalian lanjutkan, aku akan kesini nanti saja." Ucapnya yang hendak ingin keluar dari ruangan itu.
"Tidak Vina, kau disini saja, aku sudah selesai bersiap, aku akan menunggu kalian dibawah." Sahut Leo sembari merapikan pergelangan tangannya lalu pergi meninggalkan dua wanita itu disana.
Vina menatap kepergian kakak laki lakinya itu dengan tatapan herannya. "seperti nya aku datang di waktu yang salah, ahh seharusnya aku kemari jam lima.
"Sekarang sudah jam Lima." Sahut Yoona.
"Ahh iya kau benar juga, sudah jam Lima." Jawabnya sementara Yoona mulai turun dari meja riasnya itu.
"Oh iya ini, aku bawakan gaun yang cocok untuk mu kakak ipar." Ujarnya sembari memberikan paper bag yang ia bawa.
Yoona menerima pemberian Vina tanpa melihat isi dari paper bag itu. "Tunggu sebentar, aku siap siap dulu" ucapnya lalu pergi ke kamar mandi untuk memakai gaun yang Vina berikan untuknya.
Tubuh gadis itu melemas dan membuatnya terduduk di atas sofa empuk disana sementara Yoona kini tengah sibuk mencoba gaun yang Vina berikan untuknya.
Beberapa saat kemudian Yoona pun keluar dengan menggunakan dress putih panjang dengan model yang sama sekali belum pernah ia coba sebelumnya.
"Kau yakin ingin aku memakai pakaian ini, seperti nya kurang cocok untuk ku." Celetuknya sembari berjalan menghampiri Vina.
Mendengar hal itu membuat gadis itu seketika menyorot kan pandangan nya pada kakak iparnya itu. "Wahh, tidak cocok bagaimana maksudmu, kau terlihat sangat cantik kakak ipar lihatlah." Serunya sembari berjalan menghampiri Yoona yang masih berdiri merapikan gaunnya.
Yoona menghela nafas berat "tidak adik tidak kakak ternyata sama saja, kemarin kakak nya membuat ku seperti anak kecil, sekarang adiknya membuat ku seperti putri Sofia, benar benar menyebalkan." Gumamnya.
Vina menarik Yoona dan mendudukkan nya di depan meja rias, "diam lah biar aku saja yang mendandani mu kak."
"Ehh Tidak usah, aku akan make up sendiri."
"Sudah menurut lah padaku, aku tidak keberatan kok, tenang saja aku akan menjadikan mu tuan putri tercantik di pesta nanti." Ucapnya sembari mengambil bedak yang ada di atas meja rias itu.
Mendengar hal itu Yoona hanya terdiam paksa dan membiarkan gadis itu mulai memoles wajah nya dengan tangannya.
"Apa kau tahu kakak ipar baju ini adalah baju yang ku gunakan untuk pemotretan majalah kemarin."
"Benarkah? Bukankah seharusnya pakaian ini tidak boleh terlihat sebelum perusahaan resmi nya meluncurkan nya."
"Kau benar, oleh karena itu aku ingin membuat mu orang pertama yang memakai nya di depan publik." Jawabnya.
Vina terus fokus memoles wajah kakak iparnya itu dengan begitu sempurna hingga beberapa ingatan tiba tiba terlintas di benaknya dan membuat nya sedikit tertawa.
"Kenapa kau tertawa, ada yang lucu di wajah ku?"
"Hmmm, tidak, aku hanya teringat kak Leo, pernikahan kalian pasti di dasari oleh cinta yang luar biasa."
"Apa?"
"Apa aku salah, apakah kakakku itu memperlakukan mu dengan baik, andai kau tahu kak, kak Leo itu, tidak sebaik yang kau lihat, dia hanya akan bersikap lembut dengan orang yang disayanginya, sebenarnya sikapnya sangatlah kejam dan arogan."
"Dan sekarang sepertinya dia sudah mendapatkan impian nya."
"Impiannya, memang apa impiannya?" Tanya Yoona penasaran.
Vina tersenyum. "Kau tidak tahu, astaga coba tanyakan sendiri nanti dengan nya kakak ipar."
Sementara disisi lain kini Leo sedang berjalan menuju lobby dimana pesta itu di adakan. kaki panjangnya melangkah begitu santai melewati para tamu pesta disana.
"Apa ini acara tahunan mereka?" Gumamnya ketika melihat lobby hotel itu di hias dengan begitu indah dan menawan, dekorasi nya begitu mewah sehingga menggambarkan betapa mahalnya tempat itu.
Leo merogoh saku celananya dan mengambil handphonenya miliknya, namun saat ia hendak menghubungi seseorang dari ponselnya itu, secara tidak sengaja tiba pandangan nya terarah pada dua pria yang terlihat tidak asing baginya dan begitu menarik perhatian nya. Leo perlahan menghampiri pria yang kini sedang asik berbicara disana untuk memastikan tebakan nya itu.
"Luan?" Panggil nya yang berhasil mengenali salah satu dari mereka dan membuat pria berjas navy itu sontak menatap nya.
"Ohh Leo, kau disini." Ucapnya yang membuat pria disampingnya itu ikut menatapnya.
"Kau juga disini Laurent?" Tanya Leo saat melihat tampang pria yang terlihat begitu tidak asing lagi baginya.
"Ohh aku tidak menyangka akan bertemu denganmu disini Leo, tempat ini begitu luar biasa bukan, apa kau juga mendapat undangan pesta kemari?" Jawab Laurent.
"Tidak, apa yang kalian lakukan disini."
"Ahh kalau aku kesini karena Luan yang mengundang ku ke perayaan anniversary hotelnya yang ke 20 tahun."
"Ohh anniversary hotel." Ucapnya yang seakan akan mempercayai perkataan mereka.
"Kak Leo!!" Panggil seseorang dan membuat tiga pria itu menatap ke arah yang sama. Melihat hal itu Vina seketika melambaikan tangannya dengan senyum ceria di wajahnya sembari berjalan ke arah mereka. Sementara Leo entah kemana tiba tiba terdiam saat melihat wanita yang kini sedang berjalan beriringan dengan adiknya itu dengan menggunakan dress putih panjang dengan rambut tergerai panjang dan dihiasi jepit rambut motif bunga di rambut kanannya.
"Lihat apa ku bilang, kau ini sangat cantik kakak ipar, lihatlah pandangan suamimu itu sampai tidak bisa lepas darimu." Bisiknya.
"Kendalikan dirimu Leo, jika kau terus menatap ku aku akan mencongkel kedua matamu itu." Ucapnya dan membuyarkan lamunannya.
"Seharusnya kau senang karena cuma aku yang bisa menatapmu selama itu."
"Kenapa aku harus senang, Luan juga bisa melakukannya." Ucapnya dan membuat lua seketika mengalihkan pandangannya.
"Ohh hai Laurent." Sapa Vina.
"Hai juga,"
"Tunggu kalian saling mengenal, sejak kapan?" Sahut Leo.
"Panjang ceritanya"
"Ceritakan padaku Vina, apa hubungan kalian." Desak Leo.
"Kita tidak ada hubungan apa apa kakak, jangan kepo dehh." Keluhnya pada kakaknya yang cerewet itu, sebab ia tahu betul orang yang paling sensitif saat ia dekat dengan pria adalah kakaknya sendiri.
'sial kenapa dia harus adik perempuannya Leo, berarti yang tinggal di kamar sebelah adalah Yoona dan Leo?' baginya sembari menatap dua saudara itu sedang berdebat.
Yoona menghela nafas panjang, "mau sampai kapan kalian akan berdebat hmm, apa kalian tidak ingin duduk." Letaknya yang berhasil menghentikan perdebatan dua saudara itu.
Leo meraih pergelangan tangan Yoona, "kau benar, ayo kita cari tempat duduk sayang." Ucapnya.
"Hmm, kenapa harus sendiri sendiri, bagaimana kalau kita satu meja saja, bukankah akan lebih menyenangkan." Usul Vina yang tanpa ia sadari usulannya itu bisa jadi akan menjadi masalah.
"Vina, apa maksudmu kau gila?" Protes Leo.
"Kenapa aku gila, bukankah aku benar? Kalian sudah saling mengenal bukan? Kenapa tidak makan satu meja saja." Jawabnya.
"Astaga kau ini benar benar membuat ku pusing." Keluh Leo.
"Aku tidak masalah jika kita satu meja, tidak ada salahnya iya kan? Lihat disana ada meja dengan lima kursi pas untuk kita." Cela Laurent sembari menunjuk ke arah meja kosong.
"Apa yang dia lakukan." Gumam Luan sembari menatap heran ke arah temannya itu.
"Ohh kau benar juga, ayo kesana, biarkan saja kalau memang tidak mau ikut." Jawabnya yang langsung berjalan menghampiri meja kosong itu dan di ikuti dengan Laurent di belakang nya.
"Astaga, Vina!" Panggilnya namun gadis yang ia panggil itu tetap tidak merespon nya, hingga pada akhirnya dia pun juga ikut menyusul dua manusia itu dan ikut bergabung dengan mereka.
Mereka mulai menempati kursi yang kosong, dimana kini Yoona sedang duduk diantara suami dan mantan pacar nya, dan Vina duduk di antara Leo dan Laurent.
"Nahh kalau gini kan, enak dilihat nya iya kan." Ucap Vina sembari meletakkan tas jinjingnya di atas meja.
"Yoona kau duduklah disini, aku akan mengambil makanan untukmu." Ucap Luan pada wanita yang ada di sampingnya.
"Apa? Tunggu, sebenarnya siapa suaminya disini hmm?" Sahut Leo
"Kau memang suaminya leo, tapi aku sudah lama menjadi kekasih nya, jadi aku yang tahu apa makanan kesukaannya." Jawab Luan.
"Kau kekasih nya, aku suaminya Luan, dia adalah milikku, jadi jangan berani macam macam denganku."
"Kau memang suaminya, hanya suami, tapi pria yang ia cintai hanyalah aku, kau kalah jika bermasalah dengan hati Leo." Sahutnya.
Brak
"Sudah cukup, kalian kenapa sih, aku sampai pusing mendengar nya." Protes Yoona setelah menggebrak meja makan itu dan berhasil membuat mereka berdua terdiam
'laurent, apa kak Leo dan pria itu bermusuhan? Dan kekasih? Apa dia mantan kekasihnya kakak ipar." Bisik Vina yang penasaran dengan topik yang mereka bicarakan.
"Yahh seperti itulah, tapi ketahuilah sebenarnya yang paling mengenal dan dekat dengan Yoona itu adalah aku." Jawabnya.
"Benarkah? Memangnya kau siapanya kakak ipar, mantan kekasihnya juga?" Celetuknya
"Sudah cukup, aku akan mengambil makananku sendiri, aku bukanlah bocah yang apa apa harus kalian yang melakukan nya." Kesalnya.
"Sudah sudah, dari pada kalian berdebat, begini saja, kak Leo kau ambilkan makanan untukku, Laurent kau ambilkan kakak ipar makanan, dan untuk kau bisa ambil makanan mu sendiri tuan." Celah Vina.
Laurent Bangkit dari tempat duduknya. "Kurasa itu ide yang bagus, kalau dipikir-pikir disini posisiku yang paling aman iyakan, aku bukanlah kekasih ataupun mantannya." Sahut Laurent.
"Iyakan,,,,sudah sana pergi biar aku disini dengan kakak ipar." Lanjut nya yang entah kenapa membuat empat pria itu menurut padanya.
"Mereka benar-benar menyebalkan." Keluh Yoona sembari menatap kepergian mereka dan menyandarkan punggungnya di kursi tempat duduknya.
Vina mendekat kan dirinya pada Yoona, "aku tidak menyangka kau memiliki peran penting disini, bagaimana bisa hidup mereka bertiga berkaitan denganmu kakak ipar?"
"Semua itu bukan suatu hal yang perlu dibanggakan, mereka adalah orang yang menyebalkan." Jawabnya tanpa menatap ke arah lawan bicara nya.
"Semuanya, termasuk Laurent?"
"Laurent, dia hanyalah teman, dia cukup baik bagi ku." Jawabnya.
"Lalu bagaimana dengan kak Leo?" Tanyanya lagi dan membuat Yoona seketika diam seribu kata sembari menatap Leo yang kini sedang mengantri makanan sembari membawa piring di tangannya.
"Dari diam mu, aku sudah tahu jawabanmu, dan ya tidak semua dari mereka menyebalkan." Simpulnya.
Setelah cukup lama menunggu tiga pria itupun akhirnya kembali dengan membawa banyak makanan di tangan nya hingga membuat meja makan mereka penuh dengan makanan.
"Wow, coba kita lihat apa saya yang mereka bawa." Oceh Vina saat melihat tiga pria itu kembali ke tempat duduknya.
"Vina apa kau suka jus strawberry, ini aku bawakan segelas untuk mu." Ucapnya sembari menyodorkan segelas jus strawberry pada Vina dan berhasil mengundang tatapan sinis dari Leo.
"Aku menyukai semua minuman Laurent, terimakasih." Jawabnya dan hanya dibalas anggukan oleh pria itu.
Mereka pun akhirnya mulai menyantap hidangan yang sudah mereka ambil itu sembari menikmati suasana hotel saat itu.
"Yoona lihat, aku tadi ambil udang goreng, cobalah." tawar Luan sembari menyodorkan sebuah udah goreng yang sudah ia hampir dengan sumpitnya ke arah Yoona.
Dan wanita penyuka udang itupun sontak membuka mulutnya dan menerima udang yang Luan berikan. "Bagaimana enak bukan?' tanyanya yang tahu bahwa wanita di depan nya itu tidak pernah menolak jika berkaitan dengan Udang goreng.
Yoona mengangguk sembari mengunyah udang nya itu, sementara Leo hanya diam menatap kesal ke arah istrinya itu.
"Uhuk uhuk, sepertinya asap dapurnya bocor kesini, kenapa engap sekali sih, seperti nya hotel ini kurang vertilasi udaranya." Ucapnya yang sesekali melirik ke arah kakak laki lakinya yang saat ini begitu berekspresi datar sembari memakan makanannya.
"Akan ku ambilkan minum dulu." Pamit Leo yang langsung berdiri dari tempat duduknya.
Namun saat ia hendak pergi meninggalkan tempat itu Yoona tiba tiba menahan dan menarik pergelangan tangannya hingga sontak membuat pria itu duduk kembali di tempatnya, melihat hal itu tanpa berpikir panjang dia pun langsung mengambil alih bibir pria itu dan melumat ringan bibirnya.
Melihat hal itu tentu membuat mereka bertiga terdiam begitu juga dengan Leo yang tiba tiba membeku di tempat.
"Disini saja." Ucap Yoona singkat sembari menatap lekat kearah suaminya itu yang tiba tiba ingin meninggalkan meja makan yang penuh dengan makanan minuman dan camilan.