Fiona dan Fiora, saudari kembar putri presiden. mereka sudah saling menyayangi sejak mereka masih kecil, saling membantu jika salah satu mereka kesusahan. tetapi saat mereka memasuki usia remaja, Fiora yang merasakan pilih kasih di antara mereka berdua, Fiona yang mendapatkan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuanya, sementara dia tidak pernah merasakan itu, hari demi hari berlalu kebencian di hati Fiora semakin memuncak karena suatu peristiwa saat dia berkelahi dengan Fiona. Fiora lari meninggalkan istana dengan air mata di pipinya akibat makian ayahnya, sampai detik itu dia tidak pernah kembali ke rumah mereka lagi.
Fiona yang merasakan perasaan bersalah di hatinya memikirkan saudaranya pergi yang tidak pernah kembali lagi, kini mereka sudah dewasa. Fiona mengambil ahli mengurus semuanya bersama Aaron. setelah beberapa waktu banyak terjadi penghianatan di negara itu yg mengakibatkan banyak korban jiwa, siapa menyebabkan itu semua? apakah orang yang paling mereka tidak sangk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon strbe cake, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita kuat Robert
Mendengar itu, Kevin segera melangkah menyesuaikan kecepatan Robert berjalan di sampingnya.
Keheningan terjadi beberapa saat yang hanya terdengar bunyi hentakan sepatu mereka.
Kevin melirik ke arah Robert sambil menghela nafas merasakan getir di dalam hatinya, namun ia tahu harus menyampaikan sesuatu yang menyakitkan kepada Robert.
Dengan napas yang berat, Kevin segera mengangkat wajahnya untuk melihat ke samping.
“Robert, apa kau masih ingat penyampaian penasihat tentang anak kembar yang satunya akan membawa kesialan, yaitu anak yang lahir di akhir.”
Robert yang mendengar itu segera berhenti berjalan menatap Kevin, Tidak disangka, perkataan yang keluar dari bibir Kevin menusuk ke hati Robert seperti pedang tajam.
Robert terdiam sejenak, membuka bibirnya perlahan berbicara dengan nada yang pelan berusaha menyembunyikan rasa sakit dan kesal di hatinya.
“Aku ingat Kevin, Aku ingin yang terbaik untuk keluargaku, memberikan mereka kebahagiaan yang tiada hentinya, tapi mengapa harus ada dia, aku sudah cukup satu anak.” kata Robert dengan memalingkan wajahnya kembali berjalan perlahan.
Kevin yang mendengar itu terdiam melihat Robert yang pergi segera menghampirinya. “Robert, aku mengerti perasaanmu, tetapi dia juga anakmu. Aku harap kau mengambil keputusan yang terbaik.” ujar Kevin.
Robert yang masukan dari Kevin hanya terdiam dan terus berjalan dengan ekspresi yang tidak terbaca di wajahnya.
Ruangan bayi mulai terlihat, Robert dan Kevin berhenti tepat di depan dinding kaca, melihat ke dalam ruangan bayi. Ada beberapa bayi di sana yang sedang tertidur. Robert menunjuk ke arah bayi yang sedang tertidur di satu ranjang bayi yang besar dan mewah berbeda dengan lainnya.
Kevin segera membuka pintu perlahan berjalan masuk menuju bayi itu disusul dengan Robert yang berjalan di belakangnya.
Kevin melihat bayi yang sedang tertidur pulas merasa sangat senang, segera membungkuk mengelus pipi bayi yang sedang tertidur dengan jempolnya, ia tersenyum lebar.
Robert yang melihat pemandangan itu segera mengangkat bayinya dari tempat tidur, mengendongnya dengan berhati-hati.
Kevin menoleh melihat ke bayi Robert yang lainnya sedang tertidur juga. Ia hanya terdiam dan kembali mendekati Robert dengan senyuman di wajahnya.
Robert dan Kevin terus mencurahkan kasih sayang mereka kepada bayi yang ada di gendongan Robert.
“Kevin, bisakah kau membawa dia untukku, kita akan pergi ke ruangan di mana Rosella berada, dia pasti ingin melihat putri-putrinya juga.” Robert mulai mengambil beberapa peralatan untuk dibawanya.
“tentu saja Robert.” Kevin mulai mengangkat bayi itu perlahan, meskipun ia tampak kesulitan takut melukai tubuh kecil itu dengan gerakannya yang salah.
Salah satu suster yang berjaga segera membantu Kevin dengan sopan.
“Seperti ini tuan. Buka tangan anda, agar saya yang menyesuaikannya.”
Kevin mengangguk mengikuti instruksi itu, mulai membuka tangannya sedikit.
Perawat pun mulai meletakkan bayi perlahan di atas lengannya, mengerakkan sedikit untuk mencapai posisi yang baik, setelah semuanya beres perawat pun mengangguk, ia mundur perlahan dengan sopan, menundukkan wajahnya.
“terima kasih.” Kevin segera pergi mengikuti Robert.
Perawat itu berbalik berjalan menuju perawat lainnya yang berjaga, jantungnya berdetak dengan cepat, dan berbicara kegirangan.
“tidak kuduga, aku bisa berbicara dan dekat dengan tuan Kevin, dia sangat tampan.”
Perawat yang mendengar perkataan itu menganggukkan kepalanya tanda setuju.
“aku juga melihatnya, dan dan tuan Robert sungguh mengesankan, tidak sia-sia kita berjaga di sini.”
“itu benar aku bahkan Masi merasa ini adalah mimpi, sungguh tidak terduga.” Ia terus tersenyum dengan bangga
“Sudah-sudah mari kembali bekerja.”
Saat Kevin dan Robert terus berjalan, Kevin memandangi wajah mungil yang ada di gendongannya itu, hatinya mulai melembut melihat betapa damainya ia tertidur.
“sudah sampai.” Robert membuka pintu pelan melangkah perlahan ke dalam ruangan, ia melihat Rosella Masi tertidur pulas di ranjangnya.
Disusul oleh Kevin, dia pun menoleh, Melihat pemasangan itu.
“sepertinya ia sangat kelelahan, dia tertidur dengan sangat pulas.” Bisik Kevin dengan tersenyum, ia pun mulai melangkah dengan hati-hati duduk di sofa yang berada di sudut ruangan.
Robert mengikuti Kevin, ia duduk di sebelahnya, menyadarkan tubuhnya sepenuhnya pada sofa. “beberapa saat yang lalu memang menegangkan Kevin, aku bahkan membayangkannya kembali tidak sanggup, Rosella kuat bisa melewatinya dengan baik.” Ucap Robert mempererat pelukannya kepada Fiona, ia melirik bayinya kembali dengan senyuman syukur.
“tentu saja Robert, itu memang hal yang menenangkan, bagaimana tidak bukan, kau melihat bagaimana perjuangan Rosella untuk melahirkan kedua putrimu, dia memang wanita yang sempurna.” Balas Kevin.
“aku tidak tahu Kevin apa yang akan terjadi jika aku mengatakan aku tidak menginginkan satu antara ini.” desis Robert,
Kevin terdiam saat mendengar ucapan itu, dia bisa melihat wajah Robert yang tampak bimbang sekaligus benci bersamaan.
“Robert, tenangkan dirimu sebelum mengambil keputusan, bagaimana pun dia adalah putrimu, darah daging mu, kita tidak bisa mempercayai hal yang seperti itu bukan.” Usul Kevin
“aku tidak bisa Kevin. Bagaimana jika aku mengatakan aku memercayai itu, aku takut hanya karena ini semuanya hancur, keluarga ku, wilayahku atau apa pun itu, sangat tidak bisa diterima.”
Kevin hanya terdiam, kembali melirik bayi yang ada di gendongannya, ia mengerutkan kening merasa sependapat oleh pemikiran Robert.
Tidak lama kemudian terdengar gerakan di tempat tidur, Robert segera menoleh melihat Rosella yang terbangun dari tempat tidurnya, ia pun berdiri berjalan kearah Rosella.
“sayang, jangan terlalu banyak bergerak kau Masi terluka, biarkan aku yang membantumu.” Dengan tangan lainnya, Robert membetulkan Bantal Rosella menyangga tubuhnya sedikit lebih tinggi.
“Sudah merasa nyaman.” Tanyanya.
Rosella mengangguk perlahan, ia sedikit meringis saat merasakan jahitan itu.
“tidak apa-apa, apa yang kau inginkan sayang, kau ingin melihat putrimu ya.” Robert segera meletakkan bayi yang berada di gendongannya di samping tubuh Rosella.
Rosella melihat bayi yang sedang tertidur pulas itu dengan perasaan campur aduk, matanya berkaca-kaca ia pun mengeluarkan tangannya dengan gemetaran memeluk bayinya.
Tatapan Robert semakin melembut ia mengikuti pergerakan Rosella, membungkuk untuk memeluk mereka.
Kevin hanya bisa tersenyum tidak ingin bergabung merusak suasana.
“lihat dia Rosella ku, dia sangat cantik sama seperti mu bukan.” gumam Robert
Rosella mengangguk perlahan, setetes air mata jatuh di sudut matanya.
“Robert, aku berhasil, aku bisa membawa putri kita ke dunia, terima kasih sudah mendukung dari rasa takut ku.”
Robert tersenyum lembut, mengusap air mata Rosella dengan jari-jarinya.
“kau yang hebat Rosella, aku bangga padamu, sudah jangan menangis lagi.” Bisiknya.
Rosella terus melihat wajah putrinya yah damai, ia tersenyum, mempererat pelukannya.
"dia sangat cantik."
Bayi itu pun mulai menggeliat pelan terbangun di pelukan mereka, saat ia membuka matanya, Robert dan Rosella melihat jelas bagaimana mata putri mereka yang sangat indah mirip dengan mata Robert yang tampak seperti mata hewan.