Lareyna adalah istri yang semena-mena pada suaminya karena selama ini dia mengira suaminya menikahinya hanya karena bisnis.
Sebuah kesalahpahaman terjadi antara mereka hingga hubungan mereka semakin jauh padahal sudah berlangsung selama tiga tahun.
Hingga sebuah insiden terjadi, Ayden menyelamatkannya dan menukar nyawanya demi keselamatan Lareyna. Di ujung kebersamaan mereka Lareyna baru tahu kalau Ayden selama ini mencintainya.
Dia menyesal karena sudah mengabaikan Ayden, andai ada kesempatan kedua dia ingin memperbaiki semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vicka Villya Ramadhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Posesif
Ayden menggulum senyuman sedangkan Cassandra yang duduk di depannya terus saja berwajah kecut. Sejak tadi dia mendelik menatap kesal pada tingkah Lareyna sedangkan Ayden sendiri merasa heran bercampur malu dan senang.
Siapa yang akan menyangka gadis yang selama ini hanya dia cintai dalam diam juga membalas perasaannya. Siapa yang akan menyangka jika selama ini dia diam saja sambil berharap bisa menikahi Lareyna lalu mendapatkan cinta gadis ini justru ternyata dia berhasil mendapatkannya.
"Mengapa kalian diam saja? Bukankah dia datang untuk membahas pekerjaan? Bicara saja, aku nggak akan mengganggu," ucap Lareyna sambil menatap Cassandra penuh provokasi.
Ayden meringis, bagaimana mungkin dia akan membahas pekerjaan sedangkan saat ini dia sedang memangku bayi besar yang dengan posesif memeluk lehernya lalu kembali menyadarkan wajah di dadanya.
"Nggak mengganggu? Kamu yang duduk di pangkuan Ayden itu sudah mengganggu. Ini bukan kamar kalian, jadi menyingkirlah dulu. Kami ingin membahas pekerjaan penting dan juga hasil rapat tadi. Kamu nggak berkepentingan menyingkirlah. Seperti akan hilang saja Ayden jika kamu nggak duduk di pangkuannya," sindir Cassandra.
Lareyna mendongak menatap Ayden, dia lalu melirik ke arah Cassandra yang duduk di hadapan mereka dengan meja kerja Ayden sebagai pembatasnya.
"Aku dan Ayden sudah menikah, entah di kamar, di dapur atau pun di ruangan ini, selagi kami suka, semua akan terasa seperti di kamar. Iya 'kan suamiku?"
Ayden menahan tawa, apalagi saat Lareyna menatap dengan puppy eyes-nya itu. Dia baru saja menyadari betapa menggemaskannya gadis ini. Selama ini dia mengagumi Lareyna yang selalu memberikan kesan angkuh dan tak tersentuh padanya, tetapi lihatlah bagaimana dia berubah menjadi gadis yang sangat manja seperti ini, dia sungguh menggemaskan.
"Iya," jawab Ayden dengan begitu singkat.
Lareyna menyeringai lalu dia menatap Cassandra sembari tersenyum meremehkan. Kembali dia menyandarkan wajahnya di dada Ayden lalu dia berkata, "Ayden, aku sedang merindukanmu. Apakah rapatnya nggak bisa ditunda dulu? Kamu lebih cinta padaku atau pada bisnis ini? Tenang saja, sekalipun kamu jatuh miskin aku nggak masalah. Asalkan kamu tetap jadi suamiku maka makan roti sisa pun aku nggak masalah."
Ayden tergelak begitu pula dengan Cassandra. Gadis ini merasa Lareyna hanya sedang membual saja.
"Benarkah? Bagaimana jika aku jatuh miskin dan aku hanya akan bekerja sebagai kuli bangunan? Tanganku akan menjadi kasar, kulitku akan berganti warna karena terbakar sinar matahari, kebutuhanmu akan begitu kekurangan dan kita hanya akan tinggal di rumah kontrakan. Apa kamu siap?" pancing Ayden.
Lareyna tertawa. "Nggak masalah. Tanganmu menjadi kasar karena kamu mencintaiku. Kamu mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhanku. Nggak apa-apa kalau kulitmu terbakar sinar matahari, nggak masalah kalau warnanya akan berubah, yang penting hatimu nggak akan pernah berubah. Cintai aku saja."
Tanpa mempedulikan kehadiran orang lain di dekat mereka, Ayden memeluk Lareyna dengan erat. Dia bahkan menghujani ciuman di puncak kepala Lareyna.
Pasangan pengantin baru itu dibuat kaget saat Cassandra menggebrak meja. Ayden berdeham untuk menormalkan perasaannya sedangkan Lareyna menggerutu tanpa suara.
"Bisa nggak kalian itu bermesraan di kamar saja. Mataku tercemar akibat ulah kalian. Astaga Ayden ... aku nggak pernah tahu kamu punya ekspresi seperti ini. Menjijikan," cibir Cassandra.
Ayden justru meledakkan tawanya. Dia meminta Lareyna untuk turun dari pangkuannya. Meskipun sempat menolak tetapi Lareyna akhirnya menuruti permintaan Ayden. Dia bertatapan dengan Cassandra yang juga sedang menatapnya seakan tengah mengamati.
"Berhentilah bermain-main Casy, aku nggak suka membuat istriku cemburu meskipun aku tahu cemburu adalah tandanya cinta," ucap Ayden yang justru mendapatkan cibiran dari Cassandra.
Ayden berkata lagi, "Lareyna, dia adalah Casy, sepupuku."
Lareyna terbelalak dengan mulut yang terbuka lebar sedangkan Cassandra justru tertawa.
Tunggu dulu, di kehidupan sebelumnya Lareyna tidak pernah tahu jika Ayden memiliki sepupu, dia hanya mengetahui Ayden adalah anak panti asuhan Nyonya Emma. Dia mencoba mengingat tetapi dia memang tidak pernah mendapatkan ingatan tentang sosok bernama Cassandra ini.
Lalu, jika ternyata Ayden memiliki sepupu, mengapa dia justru berada di panti asuhan? Mengapa keluarganya tidak membawanya untuk tinggal bersama?
Jalan cerita hidup mereka semakin banyak yang mengalami perubahan. Oh, atau mungkin memang sosok Cassandra ini ada tetapi karena dulunya dia yang tidak mau tahu tentang Ayden sehingga tidak tahu tentang sepupunya ini.
"Aku Cassandra, panggil saja aku Casy. Seperti yang Ayden katakan tadi, aku adalah sepupunya ah lebih tepatnya aku adalah kakak sepupunya. Maaf membuatmu tak nyaman di awal bertemu, aku hanya ingin melihat apakah kamu benar mencintai Ayden atau nggak," ucapnya yang langsung disambut dengan ekspresi bingung Lareyna.
Lareyna berusaha tersenyum kemudian dia menyambut uluran tangan Cassandra. Dia tersenyum lembut meskipun dalam hati dia masih menerka-nerka mengapa sosok Cassandra ini dihadirkan di kehidupan kedua ini.
"Reyna, sebenarnya Casy datang untuk bertemu denganmu. Apa kamu nggak keberatan menemaninya mengobrol? Aku harus menemui klien yang sebentar lagi akan datang," tanya Ayden.
Lareyna mengerjap. "Oh tentu, tentu saja aku nggak keberatan. Dia adalah kakak ipar, bukan?"
Ayden tersenyum senang lalu dia membiarkan Cassandra membawa Lareyna pergi bersamanya.
Dua gadis itu pergi dengan menggunakan mobil Cassandra. Ada banyak hal yang ingin Lareyna tanyakan tentang Ayden pada sepupunya ini tetapi dia bingung harus mulai dari mana.
Mereka tiba di pusat perbelanjaan, Cassandra membawa Lareyna untuk menikmati makan siang di salah satu foodcourt.
"Aku harap kamu benar sayang pada Ayden. Nasibnya nggak seindah wajahnya. Kamu tahu rasanya menjadi anak yang nggak diinginkan? Aku berharap kamu tulus padanya dan terus mencintainya. Jangan biarkan dia merasakan perasaan itu untuk yang kedua kalinya."
Sendok ice cream itu berhenti di depan mulut Lareyna. "Maksud kamu?"
Cassandra mengangkat kedua bahunya. "Kamu bisa bertanya pada Ayden. Tolong dampingi dia, aku lihat dia menggantung banyak harapan padamu. Dia nggak butuh semua harta dan pengakuan itu, cukup dia memilikimu saja. Luka hatinya sudah terlalu dalam. Tolong bantu sembuhkan."