Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Kecelakaan.
Nasya dan Radit yang berada di dalam mobil dengan hujan yang deras di malam hari.
"Seharusnya kita tadi pulangnya lebih awal, jadi tidak terjebak hujan seperti ini," ucap Nasya dengan raut wajah yang tampak resah.
"Nasya kita tidak akan tahu kapan hujan akan turun. Cuaca sejak tadi sangat bagus, langit begitu cerah dan tiba-tiba saja malam ini hujan. Kalau kita juga tahu akan turun hujan pasti kita tidak akan berada di sini sekarang. Lagi pula sebentar lagi kita juga sampai dan hujan ini tidak menjadi kendala untuk kita berdua pulang ke rumah," ucap Radit.
"Bukan seperti itu. Sangat berbahaya sekali menyetir dalam keadaan seperti ini, sudah sangat gelap dan hujan turun pula," keluhnya yang terus khawatir.
"Jika kita menunggu hujan reda yang ada kita membuat orang tua kamu khawatir. Aku sudah berjanji pada mereka akan membawa kamu pulang tidak terlalu larut dan bahkan ini sudah melanggar sedikit janji. Tetapi siapa yang tahu kalau memang kita sedikit mendapatkan masalah yang membuat kita harus pulang-pulang telat," ucap Radit.
"Bagaimana kalau kita berhenti sebentar dan aku akan telepon kak Andre dan mengatakan apa yang terjadi," ucap Nasya memberikan saran.
"Tidak perlu Nasya. Kita akan segera sampai. Kamu cemas terlalu berlebihan," sahut Radit.
Nasya hanya menghela nafas yang terlihat kekhawatiran yang begitu jelas dan sementara Radit hanya santai. Tiba-tiba saja macet yang membuat mobil itu berhenti.
"Ada apa lagi ini?" tanya Radit.
Nasya juga kebingungan yang macet itu. Di saat ada seorang pria yang ingin melewati mobil Radit membuat Radit buru-buru membuka kaca mobilnya.
"Maaf pak! Izin tanya. Ada apa di depan?" tanya Radit.
"Ada pohon tua yang tumbang. Jadi membuat macet parah. Macetnya juga sudah panjang sekali," jawab pria itu.
"Astagfirullah..." lirih Radit.
"Terima kasih, Pak," sahut Radit. Pria itu menganggukan kepala dan langsung pergi.
"Ya. Ampun ada-ada saja yang terjadi dan sekarang sudah macet," ucap Nasya yang terlihat semakin panik yang terus saja melihat ke depan.
Tiba-tiba Radit menyalakan mesin mobil dan hendak melajukan mobilnya yang melewati ke arah kiri.
"Radit kita mau ke mana?" tanya Nasya panik.
"Kita tidak mungkin menunggu macet selesai, kita akan lewat jalan potong," jawab Radit yang sudah terlihat memasuki jalanan yang lain.
"Radit apa itu tidak terlalu berbahaya. Setahu aku jalanan itu adalah tempat balap mobil," ucap Nasya yang tampak cemas yang semakin terlihat tidak tenang.
"Hujan seperti ini mana ada orang balapan. Jadi tidak apa-apa kita lewat sini saja," jawab Radit.
"Tapi Radit!" Nasya begitu panik dan sementara Radit tetap saja melajukan mobilnya.
Jalanan yang dijalani Radit dan Nasya memang tampak sepi dan tidak ada balapan yang seperti dikawatirkan Nasya. Tetapi tetap saja Nasya merasa tidak tenang dan apalagi jalanan seperti itu juga sangat rawan dengan belokan yang sangat ekstrim membuat Nasya sangat deg-degan apalagi hujan turun dan takut terjadi sesuatu pada mereka.
Jalanan pasti sangat licin dan kelajuan mobil Radit juga terus saja menambah. Bagaimana Nasya tidak terus kepikiran.
"Nasya kenapa wajah kamu tegang sekali. Kita akan sampai sebentar lagi. Aku tidak akan menepati janji kepada orang tua kamu," ucap Radit yang menoleh ke arah kekasihnya itu.
"Bagaimana aku tidak tegang jika kamu menyetir terlalu kencang, aku bahkan sampai mau mual," jawab Nasya.
"Jika menyetir tidak kencang maka tidak akan sampai," jawab Radit.
Nasya menghela nafas yang melihat ke Radit dengan mereka berdua yang saling menatap. Radit selalu saja punya jawaban.
"Kamu jangan khawatir lagi ya," ucap tadi dengan lembut. Nasya hanya menjawab dengan anggukan kepala.
"Aku tidak percaya jika kita berdua sebentar lagi akan menikah," ucap Radit dengan tatapan yang begitu dalam.
"Aku juga tidak percaya jika pada akhirnya kamulah yang akan menjadi suamiku. Kita akan dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan, pasangan halal yang akan memulai semua dari awal," sahut Nasya.
Radit mengangguk dan mereka sama-sama tersenyum yang terus saja saling menatap.
Tin-tin-tin-tin-tin.
Wajah keduanya tiba-tiba saja terkena cahaya yang begitu terang membuat mereka melihat ke depan dan betapa terkejutnya mereka saat truk besar melaju dengan kencang. Radit dengan mata melotot langsung membanting stir.
"Aaaaaaa!" teriak Nasya.
Selamat dari truk mobil tersebut yang bisa menghindarinya dan naasnya tiba-tiba saja dari depan terlihat mobil BMW berwarna hitam dan Radit kembali dikejutkan.
"Radit awas!" teriak Nasya. Radit yang kembali membanting setir mobil dan pada akhirnya menabrak pembatas jalan.
"Aaaaa!"
Brak
Suara hantaman yang begitu kuat terdengar. Bagaimana tidak mobil tersebut langsung berguling dan sampai terbalik akibat tancapan gas yang sangat kencang yang membuat hantaman keras pada pembatas jalan dan sampai membuat mobil itu terangkat.
Chittttt
Pengendara mobil yang sempat bersenggolan dengan mobil Radit yang juga tadi membelokkan setir mobilnya untuk menghindari kecelakaan yang mana mobil itu menghantam pohon sehingga pintu bagian mesin terbuka.
Nathan yang menjadi pengemudi mobil tersebut mengangkat kepala yang terbentur setir mobil dengan suara nafas naik turun. Nathan melihat dari kaca spion yang mana mobil Radit dan Nasya yang sudah berbalik dengan asap yang keluar.
"Astaga..." lirih Nathan yang benar-benar sangat terkejut.
Nathan yang langsung buru-buru membuka pintu mobilnya, dengan keadaan yang terluka membuat dia berlari menghampiri mobil Nasya dan Radit.
Ternyata kondisi di dalam mobil pasangan calon pengantin itu benar-benar parah dengan kepala Radit yang sudah keluar yang dilumuri darah dan begitu juga dengan Nasya yang terluka parah yang wajahnya dipenuhi dengan darah.
Tetapi Nasya yang masih sadar yang pandangan matanya melihat ke arah calon suaminya yang sudah tidak sadarkan diri. Mulutnya yang tampak berusaha untuk berbicara menyebutkan nama calon suaminya itu.
Tiba-tiba saja Nathan sudah berada di lokasi dan bersusah payah membuka pintu mobil yang terhimpit. Di mana untuk pertama kali Nathan yang mengecek kondisi sang pengemudi.
Nathan mengalami kesulitan saat mengeluarkan Radit dari dalam mobil. Nasya dengan samar-samar hanya melihat pria tersebut karena matanya juga sudah terkena darah yang keluar dari kepala.
Tidak bisa mengeluarkan Radit yang membuat Nathan menoleh ke arah di samping Radit yang ternyata masih melihat mata Nasya terbuka. Nathan mengulur niatnya yang sekarang berpindah ke posisi Nasya.
Dia juga begitu berusaha membuka pintu mobil bagian Nasya yang ternyata jauh lebih mudah dibandingkan Radit. Tanpa membuang waktu Nathan langsung mengeluarkan Nasya dari dalam mobil dengan menggendong ala bridal style.
"Bertahanlah!" ucap Nathan dengan nafas naik turun yang langsung membawa Nasya pergi.
Doarrrr.
Baru beberapa langkah yang tiba-tiba sudah terdengar suara ledakan yang sangat kuat. Hal itu juga sampai membuat Nathan yang menggendong Nasya berlutut di aspal karena terkena sperpat mobil yang terbakar pada punggungnya yang membuatnya tidak sanggup berjalan.
Nasya yang berada gendongan pria itu dengan sangat lemas dan masih sadarkan diri melihat ke arah mobil yang sudah dipenuhi dengan api. Air matanya jatuh yang masih mengingat jika calon suaminya berada di sana.
Apa yang bisa dia lakukan bahkan berteriak pun dia sudah tidak sanggup yang perlahan memejamkan mata.
Bersambung.....