Terpikat Pesona Suami Brondong

Bimo dan Damar sudah mendapatkan bukti kejahatan Olivia dan perempuan yang bernama Nafisah.

“Yes! Berhasil kita dapatkan bukti kejahatan mereka!” cicitnya Bimo.

“Gue bakal laporan kepada Akmal, pasti dia bakalan terkejut kalau sampai mengetahui mantan pacarnya sudah berbuat tindak kriminal,” balasnya Damar sambil mengecilkan suaranya.

Krek!!

Suara ranting pohon berbunyi karena diinjak oleh Bimo.

Damar menepuk pundak sahabatnya,” Lo kalau jalan perhatikan apa yang Lo injak!”

“Mana gue tau kalau di bawah sana ada ranting kayu,” protesnya Bimo.

Keduanya segera bersembunyi dibalik batang pohon mangga yang berdiri kokoh berbuah lebat itu bisa melindungi tubuh dua orang dewasa. Nafisah dan Olivia berbalik memperhatikan sekitarnya.

“Lo dengar suara kayak orang jalan gak?” Tanyanya Olivia mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Nafisah celingak-celinguk mencari kemungkinan kalau memang ada orang yang bersembunyi.

“Kayaknya enggak ada itu cuma suara angin atau kucing yang berjalan,” balasnya Nafisah.

Bimo dan Damar bisa bernafas lega karena tidak ketahuan kalau mereka sedang menguping. Bimo kembali merekam pembicaraan mereka.

“Jadi, gue harus berpura-pura hamil anaknya Akmal gitu?” Tanyanya Olivia.

“Betul banget, karena kamu sudah berhasil merekam malam itu kalau kamu tidur bersamanya pasti istrinya percaya kalau kamu hamil beneran bukan bohongan,” ujarnya Nafisah.

“Ngomong-ngomong Lo kenapa mau kerjasama dengan gue!? Apa motif Lo yang sebenarnya?”

Olivia memperhatikan perempuan muda yang cantik karena dempul tebalnya serta skincare racikan abal-abal yang dipakainya sehingga membuat wajahnya memerah terkena paparan sinar ultraviolet matahari langsung.

Nafisah salah tingkah mendengar pertanyaan dari rekan setimnya dalam kemaksiatan,” mampus gue! Harus ngomong apa agar dia percaya dan tidak curiga dengan niat terselubung gue,”

Olivia menelisik raut wajahnya Nafisah,” kenapa Lo diam saja! Jangan-jangan Lo juga suka sama kak Akmal?” Tanyanya Olivia.

Nafisah gelagapan dan tidak mungkin lah dia berkata jujur bisa-bisa rencana besarnya akan hancur berantakan.

“Haha! Mana mungkin lah aku suka sama pria modelan kayak Akmal, sudah mirip berandalan urakan preman begajulan lagi,” kilahnya Nafisah.

Olivia manggut-manggut,” pacar gue itu ganteng banget coba kamu perhatikan di layar kalau dia itu mirip oppa Korea Selatan sayangnya dia harus menikah dengan perempuan tua itu!” kesalnya Olivia.

“Memang Shaka adalah pemuda yang paling ganteng di kampuang dan juga paling kaya makanya gue jatuh cinta padanya dan akan melakukan apapun agar dia menjadi milikku termasuk menjadikan kamu sebagai tameng dan pion dari rencana besarku,” batinnya Nafisah.

“Kita balik, takutnya Nabil kelamaan nunggu kita yang jelasnya kita sudah mengantongi beberapa bukti kejahatan mereka,” ajak Bimo.

Suara bising dari pengeras suara membuat mereka harus berbicara seperti orang yang teriak-teriak karena suara mereka beradu dengan sound sistem.

Bimo sudah berjalan meninggalkan Damar sendirian karena dia masih melihat ke arah gadis yang sedari dulu ditaksirnya.

Damar mengangguk dan terus memperhatikan Olivia,” Liv, coba Lo lihat sedikit saja kepadaku Lo bakal tahu ketulusanku kepadamu, gue yang mati-matian mencintaimu tapi malah Lo sayang sama Akmal yang sudah punya istri.”

Berselang beberapa menit kemudian…

Siang hari acara semakin ramai karena para pekerja yang bekerja di instansi pemerintah ataupun perkantoran baru selesai bekerja sehingga barulah mendatangi acara itu.

Para tamu undangan secara bergantian naik ke panggung untuk memberikan selamat kepada kedua mempelai pengantin baru itu.

“Mas, masih lama nggak acaranya?” Tanyanya Erina yang kakinya sudah pegal-pegal kesemutan karena sudah lama berdiri meski sesekali duduk.

Arshaka tersenyum simpul kemudian tanpa terduga dan tanpa basa-basi berjongkok di hadapan Erina. Dia tak segan-segan memijit kakinya Erina.

“Duduk dan lepas sepatunya, gue akan memijit kakimu,” pintanya Arshaka.

Erina salah tingkah dan malu-malu karena suaminya memperlakukan begitu romantis dan perhatian di depan umum. Ia langsung duduk di sofa dan melakukan apa diperintahkan oleh suaminya.

Apa yang keduanya lakukan menjadi pusat perhatian dari semua orang yang hadir di acara tersebut. Rata-rata berdecak kagum melihat ketulusan perhatian dari Arshaka yang memperlakukan istrinya dengan begitu perhatian.

“Mas nggak perlu repot-repot, aku tidak kenapa-kenapa kok.” Tolaknya Erina secara halus karena sungkan diperlakukan seperti itu.

“Tidak apa-apa Nak, karena acaranya masih sangat lama jadi ijinkan suamimu melakukannya,” ucapnya Bu Ulfa.

“Nggak enak diperhatikan oleh orang-orang, entar dikira gue istri yang menyetir suami melakukan hal-hal diluar tanggung jawab suami, Bunda,” cicitnya Erina.

“Kalau ndak enak dikasih ayam saja,” candanya Arshaka.

“Menjaga, melindungi dan memperhatikan apapun keperluan istri termasuk perhatian kesehatan istri adalah salah satu tanggungjawab besar suami, biarkan saja putraku memperlakukanmu dengan baik karena ayah juga seperti itu kepada bundanya Shaka,” sahut pak Raffi panjang lebar.

Erina akhirnya setuju saja dan tidak mempermasalahkannya, lagian kakinya membaik setelah dipijit dan sedikit diurut.

“Masya Allah sweet banget kakak ipar, kepengen deh di cintai ugal-ugalan oleh pria kayak babang Shaka,” celetuk Elma.

“Kamu perbanyak berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar diberikan jodoh yang paling terbaik,” sahutnya Bu Rasmi yang tersenyum mendengar perkataan putri bungsu.

“Gimana dengan kakimu apa sudah baikan?” Tanyanya Arshaka sambil mengoles cream untuk pijit yang sudah disiapkan sebelum acara berlangsung.

“Alhmdulillah sudah mendingan Mas Shaka, udah yah lihat sudah banyak tamu yang perhatiin kita” Erina membantu suaminya bangkit dari posisi jongkoknya.

Arshaka dan Erina kembali menyambut tamu undangan yang antriannya seperti ular raksasa saja yang tak henti-hentinya mendatangi acara tersebut.

Tak bosan-bosannya Nabil terus memandangi wajah cantik nan ayu Elma,” Allahu Akbar kalau sampai gadis itu menjadi istriku,” gumamnya.

Bimo dan Damar kembali duduk di sampingnya Nabil yang tidak berkedip memperhatikan apa yang dilakukan Elma.

Bimo dan Damar sampai-sampai tersenyum simpul,” kalau suka didekatin dong jangan hanya jadi fans fanatiknya tapi hanya berani mencintai dari jarak jauh saja.”

“Kalau gue mah langsung caper di depannya sempat masih jomblo kan Lo ada kesempatan kalau gitu,”

Nabil menghela nafasnya dengan berat,” dia anak orang kaya, anak jenderal sedangkan gue hanya orang biasa.”

“Kalau cinta tak ada namanya kamu orang biasa coba dekati dulu kalau gagal dicoba lagi dan lagi,” Bimo malah memanasi Nabil.

Nabil akhirnya tersulut emosi dan semangatnya untuk mencoba apa yang dikatakan oleh kedua sahabatnya itu.

“Bismillahirrahmanirrahim semoga berhasil,” gumamnya pria asli Betawi itu.

Nabil berjalan sambil mengambil minuman dingin dia terus menatap ke arah Elma dengan senyuman termanisnya.

“Assalamualaikum, kayaknya minuman dingin cocok untuk melegakan dahaga di cuaca panas gini,” ujarnya sambil menyodorkan sebuah gelas berisi minuman jus buah.

Elma memicingkan matanya sambil memindai penampilan pria yang sederhana santun tapi tetap modis.

“Makasih banyak tapi maaf apa Anda mengenal saya sehingga menawarkan minuman?” Tanyanya Elma yang kembali mengarahkan pandangannya ke arah pelaminan.

“Untuk menolong orang lain apalagi perempuan cantik kayak kamu, aku nggak perlu punya alasan untuk melakukannya,” balasnya Nabil.

“Kamu jago ngegombal juga,” ejek Elma sambil mengambil gelas itu kemudian menenggak minumannya.

Nabil langsung memperhatikan apa yang dilakukan oleh Elma terutama dibagian lehernya yang terlihat jelas ketika kerongkongannya menelan setetes demi setetes minuman dingin tersebut.

“Andaikan bisa gue berganti posisi dengan buliran keringat itu bakal bahagia hati ini karena bisa menjadi bagian dari tubuhnya yang putih mulus tanpa cacat sedikitpun,” gumam Nabil.

Arsyila ikut duduk di samping kedua muda mudi yang berbincang-bincang mengenai apa yang barusan dia lakukan. Usia mereka tidak jauh perbedaannya meskipun Arsyil lebih tua tapi wajah mereka seperti seumuran, terkadang banyak orang yang menduga kalau Arsyila dan adiknya Arshaka adalah saudara kembar tak identik.

“Hemph! Kapan nyampenya?” Tanyanya Arsyila yang membuat atensi Nabil teralihkan.

“Sekitar setengah jam yang lalu Mbak,” jawab Nabil.

“Kalau suka ngomong langsung saja jangan cuma diam-diam lirik-lirik gitu,” oloknya Arsyila sambil memainkan ponselnya.

Nabil salah tingkah mendengar perkataannya Arsyila yang sudah seperti kakak baginya. Ketiga sahabatnya sudah seringkali datang berkunjung di rumahnya Arshaka dikala waktu liburan.

Elma melirik ke arah Nabil,” Lo suka gue? Gak semudah itu karena gue itu pasang banyak target dan kriteria untuk pria yang ingin deketin gue makanya sampai detik ini gue masih jomblo.”

Elma sengaja berbicara seperti itu agar tidak ada pria yang usil lagi padanya karena dia ingin fokus kuliah jurusan kedokteran apalagi tahun ini sibuk-sibuknya menyelesaikan ujian proposal penelitian skripsinya.

“Mereka banyak yang mundur sebelum mengutarakan niatnya padaku,” ucap Elma lagi yang pandangan matanya tertuju pada pelaminan.

Nabil langsung insecure mendengar ucapan dari Elma yang blak-blakan soal pria yang pantas untuknya.

“Pertama dia harus ganteng, kedua harus pintar, sholeh dan punya semangat kerja yang tinggi,” jelasnya Elma yang selalu bersikap seperti ini kalau ada pria berniat jadi pacarnya.

Elma perempuan muda yang tidak neko-neko dan jaim dia selalu mengatakan apa pun yang dirasakannya.

“Nabil ini ganteng iya, rajin sholat oke, punya semangat kerja yang tinggi karena sambil kuliah dia juga kerja di salah satu perusahaan ternama di ibu kota Jakarta dan dia tentunya masih muda,” jelas Arsyila.

Elma kembali memperhatikan penampilannya Nabil,” hemph! Bisa dipertimbangkan,” cicitnya Elma.

“Kalau Lo nggak niat dengan Nabil, gue boleh yah dekat dengannya,” celetuk Belva sepupunya Erina.

Elma menatap jengah sepupunya itu,” ish ish bercandanya enggak lucu tau.”

Belva duduk di sampingnya Nabil dan memindai penampilan pria berusia 21 tahun itu.

“Lo sebenernya ganteng cuma karena sikap Lo sederhana jadi pesona Lo ketutup,” ujarnya Belva calon desainer itu.

Bimo yang melihat Belva tergesa-gesa berjalan ke arahnya,” hemph! Siang non cantik, akhirnya kita ketemu lagi.”

Belva menolehkan kepalanya ke arah Bimo,” Lo pria yang kemarin menolong gue kan?”

Keduanya akhirnya berbincang-bincang ngalor ngidul dan melupakan keberadaan orang disekitarnya. Arsyila dan Elma hanya geleng-geleng kepala melihat kedekatan keduanya.

Pandangan Arsyila terkunci pada sosok pria muda berusia 32 tahun yang baru saja memasuki tenda acara. Pria yang memakai pakaian semi formal yang tersenyum lebar kepadanya.

Arsyila dibuat gorgeous grogi dan nervous tentunya karena mereka sama-sama saling tatap-tatapan.

Elma dan Belva serta Esra yang duduk disebelahnya ikutan melihat ke arah pria yang dilihat oleh Arsyila tanpa berkedip.

“Kayaknya itu calon imamnya Arsyila deh,” tebak Esra.

“Ganteng juga sih, mereka pasangan cocok dan ideal,” celetuk Belva.

“Bebs, dia itu calon kepala desa loh,” ceplos Bimo.

Semua berkomentar menilai Ehsan Zidan Malik calon kepala desa yang akan bersaing dengan pak Jarwo di pesta demokrasi tahun ini.

Ehsan berjalan ke arah Arsyila dengan senyuman lebarnya yang tak pernah pudar. Arsyila jadi salah tingkah karena pacarnya mendekati tempat duduknya.

“Assalamualaikum dek,” Ehsan duduk di sampingnya Arsyila.

“Waalaikum salam,” balasnya sambil tertunduk malu-malu.

Semua orang menikmati pesta rakyat tersebut hingga sore hari, tapi tiba-tiba di layar lebar yang awalnya selalu menampilkan wajah cantik dan ganteng pasangan suami istri telah berubah jadi rekaman video adegan sur seseorang yang sangat mereka kenal.

“Astaghfirullah aladzim!”

“Astoge!”

“Anjay!!”

“Najong banget yang mereka lakukan!”

“Ini benar-benar sudah diluar nurul!”

Arshaka dan Erina terbelalak melihat siapa orang yang ada di dalam rekaman video blue itu. Semua pandangan tertuju kepada mempelai pengantin baru itu.

Nafisah dan Olivia saling bertos ria ketika berhasil menyuap orang yang bertugas menjaga layar lebar tersebut.

“Yes! Berhasil mereka semua pasti akan gempar melihat rekamannya!” Ucapnya sambil tertawa jumawa.

“Akhirnya kehancuran kebahagiaan mereka terjadi juga! Gue lah pemenangnya wanita tua!” Olivia kegirangan dan berjalan terburu-buru menuju ke arah mobilnya.

Apa yang dilakukan oleh Olivia pun sama, Nafisah berjalan ke arah rumahnya yang hanya beberapa meter dari pusat pesta.

“Cepat matikan! Hentikan rekamannya!” Teriak histeris seseorang.