Rahmadhani gadis yang menikah setelah ia lama berpacaran dengan kakak kelas saat mereka SMA bernama Vino Subagyo Dua bulan pernikahan mereka Rahma tidak menemukan kebahagiaan dalam pernikahannya, mertuanya yang suka ikut ikutan dengan urusan pernikahan mereka berdua. Dan suami yang mulai berubah dari perangai dan sikapnya. Hingga akhirnya Rahma sering bertengkar dengan ibu mertuanya yang selalu memojokkan dirinya karena sang suami tidak pernah betah di rumah.
Rahma pun akhirnya memutuskan untuk mengambil peputusan dalam menyikapi polemik dalam rumah tangganya, sampai akhirnya Rahma menemukan kejangalan pada snag suami.
Lalu bagaimanakah kisah rumah tangga Rahma dan Fino? apakah Rahma akan mempertahankan rumah tangga nya atau ia akan menyerah dengan apa yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazry Fazriyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Membangunkanmu
Keesokan pagi.
Tepat pukul empat tiga puluh aku terbangun, karena alarm di ponsel yang semalam sengaja aku atur agar aku tidak telat dalam melaksanakan sholat shubuh. Aku meraba raba keberadaan ponselku, namun tangan kiriku menyentuh seseorang yang sepertinya tidur di sisi kiriku.
Aku masih mengira kalau pagi ini aku terbangun dan berada di rumah kedua orang tua ku. Tapi setelah mataku samar samar melihat seorang pria tidur bersamaku, nyaris aku akan berteriak sekeras mungkin. Namun kamar hotel yang aku tempati saat ini, mengingatkanku bahwa diriku sekarang sudah menjadi istri dari laki laki yang aku cintai. Hingga kedua bibirku melukis senyum indah mengingat pernikahan ku kemarin yang berjalan lancar tanpa hambatan layaknya jalan tol.
Aku beranjak dari atas tempat tidur untuk melaksanakan tugasku sebagai hamba, senyuman itu terus menghiasi bibirku. Tanpa memikirkan sejak kapan kak Vino tidur di sebelah kiriku?. Ooh iya, aku sampai lupa kalau semalam aku sudah berganti baju tidur hingga akhirnya aku melihat kembali diriku di cermin.
Senyumku terus mengembang tatkala aku melihat cincin yang kini melingkar di jari manisku, aku bisa melihat kak Vino tidur satu kasur dengan diriku, membuat aku merasa dalam mimpi saja, sampai aku mencubit pipiku untuk membuktikan bahwa ini bukan mimpi. Sakit, tandanya memang bukan mimpi tapi Ini nyata.
Aku berjalan menuju kamar mandi untuk mandi, hal itu biasa aku lakukan bila aku hendak sholat shubuh. Mandi pagi, bagi keluarga ku itu wajib, karena selain menyegarkan mandi pagi juga akan membuat kita dijauhkan dari berbagai macam penyakit penyakit.
Kurang lebih dua puluh menit aku menghabiskan waktu untuk mandi dan berwudhu, lanjut aku melaksanakan sholat shubuh. Selesai aku menunaikan kewajibanku sebagai hamba, aku melihat wajah tampan kak Vino yang masih tertidur lelap, ingin rasanya aku membangunkannya namun aku masih ingin menikmati wajahnya yang tampan, dimana ini kali pertamanya aku melihat laki laki yang aku cintai sedang tertidur. Wajahnya yang putih agak kemerah merahan, alisnya yang hitam dan hidungnya yang mancung membuat aku tak ingin berhenti menatap wajahnya.
Jam sudah menunjukan pukul lima lima belas, waktu shubuh sudah berlalu setengah jam. Aku bergegas merapihkan mukena dan meletakkannya di sofa, lalu aku mencoba menyalakan lampu dimana aku tadi sholat dengan pencahayaan yang redup. Lampu pun aku nyalakan, kak Vino pun memberikan reaksi tak nyaman sepertinya.
Ia mengambil bantal dan menutup wajahnya lagi untuk mengindari cahaya lampu. Aku berjalan mendekati nya mencoba untuk membangunkannya agar melaksanakan sholat shubuh, setau aku kak Vino pernah sholat waktu kami pernah berjalan berdua di sebuah mall beberapa bulan lalu, tapi pernah sesekali ia menolak ajakan ku untuk sholat dengan alasan baju yang ia kenakan kotor, ya aku memaklumi itu karena ia memberikan alasan akan sholat saat ia tiba di rumah.
Aku duduk di tepian tempat tidur dan jujur jantungku seakan berpacu dengan cepat ketika tanganku mulai menyentuh bagian kaki kak Vino, ini baru kaki loh, bagaimana dengan anggota tubuh yang lainnya?.
"Kak, bangun... sholat shubuh dulu!" kataku sambil terus menggoyangkan kakinya.
Sekali dua kali kak Vino hanya bereaksi tak ingin di ganggu sepertinya. Tapi aku masih berusaha untuk membuatnya terbangun, dan saat yang ketiga kalinya aku di buat kaget karena kak Vino begitu marah saat aku membangunkannya lagi.
"Apa sih, jangan ganggu gue... gak tau apa kalau gue baru tidur sejam yang lalu." Teriaknya sambil menutup kembali kepalanya dengan bantal.
Deg, jantungku hampir copot rasanya, saat mendengar teriakan kak Vino. Jujur aku sangat kaget, karena di keluarga ku aku tidak pernah mendengar ayah atau abangku teriak kepadaku. Walaupun pernah sih aku di teriaki oleh pak satpam di sekolah beberapa kali karena telat masuk sekolah, tapi aku dan Delia sahabatku, nekat manjat pagar sekolah. Bahkan belum lama juga aku sempat di teriaki oleh atasan ku di kantor karena salah mengerjakan laporan.
Aku belum berhasil membangunkan Kak Vino, hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengambil ponselku dan membaca Qur'an, walau di antara dua anak ayah dan ibu, aku yang paling manja dan kurang agamais, tapi jangan salah aku gak pernah ketinggalan untuk meluangkan waktu membaca Al Qur'an, walau awal awalnya aku juga suka kena marah oleh ayah kalau sehari ketauan gak ngaji.
Aku baca perlahan sampai akhirnya aku akan menyelesaikan setengah halaman, kak Vino terbangun dan masuk ke kamar mandi. Hatiku merasa lega ketika melihat kak Vino sudah terbangun.
.
.
.
Jam menunjukan pukul sepuluh pagi, aku dan kak Vino pergi meninggalkan lalu pulang menggunakan mobil kak Vino menuju rumah orang tua kak Vino. Tak banyak perbincangan diantara kami karena kak Vino sibuk menjawab telepon yang sepertinya itu dari kantornya. Aku sadar diri kalau aku menikah dengan laki laki yang memang sukses dalam bisnisnya jadi wajar saja bila kehadiranku kadang seperti tak ada.
Untuk menghilangkan kejenuhanku dalam perjalanan, aku memainkan gawai ku melihat dan membalas chat yang masuk yang belum sempat aku balas semalam. Aku tersenyum tatkala melihat chat dari Delia dimana ia mengirimkan kumpulan foto foto kami berdua waktu sekolah yang ia rangkum menjadi sebuah video, awalnya aku tersenyum lebar tapi setelahnya tak terasa air mataku menetes saat membaca setiap kata yang Delia tulis dalam video tersebut.
Persahabatan kami sudah sudah sepuluh tahun, walau terkadang ada marah, kecewa jengkel dan tawa yang kami berdua ciptakan. Aku membiarkan air mataku jatuh tapi seseorang sudah menyekanya, saat aku lihat itu adalah tangan Kak Vino. Jantung seakan berhenti tatkala melihatnya kak Vino begitu dekat denganku, tangannya yang lembut menyapa pipiku.
"Kamu kenapa? maaf ya kalau tadi pagi aku sudah membuat kamu sedih... apa kamu masih sedih?" Tanya Kak Vino yang mengira aku menangis karena kejadian tadi pagi saat dia memarahiku.
Aku masih dalam keadaan setengah sadar, rasanya seperti mimpi saja. Lagi lagi ini pertama kalinya ada laki laki menyeka air mataku, yang biasanya menyeka air mataku kalau bukan kak Kia, Delia atau pun ibu dalam menghibur ku kala ada masalah yang aku hadapi. Tapi ini adalah kak Vino, laki laki yang aku cintai yang sudah menjadi suamiku saat ini.
"Aku sedih bukan karena kakak kok... ada debu yang masuk ke dalam mataku jadi mataku terasa perih." Jawabku bohong.
"Huh, jantungku serasa akan copot ketika perhatian kecil kak Vino ditunjukan kepadaku. Ahh, begini kah rasanya bila kita mendapatkan perhatian dari laki laki yang kita cintai?" Kataku dalam hati.
Kak Vino kembali duduk di kursi pengemudi, ia mengendarai mobilnya kembali dengan fokus ke depan namun bibirnya tetap basah karena mengajak ku terus mengobrol. Banyak hal yang kak Vino tanya kan kepadamu dari mulai aku masuk SMA dulu.
Aku menceritakan kepadanya prihal pertama kali aku melihat kak Vino waktu SMA dulu, waktu kak Vino masih menjadi ketua OSIS yang menjadi idola para wanita. Mungkin dalam hati kak Vino merasa lucu dengan mendengar ceritaku, gadis gendut yang diam diam suka kepadanya. Sepanjang jalan aku hanya menceritakan waktu aku SMA, kak Vino hanya merespon dengan anggukan bahkan kadang ia tersenyum tatkala aku menceritakan kejadian lucu di sekolah dulu.
Waktu itu aku dan Delia terlambat masuk ke kelas karena saat jam istirahat kami berdua pergi ke sebuah toko buku karena mencari buku yang di tugaskan oleh guru Fisika, saat kami tiba di sekolah gerbang sekolah sudah di kunci, dan security sekolah tidak mau membukakan gerbang untuk kami berdua, sampai akhirnya kami memohon dan berjanji akan memberikan sebungkus rokok untuk pak security bila ia mau membukakan gerang untuk kami berdua.
Tapi rayuan kami tidak mempan sampai akhirnya kak Vino dan teman kelasnya yang akan keluar dengan menggunakan motor karena ada perlombaan yang akan mereka ikuti, hal itu aku dan Delia gunakan untuk bisa masuk ke sekolah. Dari situ aku merasa sangat tertolong oleh kak Vino walau pun kami harus berlari secepat mungkin agar security tidak menyadari kalau kami berdua sudah masuk secara diam diam.
.
.
.
Hati ku mulai dag dig dug saat mobil kak Vino sudah terparkir di garasi rumah kak Vino. Manik mataku berkeliaran melihat sekeliling luar rumah kak Vino yang begitu luas, jangankan halamannya yang luas rumahnya pun begitu besar yang sepertinya tanah rumah ini mengalahkan tanah kebun yang ayahku miliki bisa di bilang dua kali lipatnya.
Aku masih mematung karena masih terpesona dengan kemegahan dalam rumah orangtuanya kak Vino. Pantas saja kedua orang tua kak Vino minta kami untuk tinggal di sini. Ini sih bisa menampung satu RT warga di daerah rumahku!.
Kak Vino menyentuh tanganku dan menggenggam tanganku sampai aku menatap kearah tanganku di genggam olehnya, kemudian aku melihat wajah kak Vino yang tersenyum manis kepadaku, ihhh... ini sih kalah dengan rasa manis lolipop yang suka aku emut.
aku butuh dukungan kalian... tebarkan mawar indah kalian... terima kasih😘💕
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
semangat terus thor /Determined/