NOVEL NUANSA BARAT‼️
"Jodoh putriku ada diantara kedua putramu." Itu kalimat terakhir yang dikatakan Verharg kepada Johan sebelum meninggal.
Leah Gracella, setelah kematian kedua orang tuanya ia diangkat menjadi bagian dari keluarga bangsawan Royce. Johan meyakini apa yang dikatakan Verharg, sehingga setelah Leah dewasa ia menjodohkan nya dengan putra sulung yaitu Austin Royce.
Johan sudah yakin pilihannya tepat. Namun tanpa sepengetahuannya suatu hal besar telah terjadi, Leah terlibat one night stand dan diam-diam tengah mengandung anak dari putra kedua Johan yaitu Alister Royce.
Lalu bagaimana anak itu? bagaimana hubungan mereka?
.
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
"Kau memohon kepadaku untuk keluar di dalam dan aku tak keberatan, jadi ku lakukan." Lirih Ali mengunci pandangan Leah.
"S-semuanya!??."
"Iya." Balas Alister sambil meneguk minuman. "Kenapa? Kau tahu sendiri, saat ku mandikan bukankah terasa lengket?. Jika masih kurang, duduklah di pangkuan ku. Señorita."
Blush! Wajah cantik itu merah padam.
"Aku melakukannya sepanjang pagi dan kau sangat menyukainya hingga air mancur membanjiri sprei, ingat?."
"Hm?." Sengaja Alister yang tak sabar untuk melihat reaksi apa yang akan ditunjukkan Leah.
"Aku harus tenang." Wajah Leah sudah tak terkendali mendengar ucapan pria itu. Bagaimana bisa Alister bicara frontal tetapi wajahnya tetap santai.
"Jika kau cemas akan hamil...
"Kau tidak perlu mengkhawatirkannya direktur, aku sudah meminum pil KB." Potong Leah tanpa basa-basi. "Dan meskipun terjadi sesuatu ke depannya, aku sendiri yang akan bertanggung jawab penuh. Kejadian malam itu aku yang memutuskannya dengan meminta bantuan mu. Ini hanyalah sekedar one night stand, tidak berarti apa-apa bagi saya apalagi bagi direktur.."
Leah menundukkan kepalanya. "Jadi mari kita santai saja dan tidak memikirkannya lagi."
Alister hanya diam tak menjawab apa-apa.
"Bukankah yang ku ucapkan barusan sudah tepat? kenapa situasinya jadi canggung begini?." Leah melirik Alister yang tak merespon.
"Dan soal penguntit itu aku tidak mau direktur membunuhnya, alih-alih terus merepotkan dirimu aku akan mengurusnya untuk dibawa ke pihak yang berwajib." Ujar Leah, ia tak mau seseorang mati karena dirinya sendiri lebih baik di hukum dalam jeruji besi saja.
"Leah.. Kau ternyata memang munafik. Hidupmu yang seharusnya berjalan dengan baik malah kau sia-siakan demi menjaga status sosial. Penguntit itu mata-mata yang diutus oleh Lady Belly. Bisa-bisanya hatimu masih baik." Sinis Alister.
Leah terkejut mendengar apa yang diucapkan Alister, apa saat Leah mendapatkan hukuman waktu itu dengan meminum teh daun jati Belanda karena memang si penguntit melaporkan?. Hah... Ini benar-benar diluar dugaan.
"Penguntit ini sudah melihat interaksi kita, jika ku biarkan lepas begitu saja semuanya akan terbongkar. Kau mau itu terjadi?." Tak sabar Alister.
"T-tentu tidak! bagaimana mungkin." Leah tak terpikirkan kesana, wanita itu meremas kuat ujung bajunya. "Tapi untuk membunuhnya aku tak bisa, memikirkan orang mati karena diriku sendiri rasanya menyakitkan."
Ali tak langsung menjawab, terlihat tangan Leah gemetar.
Sudut bibir Alister terangkat. "Bisa saja aku mengasingkannya ke daerah lain sehingga semuanya akan aman, dengan kekuasaan yang ku miliki penguntit itu tak akan berani macam-macam."
Apa yang diucapkan Alister memang benar, jika Leah tak mau orang itu mati berarti harus setuju dengan keputusan Ali. Lagi-lagi Leah terlibat dengan Alister dan ia tak nyaman karena bagi Leah ia terus merepotkannya. "Jika itu satu-satunya cara, baiklah lakukan saja aku serahkan kepadamu direktur."
"Begitu ya? baiklah. Aku suka ketika kau sudah tak merasa kasihan pada orang yang menyakitimu." Alister berdiri dan mendekati Leah. "Tapi...
"Tanganku tidak gratis." Bisiknya intens.
Leah menggigit bibir bawahnya, kekuasaan Alister memang sangat ber impact. Semua orang akan membayar dengan harga tinggi jika ingin terlibat kerjasama dengannya.
"Apa yang harus ku lakukan untuk membayar jasamu, direktur?." Jika harus membayar tinggi Leah bersedia mengeluarkan uang simpanannya. "Berapa jumlah yang harus ku bayar?."
"Aku tidak tertarik dengan uang."
Leah mengerutkan kening. Ini anehnya Alister. Sejak membantu perusahaan ketua Jay juga ia tak menerima kompensasi saham dan uang, pria itu hanya menginginkan Leah makan dengan baik dan melepaskan korset saja.
Lalu sekarang?.
"Lantas apa yang kau inginkan?." Lirih Leah.
Pupil mata hazel Leah seketika membesar saat Alister mendekatkan wajah. Keduanya saling tatap dengan jarak yang begitu dekat. Ada pesan tersirat yang tak bisa dijelaskan melalui tatapannya. Alister menggesekkan hidung mancungnya pada hidung Leah. Wanita itu terdiam dengan perasaan tak karuan saat Ali meletakkan wajahnya pada pundak. Alister menunduk menikmati aroma tubuh yang dikeluarkan Leah.
"Ikutlah ke negaraku.. Di sana tidak ada lagi yang akan menyakitimu. Kau akan aman dan tenang, hidup bebas tanpa aturan yang mengikat menghancurkan mu dengan dalam." Lirih Alister, suaranya terdengar dalam dan pelan. "Itu keinginan ku."
Leah tak berkedip perasaannya semakin tak karuan seperti mau meledak. Sampai saat ini ia masih tak paham. Orang-orang mengetahui sosok Alister sebagai pria arogan yang kejam, Leah mengakui itu karena ia sudah tak aneh dengan sikap dingin dan ucapannya yang selalu menyakitkan.
Tapi di satu sisi, Alister selalu bertindak melindungi dan menjaganya dari rasa sakit yang menghampiri. Kenapa dia selalu menggapai Leah untuk membawanya keluar dari lumpur hitam? kenapa ia peduli padahal tidak ada ikatan kuat yang mengikat?.
Leah tak paham.. Ia sendiri sudah tak memikirkan kebahagiaan dan kebebasannya lagi, tapi Alister? jika diingat-ingat pria itu bukan hanya sekali. Selama Ali berada di mansion, Leah sadar bahwa pria itu ternyata begitu peduli dan memperhatikan kebebasannya.
"K-Kenapa direktur seperti ini? sempat terbesit banyak pertanyaan dan sekarang aku tak mau menahannya lagi." Lirih Leah, bibirnya gemetar. "Kenapa kau bertindak seolah peduli padaku! kenapa demikian? yang lain saja tak seperti itu bahkan aku sendiri!."
Alister tak langsung menjawab, melihat bibir Leah yang gemetar ia langsung mengelusnya dengan jari. "Jangan digigit nanti sakit."
Mendapati itu Leah seolah tak percaya. "Kau tak mau menjawab ku? Apa hidupku se-menyedihkan itu sampai sosok Alister simpati?."
"Tidak ada jawaban untuk saat ini, jadi teruslah memikirkan ku untuk mengetahui jawabannya." Lirih Ali.
"What??." Mata hazel Leah membulat.
"Pikirkan keinginanku."
Leah benar-benar tak paham. "Tidak mungkin aku ikut pergi ke negaramu, bagaimana dengan mansion dan keluarga Royce. Ini sangat tak bisa dipercaya dan menghancurkan semua rencana."
Setitik harapan dari hati Leah, sebenarnya ia memang menginginkan keluar dari situasi ini tapi semuanya telah terlambat. Ia sudah bertunangan dan akan menikah dengan Austin.
"Tidak ada yang tak bisa ku lakukan Leah, jika kau menginginkan untuk membunuh lady Belly juga aku akan melakukannya."
Leah tak bisa berkata-kata mendengar ucapan tersebut. Wanita itu mundur beberapa langkah. "Sepertinya aku tak bisa menerima keinginan mu, untuk penguntit itu terserah saja mau diapakan."
"Ini sudah malam, direktur juga harus istirahat. Aku harus pergi." Lanjut Leah melangkah untuk keluar.
"Besok aku akan meninggalkan negara ini. Apa itu caramu memperlakukanku? Pergi tanpa salam perpisahan?" Lirih Alister.
Langkah Leah seketika terhenti, perasaannya tak karuan Leah menyentuh dadanya yang terasa berat. Wanita itu menoleh ke belakang...
Grepph.
Mata hazel Leah membulat, Alister langsung meraihnya memeluk tanpa celah. Alister mencium bibir ranum itu dengan agresif, menahan kepala Leah agar semakin dalam.
"Hmph!.." Leah terkejut, bibirnya terbuka akan ulah Ali. "S-sebentar! direk-mmmph."
Telinga Alister memerah, ia melumatnya dengan liar. Menyesap setiap inci manis bibir Leah dengan lidah, Ali benar-benar melahapnya.
Tanpa melepaskan ciuman, pria itu mengangkat tubuh Leah membaringkannya di atas kasur. Leah panik akan hal itu, tangan Alister sudah memasuki bajunya menggerayangi meraih dua gunung kembar yang montok.
"Tidak..."
Leah pun terpaksa harus menggigit bibir bawah Alister sehingga ciuman pun terlepas.
Nafas keduanya tersengal-sengal, sorot mata Ali sudah sayu dan berat. Bibirnya merah karena ulah Leah.
"Apa lidahmu mau dipaksa masuk sampai tenggorokan?." Protes Leah yang kehabisan nafas, wajahnya merah padam.
Alister sudah kacau, ia hanya menatap Leah dengan mengatur nafas.
"Haah.. Kita harus berhenti." Leah menutup wajah cantiknya. "Direktur, tolong tahan diri. Kau tahu kan ini tak boleh terjadi."
Pria itu tak langsung menjawab, Alister kembali mendekatkan wajahnya. "Kenapa?."
Leah langsung mengalihkan pandangan. "Aku tak mau melakukannya."
"Bualan semata.." Alister meraih wajah cantik itu untuk mengunci pandangan. "Meski begitu.. Jangan dulu pulang, aku akan melakukannya sebatas ini saja."
iseng2 krna bosen aku coba buka lg eh ktmu novel author yg ares sm naomy kok bagus akhirnya aku liat2 karyanya dan untuk bacaan yg ke 2 aku pilih yg leah alister ini, emg dasarnya aku sk novel dg latar LN ah sprtinya aku bklan candu untuk bc karya author yg lain
semangat thor salam kenal kau pantas dpt 🎁