FIKSI karya author Soi. Hanya di Noveltoon.
Ganti judul (Alter Ego) 》PERSONA.
Berawal sebagai gadis biasa yang menghadapi diskriminasi, Clara membuktikan dirinya dengan bekerja di perusahaan besar. Di saat Clara menjadi orang kepercayaan sang Bos konglomerat, dirinya menyadari adanya keterkaitan antara kasus yang ditanganinya dan bahaya yang mengancam nyawa orang-orang tak bersalah.
Di satu sisi, memiliki pekerjaan sangatlah penting bagi Clara yang kurang beruntung dalam mencari pekerjaan selama 30 tahun. Namun, pertemuan kembali dengan sahabat semasa remajanya membuat Clara lebih memahami siapa dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon soisoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pekerjaan di Dunia Nyata
Januari tahun 2024, di kota Jakarta.
Tujuan hidup manusia selalu berasal dari keinginan. Jika ingin berkeluarga, maka menikah adalah keputusan terbaik. Jika ingin mendapatkan pekerjaan, maka melamar kerja adalah langkah pertama.
Bagi Clara yang kini berusia 30 tahun, keduanya tidak mudah. Setidaknya ia harus mandiri sebelum terlambat.
"Apa benar kita akan menerima orang ini? Latar belakangnya biasa saja, wajahnya juga.. sederhana."
"Kamu tidak tahu apa-apa. Dia meraih nilai tertinggi saat tes penerimaan karyawan baru, karena itu dia cukup diperhatikan oleh Presdir."
Suara desas-desus terdengar samar, sementara seorang gadis duduk di ruang tunggu dengan jantung berdebar.
"Nona Clara Sabina Raharja. Silahkan masuk."
Akhirnya, gadis berambut pirang kecoklatan dengan mata sipit memasuki ruangan.
"Selamat. Anda terpilih menjadi salah satu trainee perusahaan kami. Masa kontrak pekerjaan Anda adalah 1 tahun, belum termasuk perpanjangan atau pengajuan menjadi karyawan tetap."
Clara mengedipkan mata dan menghela nafas cepat karena begitu tertegun. Kedua tangannya berusaha menutupi jeritan senang dari bibirnya.
"Terima kasih. Terima kasih banyak!" ucapnya, sembari membungkuk hormat.
"Anda boleh meninggalkan ruangan. Pihak kami akan menghubungi Anda perihal schedule dan job scope."
Apakah ini adalah awal dari kesuksesanku? Kau luar biasa, Clara! seru Clara dalam hati.
Inikah pencapaian terbaik dalam hidup Clara selama bertahun-tahun? Dapat bekerja sebagai karyawan perusahaan besar L-Group adalah impian bagi banyak orang.
Beberapa hari kemudian..
"Clara, bersiaplah setelah memfoto kopi arsip. Jangan lupa letakkan di meja Bu Hamdah. Hari ini Ibu Debry Linardi yang akan memimpin rapat," kata seorang supervisor kepada Clara.
"Baik, Bu."
Entah mengapa, nama Debry Linardi sedikit mengusik memori Clara. Akan jauh lebih baik jika Debry bukan berasal dari keluarga Linardi. Sayangnya, yang dimaksud memang putri dan pewaris tunggal keluarga konglomerat itu.
"Jadi, mulai 2 minggu ke depan saya harap kalian semua sudah mempelajari fitur aplikasi akuntan baru yang akan diinstalasikan pada semua komputer kantor hari ini hingga besok. Semua tautan, arsip, serta metode penggunaan sangat mudah diakses. Jika kalian ingin memasukkan data tambahan, silahkan meminta bantuan dari Bu Maya dan Pak Leno."
Rapat itu diakhiri dengan penjelasan dari Debry Linardi, yang diikuti tepuk tangan singkat para karyawan. Sedari pertengahan hingga usai, Clara dapat merasakan tatapan Debry.
"Clara."
Akhirnya, suara itu menghentikan langkah Clara.
"Ya, Bu Debry?" jawab Clara, seraya menoleh dan menyadari bahwa ruangan rapat telah kosong.
"Singkat saja, aku ingin kau berhenti bekerja di perusahaan kami."
Clara sedikit terkejut, namun tidak merasa tertekan.
"Jika boleh tahu, apa alasannya, Bu?"
"Lagi-lagi, kau berlagak bodoh. Sudah beberapa tahun aku tidak melihat kepalsuanmu, tapi tetap saja kau membuatku jijik," ejek Debry.
Clara terdiam sejenak dan berpikir.
"Benar. Semuanya masih sama, walau sudah bertahun-tahun. Bagaimana keadaan Ibu selama ini?" tanya Clara sopan.
"Hah? Apa katamu barusan? Hahaha!"
Respon tertawa menghina yang sama sekali tidak lucu itu memang terasa familiar bagi Clara.
"Maaf, saya--" kata Clara pelan.
"Kau sudah gila rupanya. Apa kau masih berhubungan dengan anak itu? Siapa namanya?" sela Debry.
Tolong jangan sebut nama itu. Kumohon!
"Wahyu.. Wahyudi! Benar kan? Sayang sekali, padahal dulu dia lumayan. Entah apa yang terjadi setelah itu, aku tidak pernah bisa menghubunginya. Wajar saja, orang selevelku pasti akan melanjutkan pendidikan di luar negeri. Kukira, dia sudah sinting karena berpacaran dengan orang sepertimu."
Ucapan Debry kali ini membuat perasaan Clara campur aduk.
"Maaf, Bu Debry. Saya tidak mengerti mengapa Anda sangat membenci saya hingga ingin saya berhenti bekerja, padahal saya hanyalah karyawan baru. Saya berharap Anda tidak membahas masalah pribadi, karena--"
Plak!
Sebuah tamparan keras membuat pipi kiri Clara memanas dan memerah oleh hembusan nafas.
"Diam kau, jalang. Jika kau ingin bekerja di tempat ini, maka kau harus melakukan apapun yang kuperintahkan kepadamu," ancam Debry.
Clara belum pernah dipukul orang seperti ini. Hari ini, orang yang paling tidak ingin dilihatnya lagi selama bertahun-tahun malah muncul dan menciptakan skenario terburuk.
Wanita itu hanya berjalan meninggalkan Clara seorang diri dengan santai, tanpa merasa bersalah. Kini, Clara mengelus pipinya sendiri dan berusaha agar tidak menangis.
"Tenang, Clara. Belum tentu semuanya akan kacau. Kamu pasti bisa!" hibur Clara untuk dirinya yang malang.
Clara berhasil menyelesaikan pekerjaan hingga pukul 7 malam, kemudian menaiki kendaraan umum hingga tiba di rumah. Untungnya, lalu lintas lumayan lancar sehingga Clara sudah berbersih dan beristirahat pada pukul 8:30 malam.
Tepat sebelum tidur, Clara teringat akan nama yang sangat penting baginya. Kent Wahyudi. Apakah Clara bisa bertemu dengannya lagi?
Tahun 2009, yakni hari terakhir Clara bersama dengan Kent. Saat itu musim hujan, Clara sedang bergegas menemui Kent.
"Kent! Maaf, aku terlambat," serunya, sambil mengenakan payung berwarna merah.
"Tidak apa-apa. Yuk, kita berangkat. Ada tempat yang ingin kutunjukkan padamu, Clara," ucap Kent, satu-satunya sahabat yang sering membantu Clara dalam kesulitan, serta dia yang memiliki senyuman paling indah sedunia bagi Clara.
Hari itu seharusnya mereka dapat bermain bersama di tempat rahasia yang ditemukan oleh Kent. Naasnya, nasib berkata lain..
Baru berjalan sebentar, mendadak beberapa pria dewasa berpakaian serba gelap menyergap dan menarik paksa tubuh Clara dan Kent. Keduanya dibawa ke suatu tempat yang jauh dengan mobil, sementara wajah mereka ditutupi oleh kain hitam. Clara dan Kent meronta-ronta, berusaha melepaskan diri.
"Clara! Kamu tidak apa-apa?" panggil Kent khawatir.
"Tidak apa-apa. Apa kamu baik-baik saja, Kent?" isak Clara.
"Jangan takut. Kita pasti akan ditolong. Orang tuaku akan segera mencariku jika terlambat pulang ke rumah. Aku akan selalu berada di sisimu, jangan menangis."
Perkataan Kent memang berbeda dari yang lain. Di dunia ini, rasanya Kent akan selalu berpihak kepada Clara.
Namun, hal yang terjadi berikutnya sungguh amat mengerikan, hingga Clara selalu ketakutan dan berkeringat dingin setiap saat adegan itu muncul dalam ingatan maupun mimpinya. Clara telah cukup menderita akibat kejadian tragis yang menimpa Kent Wahyudi dan keluarganya. Mengapa banyak orang tega melupakan apa yang dialami oleh korban-korban tak bersalah tanpa mengadili para penjahat yang bersembunyi itu?
"Kuharap kamu baik-baik saja dan hidup sehat di suatu tempat yang tidak diketahui oleh siapapun. Terima kasih, Kent. Aku benar-benar bersyukur mengenalmu," doa Clara di atas ranjang, kemudian sebutir air matanya menetes sesaat sebelum tertidur.
Mungkinkah air mata dan doa Clara setiap malam didengar oleh Yang Maha Esa? Yang jelas, Clara harus bersabar dan bertahan melalui cobaan, jika masih ingin berjuang mengubah takdir. Lagipula, bekerja telah menjadi suatu kebutuhan mendesak yang harus terpenuhi bagi Clara. Walau demikian, tak sekalipun Clara akan melupakan kisah dan kebaikan dari Wahyudi sekeluarga.
- Bersambung -