Naomi Tias Widuri menjalani hari-harinya sebagai seorang ibu rumah tangga biasa setelah menikah dengan laki-laki bernama Henda Malik Ahmad. Di persunting oleh Hendra satu tahun yang lalu, kini Naomi dan Hendra akan segera memiliki buah hati.
Naomi yang patuh kepada suami memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan nya sebagai seorang Direktur di perusahaan ayahnya, dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk melayani sang suami.
Namun ternyata kepatuhan Naomi terhadap suami tidak membuat Hendra setia terhadapnya, justru Hendra mempunyai wanita lain di saat Naomi hamil di usia tujuh bulan.
Penderitaan yang Naomi alami semakin lengkap setelah mengetahui bahwa selingkuhan suaminya tersebut adalah orang yang sangat ia kenal.
Jika kalian Penasaran siapa selingkuhan Hendra, mari kita simak bersama-sama novel ini.
Happy Reading ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2
Pagi hari yang amat cerah, Naomi sudah lebih dulu bangun untuk menyiapkan sarapan dan membuatkan kopi untuk suaminya. Walaupun Naomi mempunyai seorang Art, dia tetap ingin melayani suaminya selayaknya istri pada umumnya.
"Biar aku saja bik yang membuatkan kopi mas Hendra."
Bik Irma seketika mengangguk lalu memberikan sebuah cangkir dan kopi kepada Naomi, lalu kembali merapikan makanan di atas meja makan.
Dari lantai dua, Naomi melihat suaminya sudah bangun dan berjalan menuruni anak tangga sambil menenteng tas kerjanya. Naomi yang melihat suaminya sedikit heran, karena hari ini adalah hari minggu kenapa suaminya sangat rapi seperti ingin pergi ke kantor. Naomi pun berjalan menuju ke meja makan sambil membawa secangkir kopi.
"Loh mas, bukannya hari ini hari minggu, kok kamu pakai jas?." tanya Naomi.
Hendra semakin mendekat ke arah Naomi, dan dengan cepat Naomi menarik kursi untuk suaminya.
"Iya sayang.. hari ini aku ada meeting lagi mendadak, sebenarnya malas, karena hari minggu adalah hari keluarga, tapi bagaimana lagi, aku sebagai direktur yang menggantikan mu di perusahaan papa harus siap dalam menyelesaikan pekerjaan." jelas Hendra.
Naomi yang sebenarnya merasa tidak puas dengan jawaban suaminya hanya mengangguk pelan, lalu ia duduk di kursi tepat berada di depan Hendra.
"Mas.." panggil Naomi.
Hendra yang sedang fokus menatap ponselnya seketika menatap ke arah Naomi. "Iya sayang.."
"Apa kamu lupa kemarin hari apa? bukankah aku sudah memberi tahu mu dari pagi."
Hendra yang mendengar ucapan Naomi sedikit berfikir mencoba mengingat-ingat kemarin hari apa. "Astaga.. aku lupa sayang.. aku lupa kalau tadi malam adalah tujuh bulan kehamilan mu."
"Padahal aku, mama, dan papa sudah menunggu di sana, tapi kamu gak datang mas." Naomi yang menunjukan muka sedih.
Hendra yang melihat ekspresi istrinya seketika beranjak berdiri dan mendekat ke arah istrinya. "Maaf ya sayang.. maaf banget, tapi itu kan tidak di sengaja, karena aku terlalu fokus bekerja, jadi aku lupa." Hendra yang berdiri di belakang Naomi dan sesekali mencium kepala Naomi.
Naomi yang mendengar suaminya terlihat tulus untuk meminta maaf seketika mengangguk pelan.
Hendra yang mendapat permintaan maaf dari istrinya seketika tersenyum, lalu sedikit menunduk sambil mengusap perut istrinya.
"Aduh jagoan daddy.. maaf ya sayang, tadi malam daddy ngga ikut perayaan tujuh bulan kamu, lain kali daddy akan sigap di samping kalian, love you." Hendra yang mencium perut Naomi.
Naomi yang mendengar ucapan Hendra seketika tersenyum. "Iya daddy, ya sudah di minum dulu itu kopinya, keburu dingin."
Hendra kembali duduk di kursinya, lalu menikmati kopi di atas meja. "Siapa yang buat kopi ini sayang?." tanya Hendra.
"Kenapa sayang? ngga enak ya?."
"Sedikit kurang manis sih.." jawab Hendra.
Dengan sigap Naomi segera berdiri."Benarkah? aku buatkan yang baru ya?."
"Tidak.. tidak perlu sayang.. kamu duduk saja, biar Irma yang membuatkan nya." ucap Hendra.
Naomi yang mendapat tolakan dari Hendra seketika hanya mengangguk pelan dengan raut wajah yang sedikit kecewa, ternyata kopi buatannya tidak di sukai oleh suaminya.
"Tidak begitu sayang.. kopinya enak kok, cuman kurang manis saja, tapi kamu ngga perlu repot-repot untuk membuat lagi, kan ada Irma, nanti kamu capek." Hendra yang melihat raut wajah Naomi seketika berubah.
Setelah sarapan selesai, Hendra segera pamit untuk pergi ke kantor walaupun hari itu adalah hari minggu. Naomi sebagai seorang istri mengantarkan suaminya hingga ke depan rumah.
"Ya udah aku pamit dulu ya sayang, jangan capek-capek, biar Irma yang mengerjakan pekerjaan rumah, kamu istirahat saja."
"Iya mas.. oh ya aku lupa ingin ngasih tahu kamu."
"Ngasih tahu apa?." tanya Hendra.
"Minggu depan sudah jatahnya aku USG, kamu bisa kan nemenin aku ke rumah sakit?."
Hendra membelai rambut Naomi dengan sangat lembut. "Tentu bisa dong sayang, pasti akan aku temani, kamu tenang saja."
"Beneran loh mas, nanti kamu lupa lagi."
"Iya.. nanti kalau lupa, ingatkan lagi."
Naomi hanya mengangguk pelan lalu mencium tangan suaminya.
Mobil berwarna putih kini sudah melaju pergi meninggalkan halaman rumah, dan Naomi kembali masuk ke dalam rumah. Sebenarnya Naomi sedikit curiga dengan suaminya, karena tidak biasanya Hendra pergi ke kantor di hari minggu.
"Apa benar mas Hendra ada meeting di hari minggu? apa jangan-jangan.. ah Naomi berhenti berfikiran negatif tentang suamimu, itu dosa." Naomi seketika menjatuhkan tubuhnya ke sebuah sofa lalu menikmati acara TV.
Tidak terasa hari pun semakin sore, waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Naomi yang sedang membuat jus alpukat di dapur seketika menatap ke arah jam dinding.
"Sudah jam empat, kok mas Hendra belum juga pulang? apa dia akan pulang larut malam lagi?." Naomi seketika teringat dengan seseorang yang di panggil suaminya dengan sebutan sayang tadi malam.
Saat Naomi sedang duduk di meja makan sambil menikmati jus alpukat, tiba-tiba dari arah kamar Art, Naomi melihat bik Irma berjalan ke arah nya sambil menenteng tas. Naomi melihat bik Irma tampak begitu rapi bahkan menggunakan riasan wajah.
"Mau ke nama bik? kok rapi bener?." tanya Naomi.
"Ah iya nyonya saja mau minta izin secara mendadak, kalau sore ini di rumah saya sedang ada acara, tidak lama nanti malam saya sudah kembali lagi."
"Acara.. acara apa?."
"Itu nyonya biasa arisan ibu-ibu." jawab bik Irma.
Naomi yang melihat pakaian yang di kenakan Irma sedikit terbuka menjadi sedikit aneh. Tidak biasanya Irma mengunakan pakaian terbuka seperti itu, yah walaupun umur Naomi dan Irma tidak terpaut terlalu jauh, sedikit tua Irma tiga tahun. Irma adalah Art baru di tempat Naomi, mungkin baru sekitar tiga bulanan yang di carikan oleh orang tua Naomi. Karena Irma lebih tua tiga tahun dari Naomi, maka dari itu Naomi memanggilnya dengan sebutan bik, karena sudah terbiasa dulu saat memanggil Art-Art di rumah kedua orang tuannya dengan sebutan bik.
"Ya sudah, hati-hati tapi jangan sampai larut malam ya, nanti di cariin bapak, karena saya juga di rumah sendiri." ucap Naomi.
"Iya nyonya.. hanya sebentar, setelah arisan selesai, saya akan segera pulang."
Naomi hanya mengangguk, dan Irma pun berjalan keluar dari dalam rumah sambil menenteng tas kecil berwarna putih. Saat Irma berjalan meninggalkan Naomi, tiba-tiba parfum yang Irma kenakan tercium oleh Naomi. Naomi merasa tidak asing dengan bau parfum tersebut.
"Kenapa aroma parfum bik Irma seperti aroma parfum yang ada di baju mas Hendra, apakah aku tidak salah..." Naomi yang kembali teringat aroma parfum yang menempel di kemeja suaminya.
"Ah.. mungkin penciuman ku saja yang bermasalah, secara aku kan sedang hamil." Naomi yang mencoba berfikir positif karena selama hamil penciuman Naomi sedikit sensitif.
next Thor...