SEQUEL BURN WITH YOU
Declan Antony Zinov dituduh membunuh keluarga angkatnya yang kaya raya demi sebuah warisan. Tapi semua itu tidak terbukti sehingga pria itu menjalankan bisnis keluarganya dan menjadikan Declan pria kaya raya dan juga ditakuti karena sikapnya yang kejam.
Lucyanna Queen Nikolai merupakan cucu seorang mafia yang sudah lama menaruh hati pada Declan karena telah menyelamatkan nyawanya saat kecil. Ia sering mencari tahu berita tentang pria pujaannya itu dan berniat melamar kerja di perusahaan milik Declan.
Setelah bertahun-tahun lamanya, Declan dipertemukan kembali dengan gadis yang pernah ia selamatkan. Tapi melihat bagaimana wanita itu terang-terangan menyukainya membuat Declan bersikap kasar agar Lucy tidak lagi mendekatinya.
Tapi, ketika Lucy tertembak karena berusaha melindunginya. Barulah Declan menyadari betapa berartinya Lucy di kehidupannya selama ini.
#Cerita ini lanjutan dari cerita Burn With You dimana masa kecil mereka ada di Bab akhir. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athaya Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2
Lucy melihat sang Mommy sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berlima. Ia menghampiri dan memeluk ibunya dari belakang dan menghirup aroma familiar dari rambut wanita yang masih terlihat sangat cantik di usianya yang tidak muda lagi.
''Oh, Mommy. Apa yang harus kami lakukan tanpamu?" tanya Lucy sambil menghela nafas dan memejamkan matanya dipunggung sang Mommy.
"Dasar pengganggu" gerutu Lyana ketika putrinya mencoba menganggu kegiatan memasaknya. "Ini masih terlalu pagi untukmu bangun, Apakah kau sedang membuat janji dengan seseorang?"
Lucy menyingkir saat wanita yang ia peluk sedang memasukkan ikan segar kedalam minyak yang mendidih. "Aku akan kembali ke apartemen pagi ini, Mom."
"Apakah kau memutuskan untuk kembali menulis buku? Mommy senang kau bisa kembali menulis lagi, Lucy. Penggemarmu pasti sangat senang, terutama aku." Ujar Lyana dengan perasaan bahagia sembari memeluk putrinya erat.
"Aku akan mencobanya. Untuk itu jangan ada yang menggangguku dengan mendatangi apartemen tiba-tiba tanpa menghubungiku terlebih dahulu, terutama kakek. Mommy harus menegaskan hal itu padanya." Ucap Lucy kepada ibunya yang sedang memikirkan cara agar ayah mertuanya itu tidak mengganggu kedua cucunya.
Lyana mencicipi hidangannya dan tersenyum senang dengan rasanya. "Cobalah, ini sangat enak." sahutnya sembari menyuapkan potongan daging ke mulut Lucy.
"Ini benar-benar sangat enak, Mom. Aku akan merindukan masakanmu." Lucy memuji masakan sang Mommy sambil mengambil beberapa potong lagi untuk disantap.
"Mommy akan membawakan sedikit untuk kau bawa. Makanlah sebelum Kakek dan Daddy turun kebawah." Ucap Lyana dengan tersenyum ketika melihat bagaimana putrinya menyukai masakan buatannya.
Lucy sengaja pergi tanpa berpamitan pada ayahnya, terutama sang kakek yang sudah pasti akan terus mengomelinya. Dan itu sudah biasa ia dan juga Rena lakukan. Adiknya tidak terlalu mendapat sikap posesif dari kakek karena Rena masih tinggal di asrama dan tempat itu milik kakeknya.
Berbeda dengan dirinya yang memang sengaja memilih apartemen yang dekat dengan perusahaan Declan, dengan alasan apartemen itu tepat berada ditengah-tengah kota dan memiliki akses dan juga keamanan yang ketat.
Setelah kejadian yang menimpa dirinya saat kecil membuat ayahnya mempekerjakan beberapa pengawal yang selalu berada disekitar dirinya dan juga adiknya, meski tidak terlihat tapi mereka sangat ahli di bidangnya. Karena sudah berlangsung lama, membuat Lucy dan juga Rena menjadi terbiasa dan tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Lagipula hanya itu yang bisa membuat kedua orangtuanya tenang, terutama kakek.
Orang-orang yang menjaganya sudah tahu jika Lucy sangat tergila-gila pada Declan dan mereka sering membantunya mendapatkan majalah dan juga buku yang membahas mengenai pria itu.
"Aku pergi, Mom. Sampaikan salamku pada semua orang" Sahut Lucy mencium kedua pipi sang Mommy kemudian keluar menuju mobilnya yang sudah diparkir didepan mansion.
...****************...
Lucy sedang berganti pakaian dengan pakaian kantor berwarna pastel. Karena ia tidak terbiasa memakai rok pendek seperti pakaian sekretaris yang sering ia lihat, ia memutuskan memakai celana panjang yang terlihat lebih cocok dengan gayanya.
Rambut panjangnya digelung keatas, sehingga menampakkan leher jenjangnya yang indah menurut hampir sebagian orang yang ia kenal. Kemudian ia memutuskan untuk membiarkan rambutnya tergerai. Ia tidak ingin membuat pria itu mengira dirinya sengaja menggoda dengan memperlihatkan leher jenjangnya.
Lucy turun dari mobilnya dengan terburu-buru memasuki gedung tinggi tempat dimana ia akan bekerja. Dengan keahlian berjalannya yang seperti super model, ia dengan percaya diri melewati beberapa orang dan masuk kedalam lift menuju lantai dimana Declan berada.
Melirik arloji dipergelangan tangannya, Lucy memaki ketika menyadari ia sudah terlambat beberapa menit. "Shit, ini bukan awal yang ia harapkan untuk bertemu dengan pria itu."
"Kau terlambat, Miss Queen." Sahut seorang pria yang ia tahu merupakan asisten Declan begitu ia keluar dari lift.
"Maafkan aku. Aku terjebak macet saat menuju kesini." Balas Lucy berbohong dan memasang wajah bersalahnya.
Pria itu memberikan tablet yang berisi semua jadwal pimpinan mereka dan juga minuman yang harus ia berikan padanya.
Lucy merapikan rambutnya dan mengetuk pintu ruang kerja Declan sebelum membuka pintu dengan perlahan. Ia melihat ruangan yang sangat luas dengan cat berwarna khas pria itu, tenang dan kejam. Pria itu duduk membelakangi meja kerjanya dan memandang kearah jendela besar yang memperlihatkan pemandangan indah.
"Apakah kau membawa kopiku?" Sahut Declan sembari mendengarkan rekan bisnisnya berbicara melalui ponselnya.
"Kopi anda sudah aku letakkan dimeja," Jawab Lucy membuat suasana menjadi hening ketika Declan mendengar suaranya.
Declan memutar kursinya perlahan dan menatap wanita yang suaranya sangat ia kenali. Lucy tersenyum manis seperti biasa ketika bertemu dengannya. "Apa yang membuat kau datang kesini tanpa membuat janji denganku?"
"Tentu saja untuk bekerja." Jawab Lucy sembari membacakan kegiatan Declan hari ini.
"Jangan bermain-main denganku, Lucyanna. Keluar dari ruanganku." Sahut Declan dengan suaranya yang dingin.
"Baiklah." Balas Lucy dengan senyumannya yang khas dan keluar dari ruangan Declan, kemudian menuju mejanya sendiri.
Declan menghubungi asistennya yang mungkin saat ini sedang dalam perjalanan ke kampung halamannya. "Mengapa wanita itu bisa masuk keruang kerjaku?" Ucap Declan ketika Rey mengangkat teleponnya pada dering ketiga.
"Apakah yang anda maksud Miss Queen? Dia adalah sekretaris sementara yang aku tugaskan untuk menggantikan pekerjaanku." Ujar Rey.
"Apa katamu? Carikan asisten pria untuk menggantikannya." perintah Declan kepada Asistennya.
"Tidak bisa, Tuan. Dia satu-satunya yang sudah aku beritahu mengenai dirimu. Dan aku sudah berada dalam perjalanan yang tidak mungkin untuk kembali saat ini. Bersabarlah untuk sementara, dia wanita yang cerdas dan juga menyenangkan. Kau akan menyukainya, Tuan. Percayalah padaku. Sampai Jumpa." Asistennya menjelaskan sebelum memutuskan panggilan teleponnya.
Declan terdiam beberapa saat sembari memikirkan apa yang harus ia lakukan pada wanita yang saat ini sedang berada disebelah ruangannya. Ia sangat terkejut melihat Lucy dengan pakaian kantoran. Mengingat setiap mereka bertemu, wanita itu selalu mengenakan celana pendek dan juga kaos yang sengaja ia ikat kesamping sehingga memperlihatkan perutnya.
Declan memutuskan keluar dan menemui Lucy diruang kerjanya. "Ikut aku" sahut Declan sambil menarik lengan wanita itu kasar dan membawanya menuju lift menuju lantai atas dimana terletak ruang pribadinya.
"Kita akan kemana?" tanya Lucy sembari menatap kearah tangannya yang berada dalam genggaman Declan.
"Aku akan memberikan apa yang kau inginkan dariku selama ini?" Jawab Declan dingin.
Lucy yang melihat kemana mereka akan naik merasa sedikit was-was. "Apa kau ingin membunuhku dengan mendorong tubuhku dari atap gedung ini?"
"Aku sangat yakin kau tidak akan semudah itu menyerah. Saat kau mati, aku masih yakin kau akan terus mengikuti diriku" Balas Declan yang akhirnya menatap mata wanita yang dengan terang-terangan menyukainya itu.
Lucy tak percaya dengan apa yang baru saja pria itu katakan. Dia benar-benar sangat sombong akan dirinya sendiri. "Kau terlalu percaya diri." Aku datang ke perusahaan ini sungguh ingin bekerja dan mencari pengalaman."
Setelah pintu lift terbuka, Lucy dibuat kaget dengan ruangan dimana pria itu membawanya masuk. Tempat ini seperti apartemen dan juga merupakan tempat pria itu tinggal, setelah melihat salah satu lukisan yang pernah ia berikan. "Ini tempat tinggalmu?"
"Kau benar" Ucap Declan sembari melepas jasnya, disusul dengan dasi pria itu. Sebelum Lucy sempat bertanya, pria itu mulai melepas pakaian yang Lucy kenakan dan mendorong wanita itu bersandar didinding, kemudian menghimpitnya.
"Apa yang kau lakukan, Declan? Lepaskan ak-
Declan memotong ucapan Lucy dengan mencium bibir wanita itu rakus.