Hanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kalangan atas, Hanita adalah seorang Psikiater terkenal sedangkan Satya pewaris dari perusahaan keluarganya
Tapi setelah menikah, cinta mereka justru berubah. Hubungan keduanya yang semula hangat menjadi sangat dingin. Hanita dan Satya sama-sama tidak dapat menemukan kecocokan meski 2 orang anak telah hadir diantara mereka. Kesalahpahaman mengelilingi keduanya
Hingga suatu ketika, Satya harus mengalami sebuah kondisi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Akankah kondisi baru Satya akan membuat Hanita luluh dan memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan meninggalkan Satya yang tak lagi sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikmati Kesakitan
Hanita sejak tadi mondar-mandir didepan kamar Satya, wanita itu menggigit kuku jarinya sendiri. Selalu seperti itu tiap kali Hanita merasa panik dan mengkhawatirkan sesuatu.
Di belakangnya, Suster Risma sudah merasa jengah melihat Hanita yang terlihat seperti setrika rusak. Helaan nafasnya terdengar berat
"Tuan Satya akan baik-baik saja,Nyonya. Ini juga bukan yang pertama" tegur Suster Risma
Hanita meliriknya dengan tajam, kesal karena dia dan Suster Risma memang tidak pernah sejalan.
"Diamlah,Suster. Yang sakit itu suamiku, bukan suamimu."
Baiklah, Suster Risma memilih diam dan tidak lagi mengeluarkan suara apapun. Meski matanya sudah sakit melihat tingkah Hanita ini.
"Apa yang terjadi didalam sana? Kenapa lama sekali?" Gumam Hanita
Tidak berselang lama, Dokter Sean keluar dari dalam kamar dan segera mendekati Hanita.
"Bagaimana suamiku,Sean? Dia baik-baik saja kan?" Tanya Hanita to the point
Dokter Sean mengangguk, ia melirik Suster Risma sekilas. Memberi kode melalui gerakan mata pada Hanita agar wanita itu mengusir Suster Risma dari hadapan mereka
Paham dengan kode yang dia terima, Hanita pun menoleh ke arah Suster Risma, "Tolong siapkan makanan untuk suamiku,Suster. Pergilah."
Suster Risma mengangguk patuh, tidak memberi perlawanan dan segera menjalankan perintah dari Hanita.
Dokter Sean lebih dulu memastikan kalau Suster Risma sudah pergi, baru seetelah itu ia memberikan perhatian penuh pada Hanita. Menatapnya dengan penuh tuntutan
"Apa?!" Sentak Hanita yang kesal karena ditatap demikian oleh Dokter Sean
Dokter Sean sedikit tercengang namun buru-buru ia menetralkan dirinya sendiri. "Han, jujur padaku. Apa yang kamu perbuat terhadap Satya?"
"Kamu kembali memberinya obat itu?" Tuntut Dokter Sean
Hanita langsung melotot kesal, "Eh, main tuduh sembarangan. Aku tidak melakukan itu!"
"Lalu? Kenapa Satya bisa tiba-tiba drop begini? Kejang sampai kesulitan bernafas, pasti ada pemicunya, kan?" Ujar Dokter Sean
Hanita berdehem, melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku hanya memarahinya semalam. Aku berteriak dan membentaknya, hanya itu."
Dokter Sean langsung menghela nafas berat, ''Kenapa lagi? Tidak puaskah kamu? Melihat Satya sudah seperti ini, kenapa masih terus melampiaskan kemarahanmu dengan membentak dan memakinya?"
''Meski keadaannya begini, tapi Satya pun punya perasaan,Han. Dia tetap manusia biasa, hanya kondisinya saja yang berubah." Terang Dokter Sean
Hanita berdecih sinis, sorot matanya menunjukkan dalamnya rasa sakit dan luka yang dia rasakan akibat ulah Satya di masa lalu.
"Kamu tidak akan mengerti perasaanku seperti apa, Sean. Saat orang yang sangat kamu cintai, secara terang-terangan mengatakan kalau dia membencimu bahkan ingin menceraikanmu juga mengkhianatimu begitu saja..." tutur Hanita
''Han, maaf. Aku tidak bermaksud" sahut Dokter Sean
Hanita mengangguk seraya tersenyum kecut, "Bukan salahmu. Tanpa kamu singgung pun, aku memang tidak akan pernah melupakannya begitu saja."
Dokter Sean mengangguk paham, lelaki yang merupakan sahabat sejati Hanita itu pamit undur diri. Dia sudah memberikan obat untuk Satya dan memastikan kalau keadaan lelaki itu sudah baik-baik saja.
Dokter Sean juga berpesan dan mewanti agar Hanita tidak membuat Satya sampai drop lagi. Bukan dia melupakan rasa sakit Hanita, hanya saja sisi kemanusiaannya sedikit tersentil. Tidak tega pada Satya yang terus menerus disiksa oleh Hanita.
Selepas kepergian Dokter Sean, Hanita bergegas masuk ke dalam kamar Satya. Meski dia sangat mengkhawatirkan sang suami tapi tetap saja perasaan itu Hanita sembunyikan
Dia tidak ingin Satya besar kepala jika sadar kalau ternyata dirinya dikhawatirkan oleh Hanita.
"Sat, are you okey?" Hanita melangkah dan duduk diatas kursi yang berada tepat ditepi brankar Satya.
Satya belum terlelap, lelaki itu menyadari keberadaan Hanita. Hanya saja tubuhnya terasa sangat lemas sampai enggan untuk menggeliatkan kepala menatap Hanita.
"Eeughhh..." lenguhnya seolah membalasa sapaan dari sang istri
Hanita duduk dan menatap lekat sang suami, masih sulit untuk menerima kenyataan kalau lelaki yang sangat dia cintai kini harus hidup dalam keadaan yang seperti ini
Tapi Hanita juga senang, karena kondisi ini lah yang menahan Satya untuk tetap berada disisinya.
Tiba-tiba saja, Satya memukul dadanya dengan kencang menggunakan kedua tangannya yang tidak berfungsi. Lelaki itu terlihat sangat frustasi
"Aaaghh...eeughhh...." teriaknya
Alih-alih menolong, Hanita justru diam dan seolah tengah menikmati kesakitan Satya.
Satya sangat kesakitan, lelaki itu terbatuk dan kembali berteriak dengan kencang. Bahkan dia mulai menangis, wajahnya juga kini memerah
"Aaagghhhh...."
''Apakah itu sakit, Sat? Sesakit apa? Sebandingkah dengan rasa sakitku dulu?" Suara Hanita terdengar sangat dingin
"Eeuugghhh..." Satya menyahut
Hanita tersenyum remeh, wanita itu berdiri dan menundukkan tubuhnya agar sejajar dengan Satya.
"Kamu itu butuh aku, lalu kenapa dulu sangat membenciku, hem?"
Tangan kanan Hanita ia kalungkan ke leher Satya, memeluk sang suami dengan lembut. Sedang tangan kirinya ia gunakan untuk mengusap dada lelaki malang itu.
"Calm down, relax" bisiknya
"Eeeugghh..." Satya melirih
Untuk sesaat, Hanita membiarkan posisi mereka tetap seperti ini. Menahan Satya dalam dekapannya, membiarkan air mata dan air liur milik lelaki malang itu membasahi dress yang Hanita gunakan.
''Itu sebabnya, jadilah suami yang baik selagi kamu sehat. Kamu tidak akan seperti ini jika tidak macam-macam denganku" bisik Hanita
Satya kembali menggerutu, dan dari suaranya pun Hanita tahu kalau lelaki itu tengah kesal atas penuturannya barusan.
Hanita meletakkan kembali tubuh Satya ke atas brankar khususnya dengan kasar. Hanita bahkan tidak segan menarik rambut sang suami, menunjukkan banyaknya bekas jahitan diatas kulit kepala Satya
Hanita tengah sangat kesal, dia sungguh benci tiap kali Satya mencela apalagi menunjukkan respon tidak suka terhadap dirinya.
''Sepertinya kamu ini memang ingin jadi suami durhaka terus ya?" Hanita menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk seringai kecil
"Jika itu memang yang kamu inginkan, maka baiklah. Kita lihat saja, apa yang akan kulakukan pada tubuhmu ini, Satya" gumam Hanita
Wanita itu melepaskan pegangannya, lalu memaksa Satya untuk tidur sekarang juga.
"Eeugghh..." Satya kembali menangis
Lelaki itu sungguh peka, dia bisa merasakan saat Hanita memarahinya. Apalagi memperlakukannya dengan kasar.
Hingga akhirnya, rasa lelah berhasil mengambil alih kesadaran Satya secara penuh. Lelaki itu memejamkan kedua matanya, mulutnya tetap terbuka hingga menyebabkan air liur terus menerus keluar dan mengotori sekujur wajahnya.
"Lihatlah, kamu bahkan lebih merepotkan daripada Kenan" gerutu Hanita
Meski ia menggerutu tapi tetap saja, Hanita memasangkan handuk pada kedua sisi bahu kurus milik sang suami. Tidak lupa juga dibawah dagunya agar tidak mengotori kaus panjang yang lelaki itu gunakan.
Hanita tetap duduk diatas kursi, menatap dan mengamati sang suami dengan seksama. Satya yang terlelap seperti ini adalah sebuah pemandangan indah untuk Hanita, dia menyukai itu.
Perlahan tanpa di titah, Hanita kembali teringat akan memori dan kenangan indah yang dia dan Satya pernah lalui dahulu. Saat hubungan mereka masih baik-baik saja
Kehadiran foto pernikahan berukuran besar yang terpajang tepat diatas brankar Satya, seolah sukses menyedot Hanita kembali ke masa itu. Dia dan Satya terlihat sangat bahagia. Mereka adalah sepasang kekasih yang baru saja mengikat dan mengucapkan janji suci pernikahan.
"Sial, ternyata kami pernah sebahagia itu dulu..." ujar Hanita
Pandangannya kembali beralih pada sang suami, rasa sakit yang dia terima dari Satya. Semua itu terasa membuncah dalam dada Hanita
"Kenapa kita jadi begini, Sat?"
"Apa yang salah? Dimana letak kesalahannya? Kita pernah bahagia bersama, tapi kenapa?"
"Kenapa semua berubah? Berantakan dan hilang arah"
Hanita tidak tahan lagi berada di sini, wanita itu bangkit dan melenggang keluar dari dalam kamar Satya.
Tidak kembali ke kamar miliknya, Hanita memilih duduk bersantai diatas kursi yang berada di balkon utama. Dia bisa melihat pemandangan langit malam dengan jelas dari posisinya sekarang
Hanita sendirian, hanya ditemani segelas wine di tangan kanannya yang sudah dia teguk habis. Tatapannya mengarah jauh ke atas langit.
Gelas wine yang sudah kosong itu, di letakkan ke atas meja. Hanita menghela nafas panjang
"Darimana semuanya berawal? Aku...tidak ingat, bagaimana dan kenapa semua jadi seperti ini?"
kasian hanita dapet barang bekas shanum terus😅