NovelToon NovelToon
Aku Ingin Jatuh Cinta{Lagi}

Aku Ingin Jatuh Cinta{Lagi}

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Romansa / Slice of Life
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rara_07

Elara, seorang gadis periang. Hidupnya penuh dengan kebahagiaan, dia hidup dengan penuh cinta dan kasih sayang yang melimpah. Baginya tidak ada kesedihan yang akan berkepanjangan, namun semua menjadi sirna ketika dia beranjak remaja. Ayah dan Ibu yang selalu perhatian terhadapnya, kini telah acuh. Bahkan Ayah yang dulu ia anggap sebagai seorang pangeran, kini berubah menjadi seorang iblis. Cinta merupakan hal yang paling ia hindari, tapi seorang pria bernama Estele malah tertarik pada Elara, wanita yang jarang tersenyum, selalu jutek dan keras kepala. Akankah Elara jatuh cinta kepada Estele? atau Estele akan menyerah pada Elara yang cukup sulit di buat luluh?



Please follow dan like postingan IG Author :
@Zahra_Arara07
Please follow dan like postingan Tiktok Author :
@rara_01075

Dukungan anda, teramat berarti untuk saya❤️🌹

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara_07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wanita Jutek {2}

Bruk!

Elara merebahkan tubuhnya yang terasa sakit. Dia rasa OSPEK sangat menyebalkan, tubuhnya terasa lelah dan terbaring di atas kasur dalam kosnya yang tidak terlalu besar. Sejak masuk kuliah, dia memutuskan untuk mencari kos yang cukup dekat dengan kampusnya agar dia bisa berjalan kaki saja. Di dalam kos ini dia tinggal sendiri, namun bagi Elara kesendirian dan kesunyian bukanlah hal yang akan membunuhnya. Walau terkadang dia merasa sedih dan menangis dalam keheningan atas perasaan sepi dalam hidupnya. Perempuan itu sama sekali tidak takut, baginya mati dalam keheningan bukanlah hal yang buruk. Selama ini dia selalu meminta kematian dari Tuhan, tapi sayangnya kematian belum ingin mendatanginya. Bohong jika dia tak pernah berpikir untuk mengakhiri hidup, bahkan hampir setahun lalu dia selalu berpikir 'apakah sebaiknya dia mati saja?' Satu-satunya alasan baginya untuk hidup dan bahagia telah tiada, meninggalkan rasa takut akan cinta dan harapan dalam hatinya.

"Aku merindukanmu Haru .... , tidak ada orang yang sama sepertimu. Mungkin satu tahun telah berlalu, tapi rasa cintaku masih tetap sama."gumam Elara sambil menutup mata, membiarkan air matanya menetes membasahi pipi.

Elara mengerjap dengan mulut yang sedikit terngangah, dia terkejut melihat Aira sudah berada di depan pintu kos nya, entah sejak kapan wanita itu berada disana.

"Lo ngapain kesini?"tanya Elara.

"Hehe, gue mau numpang di kos lo selama 2 hari ini. Soalnya gue kapok karena ketahuan bawa motor pas OSPEK ke kampus. Kating pada rese kalau masalah peraturan."jelas Aira sambil memanyunkan bibirnya.

"Ck, nyusahin lo! BTW, lo di antar siapa ke kos gue? Udah malam gini, apa lo bawa kendaraan sendiri?"tanya Elara.

"Hehe, gue di antar sama my hubby lah!"jawab Aira dengan bangga.

Elara memutar bola mata malas, "ck, bulol lo! Patah hati baru tahu rasa!"ledek Elara.

"Gue mah gak bakal patah hati lama-lama, nanti gue cari yang baru kalau putus sama pacar gue!"jawab Aira.

"Ah berisik lo! Udah cepat masuk! Atau gue tutup nih pintu!"tegas Elara.

Aira kaget, dia dengan cepat melakukan langkah seribu untuk segera masuk kedalam kos sederhana milik Elara. Sejak tadi Elara bersedekap dada sambil terus menghela nafas, dia benar-benar di buat geram dengan Aira yang sengat lelet untuk memasang sepatu. Padahal mereka harus sampai di kampus jam 06:00.

"Buruan! Entar kita di hukum!"tegas Elara.

"Ya sabar dong! Lagi masang sepatu nih!"sahut Aira.

Nafas keduanya terengah-engah, mereka memasuki wilayah kampus. Namun saat kaki mereka akan melangkah ke lapangan tempat para mahasiswa baru berkumpul. Mereka dihentikan oleh beberapa kakak tingkat yang bertugas di bidang keamanan dan ketertiban. Mereka, para kakak tingkat itu bersedekap dada sambil menatap datar dua orang perempuan yang menggunakan name tag terbuat dari kardus, menggunakan kemeja putih dan rok hitam garis-garis dibawah lutut.

"Darimana aja ha!? Kalian telat!"

Suara tegas dari salah satu mereka membuat Aira menegang, membuat wanita itu memundurkan langkahnya dan bersembunyi di balik tubuh Elara. Kedua bola mata Elara melebar saat melihat Aira malah menjadikan dirinya sebagai tameng, padahal dia juga tidak terlalu berani. Memang raut wajahnya terlihat seperti orang yang tak kenal takut dan jutek. Tapi, sebenarnya Elara adalah wanita yang lembut. Dia juga sering merasa takut, tapi dirinya berusaha menutupi perasaan itu.

"Berani kamu menatap saya begitu ha!?"

Deg!

Elara merasa takut, dia ingin sekali menghindari tatapan tajam dari pria tinggi yang saat ini sedang menatap serius dengan wajah datar kepadanya. Namun, rasa gengsi dan juga keras kepala Elara lebih besar. Dia tidak akan pernah menunjukkan rasa takutnya itu. Dia tidak mau menunduk sama sekali. Sementara Aira sudah sejak tadi menunduk sambil terus menggenggam tangan Elara.

"Jangan kasar-kasar Es, biasa aja. Jangan terlalu over dong." bisik Vero.

Pria tampan, hidung mancung dan kulit putih yang bersih itu hanya diam dengan masih menampilkan wajah datarnya. Dia bersedekap dada sambil memperhatikan wanita yang memiliki tinggi badan hanya sebatas dadanya saja. Sangat kecil, tapi wanita itu cukup menarik karena sama sekali tidak menunjukkan rasa takut di hadapannya.

"Karena kalian terlambat, kalian harus dihukum."ujar Vero.

"B-baik Kak, kami setuju."jawab Aira dengan terbata.

O9

"Besok gak boleh telat, ingat itu!"tegas Vero.

Aira dan Elara mengangguk paham, mereka segera mengikuti Vero yang akan memberikan mereka hukuman. Sementara pria yang tadi berbicara tegas kepada Elara dan Aira, masih bergeming di tempat sambil memandang punggung wanita yang baru saja melewatinya.

"Dia tidak ingat aku? Padahal kemarin kami saling berpandangan cukup dekat,"gumamnya.

Aira dan Elara meminum air dari botol mereka masing-masing dengan rakus. Ternyata berlari mengelilingi lapangan depan kampus itu sangat melelahkan, kedua kaki mereka terasa ingin patah.

"Gara-gara lo nih!"ujar Elara.

"Ya maaf, besok janji gak gitu lagi deh."balas Aira.

"Semuanya! Dengar! Kemarin adalah pembukaan OSPEK, hari ini kita akan bersiap-siap untuk menampilkan yel-yel! Kalian harus melakukan persis yang sudah kita latih ya. Paham!"

"Siap Kak!"

Gugus 26 menjawab lantang perintah dari kakak penanggung jawab gugus mereka. Jika yel-yel mereka bagus, maka mereka akan mendapatkan hadiah. Itu cukup menarik, Aira cepat sekali merasa senang. Dia sudah kembali bersemangat, tidak merasa lelah lagi. Sementara Elara menghela nafas karena harus melakukan yel-yel bersama dengan teman-teman gugusnya yang lain. Dia sebenarnya tidak terlalu suka di tengah keramaian, maka dia cukup beruntung bisa satu gugus dengan Aira, teman yang cukup ia kenali. Walupun terkadang dia merasa jengkel dengan temannya itu.

"Woy El! Lo kenapa sih tadi tumbenan mau mendisiplinkan anak-anak baru? Biasanya lo cuma diam dan memperhatikan semua dari jauh aja."ujar Wilow.

"Lagi mau aja gue,"jawabnya.

Suara riuh akibat yel-yel dari para mahasiswa baru membuat mereka penasaran. Mereka berjalan untuk melihat para mahasiswa baru itu. Wilow seperti biasa akan tebar pesona kepada para wanita-wanita. Sehingga membuat mereka menjerit melihat pria dari jurusan Akuntansi itu mengedipkan mata. Mereka sedang berada di lantai 2, melihat para mahasiswa baru yang berkumpul di lapangan dari atas.

"Aw! Kakak itu ganteng banget cuy."seru Aira.

"B aja! Ciri-ciri play boy itu!"jawab Elara dengan santai.

"Ck, lo ini ngapa dah? Semua cowok selalu gak benar di mata lo. Elara sayang, lo ini duta jomblo abadi! Coba lo tuh buka hati buat cowok dekati lo."ujar Aira.

Elara diam, membuat Aira merasa kesal. Elara selalu saja mengalihkan pembicaraan mengenai perasaan. Wanita itu seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Aira memang satu kelas dan satu sekolah dengan Elara, tapi itu saat mereka masih SMP. Semenjak SMA, mereka berbeda tempat. Tapi, saat kuliah, Aira kembali dipertemukan lagi dengan Elara. Ada beberapa perubahan dari wanita itu, dulu Elara sangat aktif, dia sering bercanda dan tertawa. Dia adalah wanita periang. Tapi, Aira cukup terkejut melihat Elara yang sekarang sangat jauh berbeda. Apa yang telah terjadi dengan wanita itu? Ingin sekali Aira mencari tahu, tapi dia tak mau membuat Elara merasa tak nyaman.

"Sebenarnya kenapa si lo itu ..."

"Udah ayo cepat! Kita harus kembali ke gugus kita!"sahut Elara yang langsung menarik Aira untuk pergi.

Wilow melihat kearah dua wanita yang tadi dihukum oleh Vero. Dia memanggil kedua wanita itu, membuat Elara dan Aira mendongak menatap ke atas. Aira dengan bersemangat membalas lambaian tangan pria tampan di atas. Sementara Elara menatap datar sambil bersedekap dada.

"Woy adek tingkat, minta nomor telepon boleh kali lah!"teriak Wilow dari atas.

"Sangat boleh Kak! Aku akan dengan senang hati kasih!"balas Aira sambil berteriak riang.

"Ck, apaan sih lo!"sahut Elara dengan geram.

Aira menoleh, "berisik lo jomblo, gue lagi di fase menyeleksi jodoh nih!"jawab Aira.

Elara mendengus, sungguh Aira merupakan wanita yang di laur nalar. Katanya sudah punya kekasih, tapi dia tetap mencari-cari pria yang lebih baik. Aira memang punya kekasih, tapi dia tidak terlalu perduli, cenderung cuek pada hubungan yang serius. Terkadang membuat Elara merasa pusing dengan kisah cinta temannya yang penuh drama itu.

"Gue pergi dulu ya! Mau ambil nomor cewek cantik di bawah dulu!"ujar Wilow.

Wilow tersenyum merekah menghampiri Aira dan juga Elara. Aira tentu menerima kehadiran kakak tingkat tampan itu. Sementara Elara memutar bola mata malas. Membuang waktu saja untuk berkenalan dengan orang seperti Wilow.

"Hallo adek tingkat, mau pada nunjukin yel-yel ya?"sapa Wilow.

"Iya nih Kak, tapi gugus kami masih belum di panggil sih."jawab Aira.

"Gimana? Jadi kasih nomornya?"tanya Wilow sambil mengedipkan satu matanya.

"Tentu!"seru Aira.

Mereka begitu antusias untuk bertukar nomor, sementara Elara hanya bersedekap dada wajah datarnya itu. Dia memang merasa kaku jika di hadapan para kaum adam, tapi dia masih bisa tersenyum manis jika berhadapan dengan orang-orang tertentu saja. Wilow tersenyum bangga karena merasa pesonanya belum luntur, buktinya para wanita masih terus mengejar dan terbuai akan rayuannya. Namun, matanya melirik kepada seorang perempuan berambut panjang hitam yang di ikat kepang dua. Wanita itu sama sekali tidak menatap dirinya, walupun wajah wanita itu terlihat jutek. Tapi, Wilow akui perempuan itu cukup cantik.

"Ehem! Itu siapa?"ujar Wilow sambil menatap ke arah Elara.

"Oh ini, dia temanku, namanya Elara."jawab Aira.

"Oh begitu, nama Kakak Wilow. Panggil saja Kak Wilow ya. Nama kamu siapa?"tanya Wilow.

"Aku Aira Kak."balas Aira sambil senyum-senyum.

"Udah belum!? Buruan! Nanti kita ditinggal!"sahut Elara dengan ketus.

"Hehe, maaf ya Kak Wilow. Teman aku yang satu ini rada-rada. Mirip mak lampir!"ujar Aira sambil tersenyum.

"Pftt ... ,ya gak apa-apa."balas Wilow sambil menahan tawa.

Elara melotot, dia merasa marah karena Aira menyamai dirinya seperti seorang mak lampir. Sementara Aira malah bersikap acuh dengan tatapan tajam Elara yang seperti akan menusuk ke dalam jantung nya saat ini.

"Oh ya, dek Elara. Boleh minta nomornya juga gak?"tanya Wilow sambil tersenyum menggoda.

Elara diam, dia mengamati dari atas sampai bawah pria yang tersenyum seperti iblis yang bodoh di hadapannya dan juga Aira. Sungguh Elara ingin berkata kasar saat ini, tapi wanita itu masih menyanjung yang namanya kesopanan. Dia tidak mau membuat masalah yang akan berdampak pada dirinya sendiri nanti.

"Maaf Kak, saya lupa nomor saya, dan HP saya ketinggalan. Maaf ya."jawab Elara sambil tersenyum tipis.

Deg!

Melihat senyuman tipis Elara, membuat jantung Wilow terasa ingin copot. Ternyata wanita berwajah jutek itu kalau sudah tersenyum sangat manis, walau senyuman itu sangat tipis dan berlangsung singkat. Namun Wilow bisa melihat sedikit lesung pipi di pipi kanan wanita itu.

"Kak? Kakak baik-baik saja?"tanya Aira, merasa bingung melihat Wilow yang melamun.

"Hah? I-iya, ok kok. Oh ya, Dek Elara. Gimana kalau besok aja kasih nomor HP nya ke Kak Wilow? Gimana?"tawar Wilow sambil tersenyum.

Elara tersenyum paksa, siapapun tolong dirinya saat ini. Dia ingin sekali mengeluarkan kata-kata mutiara dari selama mulutnya. Dia benar-benar muak melihat pria berkata manis seperti Wilow ini. Bisa-bisa dia akan cepat mati karena terkena diabetes.

"Oy El! Gimana!?" bisik Aira sambil menyenggol bahu kiri Elara.

"Ck, apasih lo!"balas Elara setengah berbisik.

"Wilow! Cabut! Kita harus urus mata kuliah!"

Mereka menoleh, betapa terkejutnya Aira ketika melihat seorang pria tampan dan juga tinggi. Sangat mirip dengan artis negeri ginseng, Aira tanpa sedar tak bisa berkedip melihat pemandangan indah di depannya. Sementara Elara melotot ketika melihat pria yang baru saja tiba itu, dia ingat sekali jika pria itulah yang berbicara kasar kepada dirinya dan juga Aira saat terlambat.

"Waduh! Iya gue lupa bro!"ujar Wilow.

"Hem, sejak kapan kau ingat kalau sudah melihat target,"balasnya sambil bersedekap dada.

"Wah, indahnya lekuk ciptaan Tuhan."puji Airs dengan mulut terngangah.

"Nyebut lo! Air liur lo noh mau tumpah!"ujar Elara dengan sinis.

"Ck, berisik! Gue mau menikmati pria tampan!"balas Aira sambil mendelik menatap Elara.

"Girls, Kak Wilow pergi dulu ya. Bye ...." ujar Wilow.

Wilow dan temannya langsung pergi, Aira melambaikan tangan sambil menatap kagum dengan pria tampan yang baru saja ia lihat. Teman Wilow itu menoleh, menatap Elara. Membuat Elara tertegun, dia jadi merasa salah tingkah. Walaupun dia masih bisa menutupi perasaannya dengan raut wajah jutek itu.

"El, lo kenal sama tuh Kaka ganteng?"tanya Aira.

Elara menggeleng cepat, "gak tuh! Mana ada gue kenal sama dia."jawab Elara.

"Hem, iya juga ya. Gak mungkin sih, jelas banget lo nih kan jomblo abadi. Bahkan cowok jarang dekati lo karena wajah lo yang selalu ditekuk!"ledek Aira.

"Sialan lo!"balas Elara.

Aira tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah marah Elara. Dia senang sekali melihat Elara yang begitu kesal, Elara yang sekarang memiliki kesabaran setipis tisu di bagi delapan. Padahal Elara yang dulu sama sekali tidak suka marah-marah.

1
Arina Arina
kak tolong donggg
Arina Arina
kak tebal buku nya berapa kak
Arina Arina: ayo dongg plissss🙏🙏
Arina Arina: kak tolong bantu jawab ya
judul buku
penulis
penerbit
tahun terbit
tebal buku
media
total 3 replies
·Laius Wytte🔮·
cerita ini layak dijadikan best-seller, semangat terus!
Zahra Putri: Hallo reader, terimakasih atas dukungannya ❤️🌹
total 1 replies
Haris Saputra
ceritanya keren abis! Thor, kamu hebat!
Zahra Putri: Hallo Reader, Terimakasih atas komentarnya🌹❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!