Kitsune Herrera Fortes, sangat cantik, dan cerdas. Dia mahasiswi semester terakhir jurusan Managemen Bisnis. Umur, baru sembilan belas tahun kurang tiga bulan.
Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, di atas kesuksesannya meraih karier, anak dari musuh bebuyutan orang tuanya, telah menculiknya. Alexandro Varra namanya. Seorang laki-laki ganteng kaya raya dan kejam.
Tidak ada yang berani kepadanya, baik lawan atau kawan. Orangnya dingin, sadis, tidak ada ampun bagi musuh. Dia tidak percaya takdir. Baginya, takdir manusia ada dalam genggaman tangannya.
Hemm!!
Mampukah Alexandro memb*nuh Kitsune putri kesayangan musuhnya, setelah sang gadis menjadi sanderanya?
*****
I'm really thankful for all of you who always supporting me. don't forget to give me 5 star ✨✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PEMBUNUHAN MASSAL.
Setelah ngaret sepuluh menit akhirnya mereka datang. Rombongan yang terdiri dari dua puluh orang laki-laki berambut gondrong, memakai kaos hitam, berjaket kulit dan bertatto Macan, masuk ke Cafe.
Kesan pertama ber*ndalan dan penj*hat, itu melekat pada mereka. Laki-laki yang datang terakhir, naik mobil Lamborghini, penampilannya berbeda. Tidak gondrong, dia memakai kemeja putih lengan panjang yang dilipat. Ganteng dan penuh mistri.
"Selamat malam tuan-tuan silahkan duduk ada yang bisa kami bantu?"
Kitsune menyapa mereka dengan senyum tersungging dibibir. Ada rasa bergetar ketika melihat tampang mereka. Semua ber*ndalan.
Tentu saja penampilan mereka yang mirip penjahat membuat jantungnya berdegup. Sebulan training, baru kali ini mendapat pengunjung model begini. Padahal wajah mereka ganteng-ganteng, kenapa mereka malah berpenampilan seperti penjahat.
"Kamu, jangan cengar cengir disitu, sini! bawakan kami tiga botol Vodka!"
"Si-app tuan."
Kitsune kaget mendengar suara pemuda baju hitam yang memerintah. Ia cepat mengangguk sopan dan menghilang dari hadapan mereka menuju stand Bar.
"Siapa memberi izin mereka datang?" ucap Kitsune pelan setelah berada di Bar.
"Jangan menyalahkan teman, situasi lah yang bersalah. Kita tidak tahu siapa tamu yang akan datang, kalau tahu bisa saja pak Adi menolaknya." ucap Artha seraya mengambil Vodka dari rak.
Maaf Made, aku nervous menghadapi mereka. Terutama yang berbaju hitam, terlihat g*lak dan menakutkan." ucapnya dengan suara bergetar
"Tenang Kit, aku bantu melayani mereka. Orang begini sudah sering ke Cafe." ucap melati tersenyum. Melati ikut membawa pesanan mereka.
"Eh kamu, siapa namamu?" tanya pemuda baju hitam memandang Kitsune.
"Kitsune tuan...."
"Pantas wajahmu mirip orang Jepang, kamu blasteran, ya."
"Papa orang Jepang dan mama orang pribumi." sahut Kitsune ketar ketir.
"Sudah lama menjadi pelayan di sini?"
Kitsune hanya mengangguk, suaranya tertelan dan sangat sulit keluar. Ia tidak tahu kenapa takut dengan ber*ndalan ini, padahal duel dengan teman sekampus berani.
"Baru sebulan, saya lagi training."
"Kuliah dimana? sudah semester berapa."
"Sekolah Pariwisata, semester terakhir." sahut Kitsune kesal. Ia mengutuk dirinya yang suaranya bergetar.
"Hemmm, namaku Ary."
"Maaf tuan Ary, saya mau kebelakang." ucapnya gugup, tapi, pemuda baju hitam itu memegang tangannya.
"Duduklah disini, kita minum bareng." ajak laki-laki itu dengan pongahnya.
Ingin sekali Kitsune menampar dan mencekik laki-laki yang berada di depan matanya ini. Ia coba menahan emosinya. Jika sudah keterlaluan ia akan memanggil Scurity untuk mengusir mereka.
"Maaf tuan, saya tidak bisa minum." sahut Kitsune menepis tangan laki-laki itu yang coba menariknya.
"Aku sengaja menyewa Cafe ini supaya bisa bebas bertemu denganmu."
"Apa? saya tidak mengenalmu jangan mengada-ada. Saya bukan wanita yang anda pikirkan."
"Aku tidak salah datang, bukankah kamu bunga kampus yang jutek itu? Yang dulu pernah menampar wajah Alex setahun yang lalu?"
"Jangan menuduh sembarangan, saya tidak mengenal Alex. Hidup saya penuh dengan kesibukan tidak sempat membuat huru hara." ketusnya.
"Jadi kamu lupa peristiwa itu? Aku selalu mengingatnya, dimana tangan mulusmu menampar pipi Alex. Terdengar arogan dan itu kenyataan. Keangkuhanmu itu membuat dia di hujat seluruh dunia." kata orang itu memancing emosi Kitsune. Ia merasa muak meladeni laki-laki ini.
"Masa bodoh kalian pantas dihancurkan!!" bisik Kitsune dalam hati.
Dasar laki-laki g1l4, mana pernah ia menampar orang setahun yang lalu. Pasti manusia ini mengada-ada supaya bebas membuat keributan disini dan tidak mau membayar bill. Pikirnya.
Ingin rasanya m3nc4k-m3nc4k, berkata kasar di depannya serta mengusirnya secara paksa. Namun mereka berbanyak, dan pria yang baju putih, terus saja memandangnya dengan sinis.
"Maaf tuan Ary, tolong bersikap yang sopan, kami disini hanya pelayan, tidak lebih."
"Hahaha...aku merasa curiga melihat pelayan seglowing kamu."
Pemuda baju hitam itu berdiri, ia mulai mengintimidasi mental Kitsune dengan tatapan matanya yang tajam, dan langkah kakinya yang sengaja dibuat berirama. Kitsune mundur teratur sampai mentok di sudut ruangan.
Sedangkan temannya yang lain tidak peduli, bahkan sibuk minum dilayani oleh Melati dan Ratih. Hanya yang baju putih secara intens menatapnya.
Merasa nonanya ada masalah, pak Adi buru-buru menghampiri pemuda baju hitam itu. Ia langsung menegur.
"Maaf pak Ary, bisa saya bantu?" tanya pak Adi sopan. Ternyata pak Adi sudah kenal dengan ber*ndalan itu.
"Jangan ikut campur pak Adi, aku hanya ingin berkenalan dengan anak rival kami."
"Gadis ini tidak tahu apa-apa, tolong biarkan dia dan pergilah."
"Hahaha..." Ary tertawa meng*jek, ia lalu duduk di atas meja, satu kakinya naik ke atas kursi.
Kesempatan itu dipakai oleh Kitsune untuk beranjak dari hadapan laki-laki baju hitam itu. Ia setengah berlari menuju kamar ganti. Dadanya berdebar kencang saat menutup pintu.
Bingung harus bersembunyi dimana, tapi ia yakin pemuda yang dipanggil Ary itu tidak mungkin datang ke sini. Ia menarik nafas lega ketika bisa lepas dari pria itu.
Lima menit berlalu, tidak ada suara ribut, Kitsune yakin ber*ndalan itu sudah keluar. Siapa berani dengan pak Adi, badannya besar dan bekas juara tinju. Bathinnya.
Tapi ia baru ingat, kamar terasa senyap dan tidak terdengar suara apa pun, karena setiap kamar dilapisi peredam suara. Ia cepat melangkah ke jendela, menyibak sedikit tirai agar ia bisa mengintip keluar, ia ingin melihat keberadaan ber*ndalan itu.
Namun, ia tidak melihat apa, terhalang oleh partisi. Ia menajamkan pendengaran, sayup-sayup terdengar suara tangis dan pertengkaran. Terjadi keributan besar, saling bentak.
Jantungnya berdebar keras, ia mendengar tangisan Melati. Perasaannya kacau balau Ia merasa bersalah meninggalkan pak Adi dan teman-temannya. Bayangan buruk mulai memenuhi otak Kitsune.
Kitsune menutup tirai dan melangkah ke pintu, ia harus menemui mereka. Jangan sampai ber*ndalan itu main pukul. Ntah kenapa ia jadi takut, gara-gara dirinya teman-temannya menjadi korban dan di marahi.
Sebelum tangannya menyentuh handle pintu, tiba-tiba,
"A0WW..."
Kitsune tersentak kaget ketika pintu di buka kasar, lalu beberapa pria ber*ndalan masuk sambil menyeret pak Adi yang wajahnya b4bak b3lur bekas di pvkul.
Melati juga ikut diseret. Kitsune berteriak ketakutan saat melihat mereka membawa pistol dan men0dongk4nnya ke pak Adi.
Mereka membawa pak Adi mendekati Kitsune. Ary terlihat beringas dan tangan dan bajunya berlumuran darah.
"Tolong jangan sakiti mereka, hukum aku saja jika kau membenciku!" Kitsune panik, ia menangis histeris.
"Kau bagian terakhir Kitsune..." kata Ary penuh kesombongan. Mereka sengaja membawa Melati kehadapan Kitsune.
"Kalian bajingan, tidak tahu diri!!" pekik Kitsune marah.
"Berteriaklah sampai tenggorokan mu putus Kitsune."
Kitsune menatap tajam Ary. Ketakutannya mendadak hilang dan berubah menjadi kemarahan yang membara. Ia kemudian memukul Ary, tapi laki-laki itu dengan gampang mengelak.
Walaupun di bawah tod0ngan senj4ta 4pi, dirinya tidak takut. Kitsune tidak gentar menghadapi orang-orang itu. Ia marah dan mengamuk seraya menendang mereka satu persatu.
******