NovelToon NovelToon
Clara : Si Pendiam Yang Di Inginkan Banyak Orang

Clara : Si Pendiam Yang Di Inginkan Banyak Orang

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

meski pendiam , ternyata Clara mempunyai sejuta rahasia hidup nya, terlebih dia adalah anak dari seorang petinggi di sebuah perusahaan raksasa,

namun kejadian 18 tahun silam membuat nya menjadi seorang anak yang hidup dalam segala kekurangan,

dibalik itu semua ternyata banyak orang yang mencari Clara, namun perubahan identitas yang di lakukannya , menjadikan dia sulit untuk di temukan oleh sekelompok orang yang akan memanfaatkan nya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kuda laut sejuta misteri

“Andai aku bisa menemukan jawabannya,” Clara merenung sambil memainkan kalung berbentuk kuda laut di lehernya.

“Orangtuamu pasti memiliki alasan tersendiri. Kami tidak bisa memaksakan apa yang terjadi di masa lalu.” Luna menatap Clara, matanya berkilau penuh pengertian.

“Ya, tapi aku merasa ada yang tidak beres.” Clara menunduk, lembut menggenggam foto pudar itu. Wajah wajah yang samar di dalamnya menyimpan misteri.

Ria yang duduk di sudut ruangan itu menggeleng, rambutnya yang panjang tergerai ke bawah bahu. “Clara, Luna. Kita harus realistis. Mencari kebenaran tidak semudah membalikkan tangan. Bisa jadi semua ini hanya mimpi.”

“Dan jika itu bukan mimpi?” Clara mendongak, suaranya tegas meski hatinya bergetar. “Bagaimana jika aku sebenarnya adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar?”

Luna mengangguk, semangat menyala di matanya. “Kau harus tahu tentang Clara yang sesungguhnya”

“Yang berasal dari mana?” Ria memotong, nada skeptisnya tak terbendung. “Kita hanya mendengar nama-nama, desas-desus, bayangan. Itu tidak cukup untuk membangun cerita.”

“Dia bisa saja anak dari seseorang yang sangat berpengaruh,” Luna bersikeras. “Atau bahkan seperti pangeran dari negeri dongeng. Berani bermimpi bukan salah, Ria.”

“Bermimpi dan berurusan dengan kenyataan itu berbeda,” Ria menjawab, suara datar. “Aku tidak mau kembali ke harapan palsu.”

Clara terdiam, kata-kata Ria menggigit. Mimpi tampak begitu jauh, seolah ditakdirkan untuk dilupakan.

“Mami selalu mengajarkan kalau kita harus berusaha, Clara.” Luna mendekat, meraih tangan Clara. “Jika kau tidak berani, bagaimana kau bisa terbang?”

“Terbang untuk apa?” Ria menyentuh foto itu dengan ujung jarinya. “Satu pengharapan yang jatuh mungkin bisa membuatmu terluka lebih dalam.”

“Kalau begitu, kita harus mencari tahu lebih banyak,” Luna memutuskan. “Tapi Ria, kamu harus berdamai dengan ketidakpastian itu. Kita tidak bisa lari dari apa yang menanti.”

Ria menyilangkan tangan, rautnya tegang. “Mudah bagi kalian berbicara. Tapi Clara, kau harus berhati-hati. Siapa Clara sebenarnya bisa berbahaya.”

“Bahaya?” Clara menggigit bibir, terkejut.

“Ya. Dalam bayang-bayang, banyak orang yang inginkan posisimu—jika semua ini benar.” Ria mengecilkan suara. “Mungkin lebih baik kau tetap di tempat yang aman.”

Clara menggelengkan kepala. “Tetap aman, dengan apa? Menunggu kebenaran datang menghampiri?”

“Kalau begitu, kita perlu mencari informasi lebih jauh.” Luna berpijak pada keputusan. “Mungkin ada tanda atau sesuatu yang bisa mengungkap siapa kau.”

“Seharusnya kita mengetahui lebih banyak tentang kalung ini,” Ria menyuarakan harapan. “Dari mana asalnya?”

“Mungkin ada pemilik toko yang bisa memberi petunjuk,” Clara berusaha memunculkan ide.

“Kalau kita ke toko barang antik, bagaimana?” Luna antusias. “Mereka pasti tahu banyak tentang barang-barang unik. Siapa tahu ada yang bisa dihubungkan ke keluargamu.”

“Jadi, kapan kita pergi?” Clara bertanya, semangat tiba-tiba menyala.

“Besok saja,” Ria menjawab sambil menyiapkan rencana. “Kita bisa melihat dan mendiskusikan apa yang kita temukan.”

Clara tersenyum, detak jantungnya berdenyut cepat.

“Lihat? Semangatmu sudah kembali. Kau hanya perlu menemukan jalan.” Luna menatapnya dengan kehangatan.

“Dan mari kita tidak melupakan terlihat nyaman.” Ria memunculkan senyum tipis.

Clara bernapas lega. Mungkin kebenaran tidak seburuk yang dia bayangkan.

Senyumnya kembali merekah. “Oke. Kita pergi besok. Kuda laut ini pasti memiliki cerita.”

“Kita mungkin bisa menemukan jawaban yang kau cari,” Luna menambahkan, mengedipkan mata.

Ria tertawa kecil, ada harapan baru berpadu dengan keraguan.

“Kalau kita beruntung, mungkin saja.” Ria menanggapi.

“Kita pasti beruntung,” Clara mengulangi.

Dan tiba-tiba, dunia terasa lebih cerah.Keesokan paginya, sinar matahari menyelinap melalui jendela, menciptakan pola sinar di lantai kayu. Clara berdiri di depan cermin, mengamati bayangannya. Kalung kuda laut itu berkilau di lehernya, seolah memberi dorongan terakhir untuk berani melangkah.

Luna memanggil dari ruang tamu. “Clara! Sudah siap belum? Kita harus berangkat sebelum tempat itu ramai.”

“Ya, sebentar,” Clara menjawab, merapikan rambutnya. Ria muncul di ambang pintu, terlihat santai dalam kaos oversized.

“Ini bukan fashion show, Clara,” kata Ria. “Semua orang di toko ini hanya memikirkan barang-barang antik, bukan penampilan.”

“Tapi penampilan juga penting, Ria,” Luna mencela sambil tersenyum. “Kau tidak pernah tahu siapa yang akan kau temui.”

“Lupakan ‘siapa’,” Clara memotong. “Kita pergi mencari tahu lebih banyak tentang kalung ini.”

Ria menyeringai. “Jika kalung itu memiliki salah satu kekuatan magis, seharusnya kau memintanya menjelaskan siapa orang tuamu.”

Clara menggelengkan kepala, mentertawakan keusilan Ria. Dengan langkah lebar, mereka bertiga melangkah keluar, memasuki hari baru yang penuh potensi.

Toko barang antik itu terletak di sisi jalan yang sepi, dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang menutupi sinar matahari. Clara merasakan jantungnya berdebar saat melihat papan bertuliskan “Antiques & Curiosities” dengan cat yang sudah pudar.

Di dalam toko, suasana seolah membawa mereka kembali ke masa lalu. Berbagai barang tertata, dari vas keramik hingga lukisan tua yang penuh debu. Clara melangkah lebih jauh, merasakan aura tiap benda.

Seorang pria paruh baya dengan janggut putih muncul dari balik rak. “Selamat datang! Apa yang bisa saya bantu?”

Clara dan Luna bertukar pandang. “Kami mencari informasi tentang kalung kuda laut,” Clara mulai, menyesuaikan suaranya. “Apakah Anda pernah melihat yang serupa?”

Pria itu mengecilkan mata, melirik kalung yang menggantung di leher Clara. “Kuda laut, ya? Barang antik yang menarik. Banyak mitos di sekitarnya.”

“Seperti apa?” tanya Luna, suara bersemangat.

“Konon, kuda laut melambangkan perlindungan, perubahan, dan kerendahan hati. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa kuda laut memiliki ikatan kuat dengan keluarga,” pria itu menjelaskan sambil menggoyangkan tangan.

Clara menelan ludah. “Keluarga? Apakah ada yang tahu di mana ia berasal?”

Pria itu bersandar di meja kayu, terlihat merenung. “Ada tempat yang dikenal di pedalaman yang mungkin terhubung. Pusat kerajinan yang membuat barang-barang ini. Tapi sudah bertahun-tahun sejak saya mendengar tentangnya.”

“Dari mana tepatnya?” Ria mendorong, mencuri perhatian.

“Di hutan, bisa jadi sekitar dua jam berkendara dari sini. Saya tidak ingat nama spesifik tempatnya.”

Clara merasakan semangat menyala di hatinya. “Kami akan mencarinya. Terima kasih!”

“Jika benar-benar menemui pembuatan kalung itu, catat petunjuknya baik-baik,” pria itu memanggil saat mereka beranjak pergi.

“Selamat tinggal! Terima kasih!” Luna teriak sebelum dorongan pintu menutup.

Di luar, ketiganya melangkah dengan lebih percaya diri.

“Jadi, kita pergi ke pedalaman?” Ria bertanya, ekspresi ragu di wajahnya.

“Tentu saja!” Clara menjawab. “Kalau ini adalah kunci untuk menemukan orang tua, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.”

“Dan juga bisa jadi petualangan seru,” Luna mengimpikan.

“Tentu, sampai kita tersesat di hutan,” Ria membalas datar.

Mereka memutuskan untuk menyewa mobil, mencoba berkomunikasi dengan pebisnis lokal. Jalanan membentang di depan, kabut pagi memberi kesan misterius. Clara merasakan embun pagi melayang di wajahnya.

Bunyi mesin terdengar memecah keheningan saat mereka melaju. Clara mengamati pepohonan berjejer, menyaksikan cahaya menerobos celah di antara dedaunan.

“Clara,” Luna mengalihkan perhatian. “Kau yakin tentang keputusanmu nanti" Clara terdiam tak menjawab.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!