Isa adalah seorang Presdir tampan, ia dipaksa ibunya untuk menikahi Jinan, gadis kampung yang masih imut karena dia baru lulus SMA.
Untuk menguji ketulusan Jinan, Isa berpura-pura menjadi sopir. Ia tak menyangka, Jinan malah bekerja di perusahaannya sebagai OG.
Bagaimana caranya Isa menyembunyikan jati dirinya dari Jinan, dan akan mereka benar-benar jatuh cinta.
Silakan baca kisah kocak and romantis mereka dalam Novel : Dikira Sopir Ternyata Presdir.
Baca juga kisah Novel saya yang lain :
Dia Ameera (Sang Putri Arab)
Terjebak Kawin Kontrak dengan Tuan Muda Arab
Mona Si Gadis Petualang (Novel Misteri Memecahkan Misteri pembunuhan di kampus)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maunah mom's zuzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Remaja Kampung
Mata Isa terbelalak mendengar ucapan Kimberly. Dia memang sangat mencintai perempuan itu, tapi baginya pernikahan adalah sebuah hal yang sakral dan bukan hal main-main. Dia sama sekali tak pernah berniat mempermainkan yang namanya pernikahan.
"Apa kamu kira pernikahan itu mainan? Dengar baik-baik, kalau kamu memilih karirmu, maka izinkan Mas juga memilih Ibu Mas. Kalau Mas sudah memilih dan menikah dengan orang lain, kamu tidak boleh berharap Mas kembali. Karena pernikahan adalah sesuatu yang sakral Mas gak mau mempermainkannya. Jika Mas sudah menikahi wanita itu, berarti Mas akan selalu setia padanya. Meski hati Mas gak mungkin berpaling dari kamu, tapi Mas tetap tak akan menghianati Pernikahan Mas nanti. Jadi pikirkanlah!" tegas Isa.
Kimberly kini terlihat kebingungan, tapi sebentar kemudian, dia sudah memutuskan untuk memilih karirnya. Baginya, cinta akan bisa dia raih dengan mudah, tapi karir gemilang tak mungkin dia dapat kecuali dengan susah payah. Apa lagi, saat ini dia sudah berada di gerbang kesuksesan itu, tentu saja tak mungkin mundur.
"Maafkan Kim. Kalau memang Mas mau memilih mama Mas, silakan," putus Kimberly.
Ada guratan kecewa di wajah Isa atas apa yang dia dengar dari perempuan kesayangannya.
"Jadi, kamu lebih memilih karirmu? Ok, seperti yang Mas katakan padamu tadi, jika Mas sudah menikah dengan yang lain, maka tak akan ada kisah cinta yang terulang di antara kita. Hubungan kita berakhir sampai di sini. Isa mulai sekarang bukan calon suami kamu." Isa kembali menegaskan keputusannya.
Sedangkan Kimberly tetap tersenyum mendengar ucapan Isa, dia mengira bahwa Isa hanya menggertaknya. Dalam anggapannya, Isa tak akan pernah berpaling darinya. Terbukti, Isa selalu setia padanya meski dia beberapa kali memutuskan hubungan dan berpaling ke lelaki lain, tapi Isa selalu setia dan selalu menerimanya apa adanya.
Kimberly mendekat ke arah Isa dan berkata, "aku percaya bahwa cintamu sangat tulus padaku, apa pun yang terjadi, Isa akan tetap mencintai Kimberly."
Isa menggeleng sembari tersenyum tak percaya bahwa orang yang ia cintai tetap bersikap egois dan tak mau memahami dirinya. "Baiklah, Kim, aku permisi. Selamat tinggal, semoga kamu bahagia," pungkas Isa sembari membalikkan badannya kemudian melangkah pergi meninggalkan semua harapannya dan mulai berusaha mengemas hatinya agar tak tertinggal bersama Kimberly.
["Ma, Isa bersedia menuruti keinginan mama,"] Isa menulis chat dan dikirim ke ibunya.
Mata Bu Nur terlihat berbinar ketika membaca chat dari anaknya.
["Makasih, sayang. Ayo datang ke kampung Cikadu, Mama sekarang menuju ke sana. Kamu susul mama, ya!"] balas Bu Nur sembari tak henti-hentinya melafalkan tasbih dan tahmid bersyukur karena putranya akhirnya menerima tawarannya untuk dijodohkan dengan putri sahabatnya.
"Mama bahagia karena ini, dan yang paling penting, kamu sudah terlepas dari perempuan egois seperti Kimberly," gumam Bu Nur sambil memandangi foto Isa di ponselnya.
Isa gegas melajukan mobilnya keluar dari kota Jakarta menuju daerah Pandeglang, Banten. Dia pergi ke kampung itu seorang diri karena sang sopir peribadinya sedang cuti mendadak.
"Ya Allah, ternyata jauh juga. Duh, mana sinyal di sini ilang terus, gak bisa akses GPS," Isa menggerutu sendiri ketika dia tak bisa menggunakan ponsel canggihnya.
Dengan berbekal petunjuk GPS yang susah diakses, dia terus melajukan mobilnya hingga dia sampai di pinggir sebuah perkampungan yang jalanannya masih becek.
"Ya ampun, jalannya licin banget, mana berlubang lagi," gerutu Isa sambil terus melajukan mobilnya.
Sementara itu, di belahan bumi lain, terlihat serombongan anak remaja yang sedang bermain bola di lapangan yang terdapat banyak genangan air.
"Jinan, ayo ... tendang bolanya!" seru seorang anak laki-laki pada seorang anak perempuan yang ikut main bola bersama anak-anak mereka.
Tak lama kemudian, anak perempuan yang bertampang tomboy itu menendang bola di depannya hingga terlempar jauh dan menembus gawang.
"Gooool!"
"Yeee, akhirnya pertandingan selesai!" seru seorang anak remaja lainnya.
"Nan, kamu hebat banget!" puji anak yang lain.
"Iya, dong! Siapa dulu, Jinan gitu, loh!"
sahut gadis yang ternyata bernama Jinan itu sembari tertawa riang. Gadis bergaya tomboy itu berjalan mendekati teman-temannya.
Mereka bersorak gembira keluar dari lapangan. "Nan, kamu jangan lupa janji kamu, ya. Katanya hari ini kamu akan pergi ke kota, jadi hari ini kamu harus nraktir kita-kita," ucap salah seorang dari mereka.
"Oke, kalian jangan khawatir, hari ini aku akan teraktir kalian makan cilok, haha,"
"Hah, Cilok? Kamu pelit banget,sih!" teriak teman-teman Jinan bersamaan.
"Lah, emang kenapa kalau cilok? udah untung aku mau nraktir kalian," ketus Jinan.
"Ya udah, itu ada tukang cilok, ayo beliin!" seru Firman.
"Oke, ayo ke sana!"
"Ya udah lah, dari pada gak diteraktir sama sekali,"
Akhirnya mereka pun berjalan menuju tempat mangkal tukang cilok, tapi baru saja mereka berjalan ke arah jalan raya, sebuah mobil mewah lewat di pinggir mereka dengan kencang, hingga mengakibatkan air genangan di jalan itu membasahi pakaian Jinan dan teman-temannya.
"Eh, dasar orang kaya kurang ajar! Kita jadi basah kuyup begini!" Jinan dan teman-temannya mengumpat dengan suara lantang pada pengemudi mobil itu, tapi pengendara itu tak menggubris hingga mobilnya malah terperosok ke dalam jalan yang berkubang lumpur dan akhirnya orang itu berhenti.
Melihat kendaraan mewah itu mogok, Jinan dan teman-temannya pun tertawa terpingkal-pingkal. "Rasain loh, makanya jangan sombong! punya kendaraan mobil jelek gitu aja dah sombong, terperosok baru tahu rasa, loh!" teriak Jinan dan teman-temannya.
"Firman, ayo kita samperin tuh orang!" seru Jinan sembari berlari mendekat ke arah mobil yang kini mogok di tengah jalan.
"Sial benar nasibku, udah mah gak bisa akses Internet, malah terperosok begini!" keluh orang yang mengendarai mobil yang tak lain adalah Isa. Isa menggerutu sembari turun dari mobil. "Eh, ngapain tuh bocah pada mendekat sambil ngetawain segala macam. Akh, dasar bocah kampung!" Isa mulai heran melihat segerombolan remaja kampung mendekatinya. Dia belum menyadari kesalahan yang dia perbuat.
"Eh, Om, kami mau minta pertanggung jawaban Om,"
"Maksud kalian apa, pertanggung jawaban apa? orang baru aja lewat kampung sini, masa disangka hamilin anak orang?" sergah Isa tak terima dituduh sembarangan.
Jinan dan teman-temannya terhenyak kaget, mereka pun saling pandang dengan mulut yang setengah terbuka. "Hamilin? Eh, Om, Om, mesum, siapa yang bilang Om hamilin orang? dasar mesum!"
"Lah, kalian tadi minta saya tanggung jawab."
"Ya ela, orang kota and udah Om-Om, masa gak paham. Kami mau minta pertanggung jawaban Om, karena Om udah buat kami basah kuyup, Oommm!"
"setelah sampai kantor Jinan pun menuju tempat keja OG dan bertanya sama Rima" terus.....baru reader paham,,nih terus pada nanya Rima,,diingat Rima sama numpang dimobil,ataupun pertanyaan tadi dituju sama Isa.