NovelToon NovelToon
Aku, Atau Dia?

Aku, Atau Dia?

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Playboy / Crazy Rich/Konglomerat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Gangster
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Gema Tangkas Merapi, siswa tampan dan humoris di SMA Gajah Mada, dikenal dengan rayuan mautnya yang membuat banyak hati terpesona. Namun, hatinya hanya terpaut pada Raisa Navasya, kakak kelas yang menawan. Meski Gema dikenal dengan tingkah konyolnya, ia serius dalam mengejar hati Raisa.

Setahun penuh, Gema berjuang dengan segala cara untuk merebut hati Raisa. Namun, impiannya hancur ketika ia menemukan Raisa berpacaran dengan Adam, ketua geng sekolahnya. Dalam kegalauan, Gema disemangati oleh sahabat-sahabatnya untuk tetap berjuang.

Seiring waktu, usaha Gema mulai membuahkan hasil. Raisa perlahan mulai melunak, dan hubungan mereka akhirnya berkembang. Namun, kebahagiaan Gema tidak berlangsung lama. Raisa terpaksa menghadapi konsekuensi dari pengkhianatannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburunya Gema

Raisa Navasya, wanita dengan seragam dan perlengkapan sekolah lengkap berjalan di lorong kelas 12 yang ramai.

Mereka berbondong-bondong jalan ke kelas setelah upacara bendera. Raisa sudah ada di depan pintu kelas, “Raisa!” ia berbalik badan, melihat teman-temannya menghampirinya.

“Ra! Lu beneran pacaran sama Adam?!” tanya Andra dengan semangat.

“Baru, kok lu tau?” bingung Raisa.

“Ya gimana gak tau Ra, si Adam pamer kalo dia berhasil dapetin lu, sebelom lu turun,” jelas Indah, wanita chindo berkulit putih, dan rambut panjangnya terurai sampai sepunggung.

“Kok lu gak bilang sih?!” Indah nampak heboh.

“Ini baru mau bilang ke kalian,” jawab Raisa dengan datar.

“Ciee, ciee udah punya pacar,” goda Indah.

“Alhamdulilah ya Allah, akhirnya sahabat hamba punya pacar dan gak bisa di godain lagi si buaya Gema,” ucap Gita bersyukur.

“Apasih kalian, heboh bener!” kesal Raisa. Pipi putih nan lembut itu mengembung.

“Yailah Ra, jangan ngambek dong. Gua bilangin Adam nih,” goda Indah kembali.

“Lah kasian dong si Gema,” celetuk Andra, wanita separuh bule itu memasang wajah polos ketika sahabat-sahabatnya melirik ke arahnya.

“Biarin aja, si Gema kan playboy. Palingan dia udah dapet cewek baru pas denger berita ini,” ucap Indah dengan santai

“Tapikan Gema cuman nyatain cintanya ke Raisa doang, dan ke cewek lain dia cuman gombal doang,”  bela Andra

“Itu namanya playboy Andra!” ucap Indah dan Gita yang kesal atas kepolosan Andra.

Meskipun penampilan Andra yang tomboy, ia memiliki sifat polos yang mudah untuk dibodohi.

Indah dan Gita sibuk mengocehi kepolosan Andra serta menjelaskan apa arti playboy. Sedangkan Raisa? Ia hanya diam memikirkan celetukan Andra.

..............

Kegiatan belajar sudah selesai. Otomatis para guru bilang waktunya istirahat, seketika para murid berhamburan keluar kelas menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang kosong, sekaligus mengistirahatkan otak mereka yang lelah akibat memikirkan banyak materi.

Begitu juga dengan Gema, ia kini juga berada di kantin, tentu bersama ketiga sahabatnya, yaitu Kian, Dava dan Tara. Mereka duduk santai sembari menyantap bakso kesukaan mereka, bakso mang Udin.

“Jadi, lu beneran dibolehin bawa mobil?” tanya Kian memulai percakapan disela kegiatan makan bersama.

Gema hanya mengangguk sambil memaksa makanan miliknya.

“Ngomong napa Gem, dari upacara sampe istirahat mingkem Mulu kayak DPR yang diminta tanggung jawab,” Dava melirik ke Gema, memang sejak mengetahui Raisa memiliki pacar sampai kini Gema masih menutup mulutnya.

“Eh bangsat, gua lagi makan. Kalo gua ngomong sambil makan, gua bisa makan bareng sama malaikat Izrail,” ucap Gema yang kesal sekaligus setengah bercanda.

Seketika kedua sahabatnya langsung tertawa terbahak-bahak, “Bener juga. Tapi lu nggak dapet larangan apa?” tanya Dava.

“Ada lah, gua gak boleh kena masalah dan kena lapor sama Bu Imah atau kepsek, bisa diambil lagi mobil gua, makanya tadi gua buru-buru,” jelas Gema.

“Lah kenapa buru-buru? Kan sahabat kita anaknya Bu kepsek,” Kian merangkul Tara yang sedang asik makan tepat di sampingnya.

“Lu gila apa gimana sih? Walaupun gua anaknya kepsek, gua telat ato bolos, bisa di gantung idup-idup sama Mak gua,” Tara kini membuka mulutnya.

“Bener juga,” ucap Dava.

“Lu dari tadi bener juga, bener juga. Emang di otak lu gak mikir apa?” ledek Gema

Seketika mereka tertawa mendengar ejekan Gema kecuali Tara.

“Untunglah lu nggak jadi dingin kayak si Tara Gem,” celetuk Kian.

“Gua lagi yang dibawa-bawa,” sahut Tara dengan dingin.

“Ya elah Tar. Makanya jangan dingin-dingin banget napa? Heran gua, kok bisa hubungan lu sama Andra bisa langgeng dari masa kita SMP kelas dua,” heran Dava.

Pasalnya, tak hanya dingin kepada teman-temannya, Tara juga terlihat dingin dengan Andra yang notabenenya adalah pacarnya.

“Ya langgeng lah Dav, lu kan tau sahabat kita yang pinternya ngelebihin Einstein. Jadi, kalo si Andra nanya sesuatu hal polos, Tara langsung ada jawabannya,” sahut Kian.

“Terserah lu berdua dah, gua bilangin Mak gua tentang kelakuan lu berdua baru tau rasa,” ancam Tara.

“Yaelah maaf Tar, kalo bapak gua tau, bisa abis gua di sambet gesper bapak gua,” mohon Kian.

“Bener tuh, lu nggak kasian sama dua sahabat lu yang gantengnya melebihi Ryan Reynolds ini,” ucap Dava dengan wajah memelas.

Sementara Tara? Ia hanya mendengus kesal sembari melanjutkan membaca komik digital yang sempat tertunda.

Gema kembali tersenyum hangat, melihat tingkah laku ketiga sahabatnya itu. Meski terlihat sering bertengkar, mereka sudah bersama sejak TK, dan terus bersama meskipun salah satu mereka sedang terpuruk.

Seketika senyuman hangat Gema memudar ketika melihat dua insan manusia berbeda kelamin sedang bermesraan. Siapa lagi kalau bukan Adam dan Raisa, mereka bermesraan di meja yang terpaut satu meja darinya.

Tangan Gema mencengkeram botol air mineral kuat-kuat hingga air didalamnya membasahi lantai. Hatinya terasa seperti dihimpit batu besar, melihat Raisa dan Adam tertawa bersama.

Sadar akan perubahan sifat Gema, Tara, Kian dan Dava langsung menoleh ke arah yang di tatap Gema.

Adam dan Raisa. Mereka tampak asyik berbincang. Tangan kiri Adam memegangi mangkuk yang mungkin berisi mie ayam, sedangkan tangan kanannya di gandeng oleh Raisa.

Gema hanya bisa menatap tajam, rahangnya mengeras. Menandakan kalau ia sedang cemburu.

Tara dan Kian hanya bisa diam, mereka bingung harus melakukan apa, apapun yang mereka lakukan tak merubah fakta bahwa Raisa sudah memiliki pacar.

Sadar bahwa hanya diam tidak baik, Dava meninggalkan mereka. Tak lama ia datang dengan sebuah pel.

Ia mengelap air yang menggenangi lantai dibawah Gema, setelah selesai. Dava mendekatkan mulutnya ke telinga Gema.

“Tenang bro, selama wali belum bilang sah dan hajatan belom digelar. Kesempatan masih tetap ada, santai aja, yang penting semangat!” bisik Dava menyemangati Gema.

Senyuman Gema kembali muncul. “Thanks bro!” Gema bangkit dari tempatnya.

“Eh, ini sekalian taro dong,” pinta Dava sembari memberikan pel an.

Gema menyambutnya. “Dimana?” tanya Gema.

“Di gudang,” Gema mengangguk ia memberikan uang berwarna hijau,  ia berjalan meninggalkan kantin. Tangannya masih terus mengepal.

Ingin sekali Gema menghajar Adam dengan membabi-buta.

“Lu bisikin apaan ke Gema Dav?” tanya Kian penasaran.

“Udah gak usah nanya mulu lu kayak reporter, lebih baik kita abisin bakso, terus bayar dan susul sahabat kita,”

mereka melanjutkan makannya.

..................

“Maaf ya Ra, nanti aku gak bisa nganterin kamu pulang. Ada acara keluarga soalnya, dan kemungkinan aku gak bisa bales chat sampe malem karena itu acaranya selesai jam dua belas,” jelas Adam kepada kekasihnya, Raisa.

Mereka berdiri dikelas XII MIPA 4, kelas Raisa, karena kini istirahat sudah berakhir.

“Iya nggak apa-apa kok, palingan aku sama taksi atau nebeng Indah,” Raisa tersenyum manis.

Adam mengusap pelan rambut Raisa,

“Aku pengen banget deh anter kamu pulang,” ucap Adam dengan wajah menyesal.

“Udah gak apa-apa kok,” Raisa sembari mengacak-acak rambut Adam.

“Beneran gak apa-apa? Ntar kamu diapa-apain gimana?”  Adam tampak sangat khawatir.

Raisa memegang kedua pipi Adam, “Gak apa-apa sayang. Aku udah biasa naik taksi kok kalo mobil aku rusak,” ucap Raisa berusaha menepis pikiran buruk di otak kekasihnya.

Tara sudah lama tahu perasaan Gema terhadap Raisa, dan meskipun ia adalah sahabat baik Gema, ia juga menghormati pilihan Raisa.

“Balik sana,” titah Raisa. “Aku nggak mau kamu di hukum pak Maul karena aku,” lanjut Raisa.

Raisa merapikan seragam Adam yang tidak rapi.

“Ciee mulai perhatian,” goda Adam sembari mengacak-acak rambut Raisa.

“Ish Adam! Rambut aku jangan di berantakin ih, ntar rusak gimana,”

Adam tertawa sembari merapikan rambut Raisa, “Udah aku rapiin, kamu masuk duluan sana,” titah Adam.

Raisa mengangguk pelan dan berjalan memasuki kelasnya.

“Raisa,” panggil Adam, otomatis Raisa balik badan.

“Aku sayang kamu,”

“Apasih kamu, alay banget,” Raisa kembali berjalan memasuki kelasnya yang sudah ramai.

Meskipun dari ucapan seperti tak suka, sebenarnya Raisa sangat menyukainya.

...

“Menyendiri mulu lu Gem, biasanya ikut nimbrung, napa sih lu?” tanya Kian.

Gema hanya diam tidak menjawab. Gema duduk di sudut lapangan basket yang masih basah akibat hujan tadi pagi. Aroma tanah basah bercampur dengan keringat para siswa yang bermain basket.

“Ravi, Dani! Tukeran!” Tara dan Dava memberi arahan pada temannya untuk menggantikannya.

Tara mengambil botol minum miliknya serta satu bola basket yang tidak terpakai di dekat tiang bendera. Ia melempar bola basket ke arah Gema, dan sahabatnya itu menangkapnya dengan sigap.

Mereka menghampiri Gema, “Kenapa Gem?” tanya Dava dengan napas yang terengah-engah.

“Biasa Dav, mikirin utang negara,” sahut Kian, seketika mereka berempat tertawa kecil.

Gema hanya diam. Ia merasakan rasa sakit yang tajam di hatinya. ‘Kenapa harus Adam?’ pikirnya. ‘Apa yang dia punya yang gue nggak punya?’

“Jangan dipikirin Gem, setiap utang pasti di bayar,” ucap Dava.

“Eh bangsat, lu boleh ngomong gitu kalo lu udah bayar utang, lu aja masih ngutang sama gua goban,” timpal Kian.

“Yaelah Ian, menurut lu goban murah kan?” tanya Dava dan di jawab anggukkan pelan oleh Kian.

“Anjing sombong, biar Allah yang bales,” seketika Dava berlari kabur setelah mengucapkannya.

Kian dan Dava pun melakukan kejar-kejaran. Sedangkan Tara? Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua sahabatnya yang semakin hari semakin absurd.

Brak!

Kian menyeleding Dava, membuat semua siswa-siswi yang melihatnya langsung tertawa terbahak-bahak termasuk Gema dan Tara.

“Yes! Kedua sahabat kita bisa ketawa lagi Dav!” ucap Kian dengan antusias.

Ia memeluk tubuh Dava dan mengangkatnya. “Lepas bangsat, kita jadi keliatan homo tolol,” bisik Dava.

Kian menurunkan Dava dan melepaskannya.

“Lu kenapa sih galauin bang Adam sama kak Raisa, masih banyak cewek di dunia ini,” ucap Dava sembari menepuk-nepuk punggung serta pantatnya yang kotor akibat debu.

Seketika Tara dan Kian menatap tajam ke Dava. Ini bukan saatnya membicarakan Raisa, apalagi Adam.

Dava hanya bisa diam menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia merasa bersalah pada ucapannya.

“Anak-anak, olahraga udah selesai, silahkan ke atas, dan ganti baju, ” titah Pak Ami, guru olahraga.

Gema mendengus sebal. Ia berdiri dan berjalan meninggalkan lapangan sembari menenteng bola basket dari Tara tadi, “Gem! Mau kemana lu?!” panggil Tara yang sedikit teriak karena mereka terpaut cukup jauh.

Gema tak menjawab, ia berbalik badan, lalu melemparkan bola basket pada Dava. Dan Dava hampir jatuh karena berusaha menangkap bola itu.

Ia meninggalkan sahabat-sahabatnya yang diam membisu.

Tara, Kian, dan Dava saling beradu pandang, “Lagian, tertutup banget kalo ada masalah,” ujar Kian.

“Bukannya tertutup, dia nggak mau bebanin kita. Ke atas yuk, ganti baju, biar dia nenangin diri,” ajak Tara.

Mereka berjalan meninggalkan lapangan yang sudah mulai kosong itu.

Catatan: lapangan untuk olahraga dan upacara sama ya.

....

Dua jam sudah berlalu, dan bel istirahat sudah berbunyi. Tentu Raisa dan teman-temannya memutuskan untuk ke kantin.

“Eh lu pada ngerasa ada yang aneh gak?” tanya Indah pada ketiga temannya.

Gita mengerutkan dahinya, “Apaan?” .

“Ya ampun Git, masa lu nggak sadar apa kalo nggak ada yang ngerusuh hari ini?” sahut Andra.

“Bener juga, pacar lu sama sahabat-sahabatnya mana Ndra?” tanya Gita sembari memakan mie ayam miliknya.

“Au, palingan adu bola sama Radit,” jawab Andra.

“Loh itu bukannya si Gema? Tumben banget jalan sendirian,” heran Indah.

Seketika mereka melirik ke arah yang di tuju Indah. Terlihat Gema yang baru saja datang, ia membawa Nintendo switch ditangannya.

Ia berjalan menuju abang tukang bakso, Raisa menghentikan kegiatan makannya dan fokus memperhatikan Gema.

“Gema!” panggil Andra tiba-tiba dan melambaikan tangannya. Seketika Raisa menundukkan kepalanya dan pura-pura memainkan ponselnya.

Merasa namanya dipanggil, Gema menghentikan langkahnya dan menengok, lalu ia tersenyum dan balas melambai. Kemudian ia melanjutkan langkahnya tanpa menyapa Raisa tidak seperti biasanya.

Indah, Gita dan Andra tampak keheranan, begitu juga dengan Raisa.

Biasanya Gema merusuh seperti menyapa, menggombal atau apapun itu ketika melihat Raisa, namun kali ini tidak.

Ada di rasa hampa di hati kecil Raisa jika tidak merasakan adik kelasnya itu tidak mengganggunya.

“Ra, tumben lu diem aja, napa? Dan muka lu keliatan bete banget. Jangan bilang gara-gara Gema nggak nyapa lu?!” tebak Indah.

“Lu suka ya sama Gema?! Dan Adam cuman pelarian doang?!” ucap Gita ngasal.

Andra hanya bisa diam melirik Raisa, takut salah ngomong.

“Apaan sih kalian?! Orang gua dari tadi chatan,” Raisa menyodorkan ponselnya kepada teman-temannya.

Terpampang jelas kalau Raisa sedang membalas pesan Adam. Namun itu hanya sebentar karena pikiran Raisa lari memikirkan Gema.

“Ciee, enak banget sih bisa chatan bareng cowok, apalah hamba yang jomblo ini,” ucap Gita mendrama.

“Ya ampun Ra, jangan mesra-mesraan mulu napa. Jadi iri gua,” ujar Indah.

Raisa memutar matanya malas.

Gema baru saja duduk ditempat yang hanya terpaut satu meja dengan Raisa Dkk. Tanpa sadar Raisa melamun memperhatikan Gema yang tengah memakan baksonya sembari main game sendirian.

“Ekhem!” suara Gita memudar lamunan Raisa. Raisa menoleh ke Gita, sang sumber suara barusan.

“Betah amat neng mandangin nya,” goda Gita.

“Apasih gak jelas banget,” ketus Raisa.

“Hm, ternyata bener dugaan gua,” goda Gita lagi.

Raisa hanya diam dan fokus membalas pesan dari Adam. Ia lebih memilih diam dan tak menanggapi godaan Gita.

Sementara di meja lain, Gema sudah selesai makan, setelah membalikkan mangkuk baksonya. Ia langsung berjalan meninggalkan kantin. Namun, saat Gema mendekati meja Raisa, tatapan mereka saling bertemu.

Gema menunjukkan senyuman hangatnya, sedangkan Raisa memalingkan wajahnya dan tak membalas senyuman Gema.

......................

(Abaikan tato nya)

Adam Stevanus

1
Rose Skyler
mamanya masih 29?
Siti Nina
oke ceritanya,,,👍👍👍
Siti Nina
ceritanya bagus kak tetep semangat,,,👍💪
Iqhbal
tetap semangat bg🗿butuh waktu untuk ramai pembaca🗿
Iqhbal
semangat bg, jangan lupa share di komunitas agar orang pada tau
Iqhbal: mau dibantu share? 🗿
Keisar: gak ada waktu, tapi thank you udah komen
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!