NovelToon NovelToon
Kidung Lara Di Tepi Senja

Kidung Lara Di Tepi Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Bunda Yuzhi

Cintailah pasanganmu sewajarnya saja, agar pemilik hidupmu tak akan cemburu.
Gantungkanlah harapanmu hanya pada sang pencipta, niscaya kebahagiaan senantiasa menyertai.


Ketika aku berharap terlalu banyak padamu, rasanya itu sangat menyakitkan. Kau pernah datang menawarkan kebahagiaan untukku tapi kenapa dirimu juga yang memberiku rasa sakit yang sangat hebat ?

~~ Dilara Annisa ~~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda Yuzhi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kidung Senja

Angin sore menerbangkan anak rambut yang bergerak liar sampai menutupi wajah sang pemilik. Jari lentik Dilara menata kembali rambut hitam bergelombangnya itu lalu menyusupkannya kebelakang telinga.

Wajah cantik Dilara terlihat sangat sendu. Tatapan mata bulatnya menatap kosong ke arah langit sore. Deburan ombak yang pecah di tepi pantai, tidak berhasil mengusik lamunan Dilara.

" Kukira aku hamil ! " Desahnya dengan nada sendu.

Siang tadi, Dilara mengunjungi dokter obgyn ketika menyadari jadwal datang bulannya telah lambat seminggu. Dia sudah berharap cemas tadi pagi. Ada harapan besar dalam hatinya, berharap dia tengah mengandung buah cintanya dengan sang suami. Wanita itu sangat antusias saat mendatangi dokter kandungan itu. Tapi, harapannya harus dipatahkan dengan kenyataan yang sangat menyakitkan.

" Kenapa Tuhan tidak adil padaku ?! " Keluhnya seraya mengusap buliran bening yang menetes di pipinya.

" Bukannya hamil, ternyata aku hanyalah wanita berpenyakit. " pekiknya keras mengeluarkan beban yang sedang menghimpit dadanya.

" Nyonya Dilara tidak sedang hamil. Tapi saya menemukan Ovarium Nyonya terdapat kista yang sudah cukup besar, dan sepertinya ini sudah lama bersarang di tubuh nyonya. Kista ini yang mengganggu siklus haid nyonya, sehingga tidak teratur. " Ucap dokter obgyn saat dia memeriksa kandungannya tadi pagi dan hal itu berhasil membuat dunia Dilara seolah runtuh ingin menimpa tubuhnya.

" Jadi bagaimana caranya supaya saya bisa hamil, dok ? Apa penyakit itu bisa disembuhkan ? " tanya Dilara setelah menguasai keterkejutannya.

Dokter menghela napas dengan berat. " Sangat kecil kemungkinan nyonya bisa hamil. Karena kista ini sudah menjalar di ovarium kiri dan kanan. Dan satu-satunya cara untuk menghilangkannya hanya dengan mengangkat kandungan nyonya. "

Dunia Dilara semakin sesak. Wanita cantik itu belum bisa mencerna dengan baik apa yang baru didengarnya.

" Angkat kandungan, dok ? " beonya dengan nada getir.

Dokter paruh baya itu mengangguk pelan dengan wajah prihatin. " Yang sabar ya, nyonya. Tapi saya akan memberikan rujukan pengobatan yang lebih baik lagi ke rumah sakit besar. Mungkin saja di sana ada solusi lain selain pengangkatan kandungan. Di sana sudah ada dokter spesialis tumor.Atau nyonya mau minta rujukan ke rumah sakit di Singapura ? " ucapan dokter itu sedikit memberi angin segar bagi Dilara.

Dilara mengangguk pasrah. Tenaganya seakan terkuras habis mendengar pernyataan dokter. Andai dia tidak malu, inginnya dia berteriak sekencang kencangnya menghilangkan beban yang menghimpit seluruh pernapasannya.

Memang suaminya tidak mendesaknya untuk segera hamil. Tapi dia mengerti tatapan suaminya ketika melihat anak kecil. Binar matanya sangat menjelaskan bahwa dia menginginkan seorang anak.

Dilara sadar dan mempunyai ketakutan sendiri, andai dia tidak bisa memberikan keturunan, dia takut suaminya akan mencari wanita yang lebih sempurna. Dia takut, suaminya akan meninggalkannya. Lalu dia akan kemana?

Dia hanyalah seorang wanita yang beruntung dinikahi seorang Fikri Al Farizi. Seorang pengusaha tampan, yang berani mempersunting karyawannya sendiri. Seorang wanita yang hidup sebatang kara tanpa sanak saudara.

" Andai bang Fikri tahu keadaanku, apakah abang masih tetap menerimaku sebagai istrinya ? " Desahnya lagi lemah semakin menambah debit air mata yang mengucur deras dari netranya.

Fikri memang tidak menemaninya ke dokter. Sudah tiga hari ini karanya sang suami sedang memantau hotelnya yang berada di kota Menado.

♡♡♡

Setelah sedikit tenang, Dilara bangkit dari tempat duduknya. Dia duduk di atas batu yang dipasang di tepi pantai, untuk mencegah abrasi pantai. Nampak olehnya lampu cafe miliknya yang tidak jauh dari tempatnya duduk, sudah mulai dinyalakan oleh karyawannya.

Langkah gontai itu membawa Dilara memasuki cafe miliknya. " Maaf bu, sore ini kita tidak bisa live musik. Siska sedang berhalangan hadir. " Ujar salah seorang karyawannya melapor saat dia sudah duduk di dalam ruangannya.

Dilara mengernyitkan keningnya. " Memangnya ada berapa orang penyanyi cafe ini sekarang ? " tanyanya seraya menatap ke arah laki-laki di depannya.

" Tiga orang bu. Dua laki laki dan satu perempuan. Dan yang perempuan itu yang berhalangan hadir. Seharusnya dia yang mengisi live musik sore ini. " papar karyawannya sambil menunduk sungkan.

Dilara meradang. Emosi yang sedari tadi bergolak dalam batinnya seketika seperti dinyalakan sumbunya.

" Astaga...panggil Desi ke sini ! Kenapa cafe sebesar ini hanya mempekerjakan penyanyi tiga orang. " Geram Dilara sambil memijat pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut nyeri.

Ada kekesalan dan penyesalan dalam hatinya, kenapa dia terlalu berharap pada karyawannya untuk mengelola manajemen cafe. Dia hanya fokus dengan pendidikannya yang sebentar lagi selsai.

Laki-laki itu beranjak mengundurkan diri untuk memanggil Desi sang menejer cafe, sesuai perintah Dilara.

♡♡♡

" Kenapa bisa kekurangan penyanyi di cafe sebesar ini ? Lihatlah sore ini tidak ada yang mengisi live musik ! " Sembur Dilara saat Desi sudah berdiri di depannya.

Desi terperanjat kaget. Selama tiga tahun dia bekerja di Cafe milik Dilara, baru kali ini dia melihat sisi lain sang majikan. Dilara yang biasanya lemah lembut dalam menegur kesalahan karyawannya entah kenapa sore ini seperti bukan seorang Dilara.

" Kenapa kau hanya menatapku seperti itu ? Apa alasanmu dengan masalah ini, Desi ! " Pekik Dilara dengan nada frustasi.

Desi semakin gugup melihat wajah merah padam Dilara yang sedang menahan emosi.

" M- maaf bu. Harusnya ada lima penyanyi, tapi yang dua resign karena menikah dan hamil. " jawab Desi terbata menahan debaran jantungnya karena kaget.

Dilara mendengus kesal. " Kenapa tidak merekrut penyanyi baru ? Lihat, siapa nanti yg menyanyi sore ini ? " Seru Dilara lagi dengan nada sangat geram.

Desi semakin tertunduk takut. Dia tidak menyangka, majikannya bisa semurka itu.

" Ada apa dengan ibu Dilara, kenapa aku tidak percaya bahwa ini seorang Ibu Dilara. " Batin Desi bertanya-tanya.

" Keluar dari ruanganku ! Aku tidak mau tahu, ini kejadian pertama dan terakhir. Aku mau minggu depan, kau sudah mendapat penyanyi baru. " Sentak Dilara setelah sesaat hening.

" Ba-baik bu. " Tukas Desi gugup lalu bergegas keluar dari ruangan Dilara.

♡♡♡

Cahaya matahati sore menyinari seluruh ruangan cafe yang terbuka. Cafe ini memiliki spot pantai., sehingga matahari sore sepenuhnya dapat dinikmati oleh pengunjung cafe. Warna keemasan yang orang biasanya menyebutnya golden hours, sebelum jam biru berlaku, cahaya itu lebih kuat menguasai semesta. Semilir angin menambah syahdu suasana sore.

Alunan musik diiringi suara lembut menyapa pendengaran pengunjung cafe. Lagu itu terdengar sendu memainkan emosi pendengarnya. Lagu itu semacam kidung mengiringi senja yang akan berakhir.

Dilara memejamkan matanya, meresapi lagu yang sedang dibawakannya. Lirik lirik lagu seolah sedang mewakili kegundahan hati sang pemilik suara. Seperti de javu, dia merasa kembali pada enam tahun silam. Saat dirinya menjadi seorang penyanyi panggilan di cafe ini. Siapa sangka, sekarang dialah yang menjadi pemilik tempatnya mengais rejeki dulu.

" plak "

" plak "

Gemuruh tepuk tangan terdengar saat Dilara mengakhiri lagunya. Dilara tersenyum lalu membungkuk hormat ke arah pengunjung.

" Wah...hebat. Anda luar biasa nona. Owner mana yang bisa merangkap penyanyi di cafe-nya sendiri. " seru seseorang memuji Dilara.

Dilarang tersenyum ramah. " Anda bisa saja. Saya hanya mengisi kekosongan. Soalnya penyanyiku sedang berhalangan hadir. " tukas Dilara pada orang itu.

Laki-laki yang memuji Dilara, adalah pengunjung tetap cafe Dilara. Setiap akhir pekan dia pasti akan datang berkunjung, tak ada yang tahu dia datang hanya ingin menuntaskan rindunya.

Setelah berbasa basi, Dilara kembali masuk ke dalam ruangannya. Kepergian Dilara diringi tatapan memuja dari laki-laki yang memujinya tadi.

" Kau tak pernah berubah. Selalu lembut dan ramah. Apa tak sedikitpun kau mengingatku ? " Gumam laki-laki itu menatap sendu siluet Dilara yang menghilang di balik dinding Cafe.

1
Nani Rahayu
Alhamdulillah...semoga kita semua diberi kesehatan...setia dong Thor🥰🥰
Senja Ariestya: Makasi 🙏🏻
total 1 replies
Agus Tina
Cepet sehat, hangan sampai Fikri tergoda sama Maria ya thor ... jijik aku
Senja Ariestya: Aamiin 🤲🏻
makasi yaa
total 1 replies
Nani Rahayu
semoga author cepat sehat.....kami mmg menunggu up nya selalu...tp kalo mmg LG sakit istirahat dulu Thor......semoga kita semua sehat2 terus yaaaaa
Senja Ariestya: Aamiin...
terima kasih dukungannya 🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Agus Tina
Baru mampir, sepertinya ceritanya menarik ... rajin2 up ya jangan gantung nanri sakiit
Senja Ariestya: terima kasih sudaah mampir
total 1 replies
Nani Rahayu
nikmati drama mu neng maria
Senja Ariestya: 🤭🤭🤭🫣🫣🫣🫣🫣
total 1 replies
Nani Rahayu
good job lara. .... kita liat Maria masih mau gak hidup dengan pria yg kantongnya udah kempes🤭🤭🤭🤭
Nani Rahayu
Fikri terlalu gampang menyalahkan...tp kok y kasian ma Fikri
Senja Ariestya: salam.sama lajangnya yaa kak
Senja Ariestya: Ahaiii...😅
total 4 replies
Nani Rahayu
kalo Maria yg kecebur drama lagi....terus Fikri percaya LG...berat bener ujianmu fikri 🤭🤭semoga kamu tidak lupa karakter asli istrimu ya
Cakrawala_Jingga: nah itu yg terlintas di otakku...
hidup Maria itu penuh manipulasi
total 1 replies
Nani Rahayu
kayaknya Maria ini ujian buat Fikri dan dilara.....Fikri salah karena ambil keputusan sebesar ini tanpa melibatkan istri .....tp kayaknya kalo kasus Fikri ini masih boleh lah dimaafkan 🤭karena kan g sengaja berkhianatnya ....kadang kan udah jelas lakinya berhianat masih bisavyermaafkan kok...semoga lara lebih sabar ,bisa menerima Fikri kbali....dan Fikri harus lebih tegas....dan mikir lagilah... tanggung jawab g mesti jadikan istri
Cakrawala_Jingga: Aku hadir kak
meninggalkan jejak.
semangat updatenya /Good//Good/
Senja Ariestya: terima kasih sudah mampir 🙏🏻🙏🏻
total 2 replies
Cakrawala_Jingga
Lop yu too buat author.
Aku selalu meninggalkan jejak kok Thor...
boleh yaa double up /Pray//Pray/
Cakrawala_Jingga
lop yu too,Thor
double up dong Thor ...pliss !/Pray//Pray//Pray/
Cakrawala_Jingga
lanjut ...
double up dong
Cakrawala_Jingga
Kasian mbak Ina
Cakrawala_Jingga
Astagaaa....
tidak anak tidak ibu,dua duanya bikin kesel /Panic//Panic/
Cakrawala_Jingga
Makin seru
lanjut kak
Neneng Dwi Nurhayati
buat dilara cerai sama Fikri kak, kasian
dan pergi jauh dari fikri
Cakrawala_Jingga: Iya...kasian gitu yaa
Fikri Maruk. gemes aku
Senja Ariestya: Terima kasih sudah hadir 🙏🏻🙏🏻
total 2 replies
Cakrawala_Jingga
haha ?
Fikri Maruk...
mau dua duanya.
mana ada perempuan normal, yang rela melihat suaminya dengan perempuan lain ?
agak laen memang kau, Bambang !!
Senja Ariestya: terima kasih, kak 🙏🏻
total 1 replies
Cakrawala_Jingga
nggak enak kan didiamin /Tongue//Tongue/
Senja Ariestya: makasih 🙏🏻
total 1 replies
Cakrawala_Jingga
Novelnya keren.
penulisannya rapi dan sesuai dengan kaidah menulis. Semangat berkarya Thor /Good//Good//Good/
Cakrawala_Jingga
Apa yg ditanda tangani ?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!