NovelToon NovelToon
Strange Rebirth

Strange Rebirth

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Teen School/College / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lemonia

Reyna dikirim ke masa lalu setelah berhasil menjebloskan suaminya kedalam penjara.

"Kenapa baru sekarang? Kenapa aku kembali saat aku sudah terbebas dari baj*ngan itu?"

.

"<Bos! kamu membuat mereka lebih dekat! Lakukan sesuatu bos!>"

"Biarkan saja dulu. Sistem, dimana tokoh antagonis sekarang?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2: Berniat untuk hidup

Reyna sampai di rumah. Suasana rumah terasa sunyi tanpa kehadiran Radit, sosok yang dulunya menjadi bagian integral dari hidupnya. Dia duduk di ruang tamu yang redup, menghadapi kekosongan yang mendalam yang menghantui pikirannya.

Duduk di sofa yang nyaman, Reyna merenung tentang perjalanan hidupnya yang telah berputar begitu cepat dalam 10 tahun terakhir. Bayangan hari-hari bahagia bersama Radit melintas di benaknya—saat cinta mereka baru mekar dan impian masa depan terasa begitu nyata. Mereka pernah merencanakan segalanya bersama, dari rumah impian hingga anak-anak yang akan mereka besarkan. Namun, semua itu sirna ketika kegelapan dalam hati Radit menguasainya.

Naraditya Jaden, lelaki manis yang dulu dicintainya, tiba-tiba berubah menjadi monster setelah kelulusan sekolah menengah. Awalnya, perubahan itu tampak perlahan. Radit mulai menjauh, lebih sering marah tanpa alasan jelas, dan kemudian, kekerasan mulai terjadi. Reyna mencoba bertahan, berharap Radit akan kembali menjadi pria yang dia cintai. Namun, harapan itu hanya memperpanjang penderitaannya.

Selama bertahun-tahun, Reyna terjebak dalam hubungan yang penuh kekerasan dan manipulasi. Setiap hari terasa seperti perjuangan baru untuk bertahan hidup. Namun, setelah berjuang melawan ketakutannya, setelah melawan cengkeraman Radit yang mencekik, Reyna akhirnya bebas. Keputusan pengadilan hari ini menandai akhir dari mimpi buruknya dan awal dari kehidupan yang baru.

Reyna menarik napas dalam-dalam, merasakan udara segar memenuhi paru-parunya. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, dia merasa aman di rumahnya sendiri. Beban berat yang selama ini menghimpitnya perlahan terangkat. Dia duduk di sofa, membiarkan suasana tenang menyelimuti dirinya. Tiba-tiba, teleponnya berdering. Di layar, nama Bintang terpampang.

Reyna mengangkat telepon itu dengan senyum tipis. "Halo, Bintang."

Suara Bintang terdengar hangat di seberang sana. "Reyna, apa kamu sudah sampai rumah dengan selamat?"

Reyna mengangguk, meskipun tahu Bintang tidak bisa melihatnya. "Ya, aku sudah di rumah. Terima kasih sudah menanyakan."

"Aku lega mendengarnya," kata Bintang dengan nada tulus.

Reyna menghela napas pelan, merasakan ketenangan yang perlahan menguasai dirinya. "Bintang,"

"Ya, Reyna. Ada apa?"

"Aku ingin berbicara tentang sesuatu yang penting."

Bintang mendengarkan dengan seksama. "Tentu, apa itu?"

Reyna menggigit bibirnya sejenak, mencari kata-kata yang tepat. "Aku berpikir untuk menjual rumah ini. Terlalu banyak kenangan buruk di sini. Aku butuh awal yang benar-benar baru." Reyna tahu bahwa menjual rumah ini bukanlah solusi instan untuk menghapus semua kenangan buruknya. Namun, itu adalah langkah pertama yang penting dalam proses pemulihannya. Dia merasa bahwa dengan menjauh dari lingkungan yang menyimpan begitu banyak memori yang menyakitkan, dia dapat mulai membangun kembali hidupnya dan menemukan kedamaian batin yang telah lama hilang.

Bintang terdiam sesaat, merenungkan kata-kata Reyna. "Aku mengerti, Reyna. Itu langkah besar, tapi mungkin itu yang terbaik untukmu."

Reyna merasakan sedikit kelegaan. "Ya, aku pikir begitu. Tapi aku butuh bantuanmu. Bisakah kamu mencarikan agen properti yang bisa dipercaya?"

Bintang tersenyum, meskipun Reyna tidak bisa melihatnya. "Tentu, aku akan mencari agen properti yang bisa membantu. Aku akan menghubungi beberapa kenalan dan memberikan informasi yang kamu butuhkan."

Reyna merasa beban di pundaknya semakin ringan. "Terima kasih, Bintang. Aku benar-benar menghargainya."

"Jangan khawatir, Reyna. Kamu tidak sendirian. Aku di sini untuk membantu. Beristirahatlah malam ini, dan besok kita akan mulai mengurus ini."

Reyna tersenyum, merasakan kehangatan dukungan Bintang mengalir melalui telepon. "Terima kasih, Bintang. Selamat malam."

"Selamat malam, Reyna. Jaga dirimu."

Setelah menutup telepon, dia bangkit dan melangkah perlahan menuju tangga. Reyna naik ke atas, menuju kamarnya.

Begitu sampai di kamar, Reyna menyalakan lampu meja yang memancarkan cahaya lembut. Reyna membuka lemari dan mengambil handuk bersih, lalu menuju kamar mandi. Dia memutar keran, membiarkan air hangat mengalir dan memenuhi ruangan dengan uap. Suara gemericik air menenangkan pikirannya.

Dia melepas pakaian dengan gerakan lambat, merasakan beban harian yang perlahan hilang seiring dengan pakaian yang jatuh ke lantai. Reyna melangkah ke dalam pancuran, membiarkan air hangat membasahi tubuhnya, menghapus sisa-sisa ketegangan yang masih tersisa.

Dengan setiap tetes air yang mengalir, Reyna merasa tubuh dan jiwanya dibersihkan. Dia menutup matanya, menikmati momen ini. Air hangat membelai kulitnya, membuatnya merasa terlindungi dan aman.

Setelah beberapa saat, Reyna mematikan keran dan membungkus tubuhnya dengan handuk. Dia keluar dari kamar mandi, merasakan kesegaran dan kebersihan yang mengalir dalam dirinya. Kembali ke kamar, Reyna mengenakan piyama yang nyaman dan duduk di tepi tempat tidurnya.

Dia mengambil napas dalam-dalam, merasakan kelegaan yang mendalam. Reyna tahu bahwa perjalanan menuju penyembuhan masih panjang, tetapi malam ini dia bisa tidur dengan tenang. Dengan pikiran yang lebih jernih dan hati yang lebih ringan, Reyna berbaring di tempat tidur, menarik selimut hingga ke dagu.

"Selamat malam, dunia," bisiknya pelan. "Aku siap untuk babak baru dalam hidupku."

Malam itu, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Reyna akan tidur dengan nyenyak.

...****************...

"Siapa itu!" Reyna terbangun dengan teriakan kecil, tubuhnya tegang. Dia mendengar sesuatu di tengah malam yang sunyi, suara samar yang mengusik tidurnya. Jantungnya berdetak kencang saat dia duduk tegak di tempat tidur, mata berusaha menembus kegelapan kamar.

Dia melihat sekeliling, mencoba menemukan sumber suara itu. Namun, tidak ada yang tampak aneh atau mencurigakan. Bayangan-bayangan dari furnitur yang familiar dan benda-benda di kamarnya tetap diam di tempatnya, tidak ada tanda-tanda kehadiran orang lain.

"Mungkin itu hanya perasaanku," bisik Reyna pada dirinya sendiri, menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang masih berpacu.

Setelah beberapa menit berlalu dalam keheningan, Reyna mulai merasa lebih tenang. Dia berbaring kembali, menarik selimut hingga ke dagunya.

Dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dengan perlahan, matanya mulai terpejam kembali, dan Reyna memaksa dirinya untuk merelaksasi tubuhnya. Dia berusaha fokus pada napasnya, menghirup dan menghembuskan udara dengan tenang.

Malam kembali hening, hanya diisi oleh suara napas Reyna yang perlahan-lahan kembali normal. Namun tiba-tiba, instingnya mengatakan ada seseorang di dekatnya. Wanita itu sontak membuka matanya lagi dan menoleh ke samping.

"Ra-radit?!" Reyna tidak sempat menghindar ketika sepasang tangan melingkari lehernya. Mencengkram erat seolah berniat mematahkan. Dia berusaha melepaskan diri dengan cara memukul, mencakar, melakukan apapun yang dia bisa, namun tenaga seorang wanita masih kalah kuat dengan seorang pria.

Bulir air mulai jatuh dari sudut matanya.

"Tolonh... lepass.. kan!" Reyna memohon dengan terbata. Napasnya mulai memberat, lehernya sangat sakit dan ia yakin pasti akan meninggalkan bekas disana. Reyna melihat bibir Radit bergerak seperti mengatakan sesuatu, namun dia tidak mengerti. Reyna serasa berada di dalam air yang tidak bisa mendengar apapun.

Setelah itu pandangannya mulai memburam, dia tidak bisa bernapas sepenuhnya, rasanya sesak. Reyna sangat tersiksa sampai kegelapan menyelimutinya.

...****************...

Reyna membuka matanya. Napasnya tersenggal. Jantungnya bertalu kencang. Bayangan Radit yang mencekiknya masih terasa jelas dan nyata.

'Apa yang terjadi?'

Reyna mengusap wajahnya pelan, mencoba menenangkan diri. Perlahan, dia mulai memperhatikan keadaan sekitarnya. Ini bukan kamar yang biasa dia tiduri sekarang. Ini kamarnya dua belas tahun yang lalu, di rumah lamanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!