NovelToon NovelToon
Siapa Aku? (Cinta Ku Ada Di Alam Lain)

Siapa Aku? (Cinta Ku Ada Di Alam Lain)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Mafia / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: M.L.I

Dunia tak bisa di tebak. Tidak ada yang tau isi alam semesta.
Layak kehidupan unik seorang gadis. Dia hanyalah insan biasa, dengan ekonomi di bawah standar, dan wajah yg manis.
Kendati suatu hari, kehidupan gadis itu mendadak berubah. Ketika dia menghirup udara di alam lain, dan masuk ke dunia yang tidak pernah terbayangkan.
Detik-detik nafasnya mendadak berbeda, menjalani kehidupan aneh, dalam jiwa yang tak pernah terbayangkan.
Celaka, di tengah hiruk pikuk rasa bingung, benih-benih cinta muncul pada kehadiran insan lain. Yakni pemeran utama dari kisah dalam novel.
Gadis itu bergelimpangan kebingungan, atas rasa suka yang tidak seharusnya. Memunculkan tindakan-tindakan yang meruncing seperti tokoh antagonis dalam novel.
Di tengah kekacauan, kebenaran lain ikut mencuak ke atas kenyataan. Yang merubah drastis nasib hidup sang gadis, dan nasib cintanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.L.I, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kancing? [2]

^^^Jumat, 17 Juni 2023 (07.15)^^^

Deruan angin pagi berhembus di jendela kamar, melaju masuk dari titisan cuaca gelap. Mengayun dan menghamburkan tirai putih yang terbengkalai di tepian jendela.

Membiarkan angin sejuk itu masuk dan menerpa anak rambut yang berkeliaran di pipi berisi gadis berumur 19 tahun. Beberapa buku lain di sekitaran lantai berterbangan, terbuka di sejumlah lembar, dan berakhir di bagian tengah dengan tulisan Nathania berbentuk kaligrafi.

Gadis itu tiba-tiba menutup buku atas dataran meja, terdengar gemuruh kecil dari langit luar, membuat dia sadar jika hari ini akan segera hujan. Segera dia bangun meninggalkan sebuah buku lain di meja kecil tengah kamarnya.

Buku yang penuh dengan banyak tulisan, ada pulpen dan beberapa coretan kecil dalam paragraf. Juga kumpulan lembaran-lembaran lain ditumpuk, agar tidak terbuka lagi terkena angin.

Gadis berambut hitam kecoklatan, dengan kuncir satu, bergegas pergi mengangkat jemuran yang masih basah di halaman belakang, dia dan ibunya tidak akan sempat mengangkat lagi jika hari ini benar-benar turun hujan.

Jadi dari pada membuat baju itu basah kuyup karena terlanjur di guyur air, lebih baik di angkat sekarang untuk menghemat wangi deterjen yang ada di baju.

Ibu dari gadis itu datang di sela dan ikut mengambil beberapa helai pakaian yang tersisa.

Wanita paru baya, dengan sandang sederhana dan rambut semampai bahu di ikat. Bersama beberapa helai anak rambut yang keluar di sisi pipinya.

Keriput kecil tidak menutup kemunculan dalam tatanan kecil permukaan wajah yang lusuh, tetapi tetap memiliki pori-pori yang kecil dan halus.

Pertanda jika wajah wanita paru baya itu sesungguhnya dulu begitu bagus dan cantik, hanya saja tidak terurus serta di rawat baik selama sekarang.

“ Natha kamu belum berangkat, udah jam berapa nih. “ Ibu bertanya tanpa menoleh dan asik mengambil baju di jemuran. Sampai helai kain yang memisahkan pandangan meraka di tarik dan di ambil ibu.

Gadis yang bernama Natha sempat memerhatikan sejenak wajah ibu, usai pertemuan muka yang tidak di sengaja. Dari sudut mata wanita itu terlihat muka lusuh dan flak hitam yang ada di sekitaran tulang tertawa.

Padahal dulu sebelum ibu bekerja keras untuk menghidupi Natha, dia tergolong gadis yang cantik dan banyak di gemari pada masanya. Di tambah hidung mancung dan senyuman manis ketika ibu menunjukan deretan gigi rapi.

Bahkan sekarang setelah berusia hampir 39 tahun, wajah nan cantik itu masih terpancar meski terselimuti di balik raut ibu yang tidak terjaga dan jarang tersenyum. Natha tersentak sadar ketika ibunya menoleh balik memerhatikan sang anak.

Tidak ada perbincangan di sana, ibu hanya diam sambil kembali memasukan baju-baju yang sudah dia bawa ke lobang ember dekat pintu.

Tidak berniat, walau secuilpun guna bertanya pada pandangan dari sang anak yang sempat tertangkap cukup intens.

“ Bentar lagi bu. “ Natha menyahut sekilas, dia baru memberikan jawaban.

Setelah sempat melamun akan nasib wanita paru baya di hamparan depan. Cepat melanjutkan mengambil sisa pakaian yang tertinggal di atas tali jemuran sisinya.

Ibu segera menyusul Natha, tumpukan baju yang dia bawa di jatuhkan ke ember kecil milik sang anak. Karena tidak muat lagi di padatkan dalam ember miliknya. Rintik hari semakin deras, waktu mereka terus menipis.

“ Nah liat, baju kamu udah basah kaya gitu. Udah-udah biarin! Biar ibu aja yang beresin sisanya. “ Ibu menepuk-nepuk beberapa noda basah di kemeja Natha. Akibat tertular baju yang di angkat anaknya, padahal semula sudah rapi dan bersih.

Natha memang telah mandi dan bersiap untuk berangkat ke Universitas, tapi sekarang masih tersisa secercah waktu, jadi gadis itu mencoba memanfaatkan guna menulis novel yang kerap dia lakukan di setiap hari lain.

Kendati tidak di sangka, hujan lebih dulu menyela tengah kegiatannya, yang kemudian melahirkan keberadaan raga gadis itu pada halaman belakang rumah masa ini.

Perlahan Natha hanya mengangguk bungkam, dia beralih untuk kembali ke kamar dan mengambil tote bag yang sudah disiapkan.

Sekilas anak mata Natha sempat melirik noda basah di kaca persegi kecil pada sudut kamarnya, cerminan balik tampilan tubuh dia.

Benar ada noda yang telah dikatakan oleh ibu, noda itu tidak bisa dihilangkan jika ditepuk-tepuk, akhirnya memberi inisiatif di pikiran Natha untuk mengenakan sweater biru tua sebagai pembungkus luar.

Dari beberapa susunan baju yang di gantung dalam lemari kecil miliknya.

Pakaian Natha tidak mahal, tapi cukup layak dan tidak ketinggalan zaman, karena masih mendapat beberapa baju bekas dari majikan tempat ibu bekerja.

Dipikirnya hari ini akan hujan, jadi lebih baik Natha mengenakan sweater untuk bersiaga. Noda itu juga akan mengering dengan sendirinya, ketika telah lama terjamah udara. Natha menutup rapat jendela geser di kamarnya sebelum pergi.

Bergegas memasang sepatu di ambang pintu. Sepatu putih lusuh, tapi juga masih layak untuk digunakan. Model rambut yang Natha kenakan tak jauh berbeda dari ibunya, diikat seperti ekor kuda, dengan beberapa poni panjang yang terbelah dan berjejer di sekitaran pipi yang berisi.

Outfit Natha hari ini sederhana, sekedar kemeja putih polos yang dibaluti dengan sweater biru tua, dan celana kain berwarna burlywood. Tak lupa Tote bagnya yang berlatar putih polos.

Ibu datang dan menyodorkan tangan di sebelah wajah Natha dari belakang. Dia sudah selesai mengangkat pakaian tadi. Terlihat ada uang Rp10.000,00- dan pecahan Rp5.000,00- yang di lipat-lipat dalam genggaman.

Ibu menggerakkan kembali telapak untuk Natha ambil, karena anaknya malah diam dan hanya memandangi di beberapa waktu.

“ Untuk hari ini segini dulu ya, besok kalau ada ibu kasi lagi. Tapi ingat, jangan boros-boros. “ Ibu berbicara sambil berjalan pergi. Dia masih banyak memiliki kesibukan.

Alih-alih merasa tidak bersyukur, Natha justru melirik sendu gumpalan uang yang dilipat-lipat oleh ibunya. Dia tau seberapa besar gaji wanita itu, dan seberapa kerasnya ibunya berusaha untuk membiayai kehidupan dan kebutuhan sehari-hari.

Bisa makan dan masih memiliki stok beras saja sudah bersyukur, bahkan terkadang Natha tau jika ibunya sengaja makan lebih lambat, agar Natha yang lebih dulu melahap nasi hingga kenyang.

Wanita itu juga rela bekerja di dua tempat yang berbeda, dan masih menitipkan kue di warung-warung demi menambah pemasukan.

Kendati demikian, Natha sang anak malah bersikeras untuk kuliah, pilihan itu sempat di tentang mentah-mentah oleh ibu, wajar dalam ekonomi yang mereka miliki masa ini.

Sayang gadis itu juga tetap keras kelapa dan bertekad kuliah, walau berkata harus sambil bekerja untuk membiayai kuliahnya sendiri.

Nyatanya tak semudah itu mendapatkan pekerjaan yang paruh waktu, juga bisa di imbangi dengan jadwal kuliah. Orang-orang yang sudah lulusan kuliah bahkan masih banyak yang menganggur.

Lowongan kerja cukup sulit di temukan di masa sekarang. Tapi siapa sangka hanya dengan menabung dari uang jajan yang diberikan ibu layak hari ini, gadis itu rupanya mampu berhasil membayar biaya masuk dan biaya semester di tahun awal.

Beruntung Natha juga berhasil masuk ke Universitas Purna Witarma, yang sangat didambakan semua siswa layaknya dia.

Mungkin sebuah keberuntungan yang memang ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa untuk jalan Natha agar bisa tetap lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Salutnya meski menentang, sang ibu masih mau memberikan uang jajan seperti hari ini.

Uang yang nantinya Natha tabung untuk membayar biaya buku dan semester di tahun-tahun mendatang.

“ Natha! Mau hujan hari ini. Bawa payungnya! “ Ibu berteriak dari dalam rumah. Dia tetap kalut dalam pekerjaan.

Natha yang mendengar di tepian penutup rumah, hanya diam memandangi sekilas sebuah payung yang bertengger di dekat pintu.

“ Bu! Natha berangkat. Ada tempelan nomor ibu sama nomor Natha di kamar ibu ya. Biar ngga lupa lagi kalau ibu mau ngehubungi Natha! “

Gadis itu lanjut melangkah pergi, menaikan tudung hoodie di kepalanya, tapi sengaja tidak membawa payung yang di suruh orang tua.

^^^Jumat, 16 Juni 2023 (10.01)^^^

Angin bekas hujan bersemilir lewat, menari-nari dalam pagi jumat, terlihat menjadi penghias udara sejuk di hari itu. Langit-langit masih gelap, suara gemuruh berbisik berbunyi.

Belum sepenuhnya berhenti dan hanya memberi jeda sejenak untuk tidak menjatuhkan tumpahan air dari langit. Seorang gadis berjalan disekitaran halaman, memanfaatkan jeda itu untuk berpergian.

Melangkah dekat genangan-genangan air yang terbendung usai hujan. Terlihat gadis berkemeja putih yang dimasukan ke dalam tersebut sibuk membaca, wajahnya tertutup novel sambil berjalan.

Tengah menikmati roti isi rasa keju yang menjadi santapan menu siangnya di genggaman tangan kanan.

Natha memilih memasukan kemeja baju yang dipakai usai kejadian dalam beranda toilet, merasa takut jika kemeja itu akan terbuka lagi dihembusan angin sekarang. Gadis itu tidak terlalu memerhatikan jalan, sibuk dalam hanyutan cerita dari penulis.

Sampai notifikasi pesan masuk terdengar di kedua telinga Natha. Gadis itu berdecih kesal, mengigit roti juga mengapit novelnya di sela ketiak, demi mengambil handphone di dalam Tote bag.

Ada alat komunikasi layar sentuh keluaran lama yang muncul. Dia membaca pesan yang masuk.

...(Inaaaaa)...

(10.01) Woi kamu d mna!!!

^^^Taman (10.01)^^^

^^^Kenapa? (10.01)^^^

(10.02) Okey aku k sna skrng

(10.02) Jgn k mana2 ya!

^^^Untk ap? (10.03)^^^

(10.03) Jgn byk tnya

(10.03) Tunggu saja!

^^^Cpt (10.03)^^^

Natha menatap malas isi pesan, memasukan asal handphonenya di dalam tote bag. Lanjut makan dan membaca seperti sebelumnya.

Gadis yang mengirimkan pesan adalah Ina. Mahasiswi cantik jurusan sains bahasa, dia teman satu-satunya yang Natha punya. Ada kejadian di balik pertemuan mereka.

Sampai gadis itu akhirnya memilih Natha sebagai teman kuliah sekaligus satu jurusan. Ina sangat dekat dan melekat terhadap Natha. Sudah kebiasaan Ina yang tidak masuk setiap hujan, hanya beralasan padahal malas untuk bangun pagi.

Lalu barulah gadis itu akan meminta catatan Natha untuk di tulis kembali, padahal mereka berada di angkatan yang berbeda, ayah Ina akan curiga jika buku-buku gadis itu kosong.

Makanya sekarang Ina hendak menemui Natha guna meminjam catatan mata kuliah semester lalu, untuk di jadikan bahan pura-pura agar selamat layak biasa.

Kegiatan itu sebenarnya tidak masalah, tapi Ina selalu datang terlambat ketika janji, makanya Natha malas untuk meladeni di setiap ajakan.

Perlahan Natha menuruni tangga tengah taman, dia hendak pergi ke kursi tengah halaman universitas untuk menunggu Ina.

Banyak mahasiswa yang juga berlalu lalang disekitar taman. Sibuk dengan tujuan juga kegiatan masing-masing. Beberapa dari mereka bahkan ada yang bermain basket di lapangan samping.

Tak mengindahkan tukikan kaki dan tumpukan air habis hujan. Satu-persatu kaki Natha menuruni tangga, matanya tetap lekat, asik dengan novel romansa yang dia pinjam di perpustakaan perguruan tinggi.Salah satu hobi juga inspirasi bagi Natha.

Roti yang Natha makan tergigit setengah. Belum cukup habis sampai salah seorang pria tiba-tiba menyenggol Natha dari depan.

Pria itu tampak melangkah cepat menjejaki tangga, berusaha naik sambil setengah berlari

karena terburu-buru. Tidak sengaja malah menabrak Natha yang asik membaca novel tengah tangga.

Grukk!!! 

Natha terkejut, tubuhnya yang menghadap turun semakin terdorong, buku dan rotinya otomatis terlempar jatuh. Badan mungil gadis itu sudah setengah melayang untuk menerjang bawah.

Hingga pergerakan Natha di detik-detik seketika terhenti, ada tangan yang rupanya sigap menarik ujung baju Natha sebelum sungguhan terhuyung ke bawah.

Jiwa Natha telah terlanjur membeku, dia menelan susah roti yang tersisa dalam mulut, ada pria lain yang rupanya juga berada di dasar bawah tangga.

Pria itu sama panik, tangannya tampak telah bergerak maju, hendak menangkap Natha jika gadis itu benar-benar jatuh kebawah.

Perlahan Natha yang bertatapan pandangan dengan mata pria di bawah, akhirnya berpindah balik.

Giliran untuk memandang naik pria yang menjadi pelaku penarikan ujung kerah baju dekat lehernya.

Ada cahaya silau dari mentari, Natha mengerjap sebentar sebelum akhirnya dapat melihat jelas pria yang telah menolong dia.Pria itu rupanya juga menjadi pelaku penabrakan Natha.

Angin berhembus menggoyangkan daun disela, ada gemuruh yang menonton, mereka menjadi saksi pertemuan ketiga insan tersebut.

Antara Natha yang berada ditengah-tengah, di apit dua lelaki pada tangga atas dan tangga bawah taman universitas. Pandangan mereka saling bertemu, bungkam di bawah gulungan angin yang berlalu.

^^^Minggu, 19 Juni 2023 (19.11)^^^

Ting… Ting… Ting…

“ -aku tidak dilahirkan di dunia saja… “ Pelan, kalimat itu lirih terkeluar lewat bibir pucat Natha.

Berlanjut dari kalimat sebelumnya, dia memelan dan akhirnya bungkam di bawah pandangan terbelenggu.

Kancing lengan baju ibu terlepas, bergulir ke permukaan semen, jatuh dan berhenti tepat di bawah guyuran hujan halaman luar tempat pakaian biasa di jemurkan.

Langit malam semakin ribut, ada petir yang menyahut, seiring tetesan darah yang bergulir di pipi kanan Natha setelahnya.

Gadis itu terdiam tanpa lafal, buliran cairan bening di mata kananya akhirnya jatuh, di saut dengan darah yang ikut menetes membentuk pola bulat atas dataran buku novel setengah terbakar pada dekapan genggamnya.

Kedua tangan Natha menyatu kuat meremas tepian novel, dia tertekuk untuk menatap hamparan bawah, rambut poni yang basah berhamburan ke muka depan.

Ibu terkesiap setelah menyadari tindakan sendiri, tangannya bergetar hebat, manik nanar menjadi ekspresinya untuk menyoroti wajah Natha yang sudah membeku di dalam kesunyian.

“ Na-Natha. “ Ibu bersuara ragu.

Dia bergerak kaku mendekat untuk menemukan wajah Natha dari gelimpangan kepala sang gadis yang tertunduk sunyi, penuh rasa khawatir dan takut. Dia tersadar telah melakukan tindakan yang kelewatan batas.

Perlahan kepala Natha bertahap-tahap naik ke wilayah atas, kedua penglihatannya memerah penuh cairan, dia bungkam dalam ributnya hujan.

Membuat ibu membelalak hebat atas penglihatan pada darah segar yang bergulir menali di latar pipi Natha, di akibatkan oleh kancing dari lengan baju wanita itu saat menampar anaknya 

“ Maaf bu… “

Kalimat itu menjadi aspirasi terakhir yang terkeluar dari untaian bibir Natha, sebelum akhirnya tubuh gadis itu berlalu pergi. Berlari masuk ke kamar yang terbengkalai semula, dia duduk memeluk lutut di sisi kasur.

Pintu kamarnya telah di kunci, buku novel yang dia pegang di jatuhkan begitu saja atas lantai bilik, tersusun di antara tumpukan benda lain yang berhamburan tidak berbentuk.

Sampai terseret dan berakhir di dekat kaki kursi dalam kamar. Ada dua noda di atas novel setengah terbakar. Berwarna merah dan bening tanpa rona.

Ibu berusaha berteriak memanggil dari luar kamar, berulang kali mengetok juga menggoyangkan knop pintu.

Malam itu angin ribut bergelombang, menari masuk dari jendela luar dalam derasnya hujan. Tidak berhenti membunyikan lagu petir yang bersautan.

Tirai putih sisi jendela melayang-layang acak, para buku yang berantakan di lantai terbuka satu persatu. Saling berterbangan dengan lembaran kertas dan kain.

Natha menangis sejadi-jadinya dalam pelukan lutut. Suaranya penuh dan bungkam dalam kepungan. Kilat-kilat memberi cahaya sesekali di sela kegelapan kamar, kebetulan lampu padam akibat salah satu tiang yang tersambar petir.

Kesudahannya memberi tampilan kondisi Natha yang larut tengah gelora kelam dunia. Jam kecil yang tergeletak atas hamparan lantai tiba-tiba berhenti, tepat pada pukul 19.11.

Juga notifikasi di handphone sang gadis atas dataran kasur, tentang pemberitahuan pesan masuk. Ada tampilan awal yang menunjukan tanggal 19 Juni 2023.

Natha! Natha!! Natha!!!

...~Bersambung~...

1
psyche
Terasa begitu hidup
Axelle Farandzio
Aku nunggu update terbaru setiap harinya, semangat terus author!
print: (Hello World)
Gak sabar buat lanjut!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!