NovelToon NovelToon
Lonceng Cinta

Lonceng Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Romansa / Slice of Life
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Alya harus menjalani kehidupan yang penuh dengan luka . Jatuh Bangun menjalani kehidupan rumah tangga, dengan Zain sang suami yang sangat berbeda dengan dirinya. Mampukah Alya untuk berdiri tegak di dalam pernikahan yang rumit dan penuh luka itu? Atau apakah ia bisa membuat Zain jatuh hati padanya?

Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....

yuk ramaikan....

Update setiap hari....

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, subscribe, like, gife, vote and komen ya...

Buat yang sudah baca lanjut terus , jangan nunggu tamat dulu baru lanjut. Dan buat yang belum ayo buruan segera merapat dan langsung aja ke cerita nya, bacanya yang beruntun ya, jangan loncat atau skip bab....

Selamat membaca....

Semoga suka dengan cerita nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

"Hah! Kayak bisa mendapatkan hujan emas saja," cibirnya.

Kelopak mata Zain terpejam kembali, setidaknya masih ada waktu 2 jam lagi sebelum ia benar-benar harus bangun dari tidurnya. Bergelut dengan rutinitas yang tak akan pernah ada matinya, membiarkan Alya dengan doanya.

Kedua tangan Alya diusapkan perlahan ke wajah, ditemani lampu tidur yang temaram. Pernah sekali, Alya menghidupkan lampu kamar. Zain langsung memarahinya, lantaran cahaya terang menganggu tidur sang suami. Lagi dan lagi Alya, hanya mampu menelan rasa kecewanya. Memilih mengalah dari amarah Zain. Alya melirik ke ranjang berukuran king size itu, di mana sang suami tertidur dengan lelap.

Ranjang yang tak boleh Alya naiki, meskipun sah secara agama dan hukum. Zain tak ingin berada di atas ranjang yang sama dengan Alya, bagi Zain menghirup udara yang sama saja dengan Alya sudah sangat memuakkan. Hati istri dan wanita mana yang tak akan merasa sakit hati mendengarnya, Alya bersabar lagi.

"Ya Allah! Tolong berikan suami hamba hidayah-Mu. Dari semua kenikmatan yang Engkau anugrah, kan pada, hamba. Hamba-Mu ini berharap, Engkau menyandarkan Mas Zain. Dari semua rasa cemburu, hamba hanya cemburu dengan setiap Fatimah yang berhasil menemukan Ali di dalam kehidupannya. Hamba tak menginginkan harta yang berlimpah ruah, ketampanan suami, yang hamba inginkan adalah nahkoda yang siap sedia menjadi imam terbaik untuk hamba. Sungguh! Hanya itu," monolog Alya melirih menatap ke arah Zain.

Mata teduh itu kembali basah, Alya memeluk tubuhnya sendiri. Ia merindukan sang nenek yang jauh di sana, Alya harus menjalani kehidupan di tempat yang asing. Tidak ada yang bisa melindungi Alya, ia harus terus menegakkan kedua sisi bahunya. Hari-hari ia jalani terus menerus dicaci-maki, bahkan tak segan-segan diperlakukan seperti sosok budak oleh keluarga sang suami.

Hanya ada Usman, sang ayah mertua yang memperlakukan Alya. Layaknya seorang menantu dan manusia, pria paruh baya itu yang terus memberikan Alya semangat. Dan tersenyum ramah pada Alya, lalu beberapa pembantu di rumah besar itu.

Telapak tangan Alya bergerak cepat mengusap setiap bulir air mata yang jatuh, ia bangkit dari posisi duduknya. Beranjak dari atas sajadah, melangkah sepelan mungkin menuju ke arah ranjang. Duduk perlahan di atas lantai marmer yang dingin, sedingin hati Zain terhadapnya.

Lama sekali Alya menatap wajah lelap sang suami, yang menghadap miring ke arah dirinya. Hingga Alya dapat melihat ekspresi wajah sang suami, jari telunjuk Alya menyentuh perlahan bulu mata lentik, Zain. Semua yang dianugerahkan oleh Allah untuk sang suami sangatlah indah, meskipun keindahannya tak bisa Alya miliki.

"Mas! Aku akan terus bersabar menghadapimu. Walaupun Mas Zain pada akhirnya tak pernah memberikan hatimu, padaku. Tidak apa, aku tak akan menyesalinya. Harapan terbesarku adalah Mas Zain bisa menjadi sosok pria mencintai Rab-Nya. Bagiku, menikah dengan Mas Zain adalah takdir yang telah tertulis untukku. Ku

serahkan semuanya pada Mas, karena aku pernah berjanji pada diriku sendiri. Setelah aku memutuskan untuk menerima pernikahan itu, maka semua kekurangan dan kelebihan Mas Zain. Akan aku terima dengan kelapang hati," monolog Alya lembut.

Tangan ditarik kembali, Alya bangkit dari posisi duduknya. Melangkah ke arah sajadah lusuh, ia meraih Al-Qur'an usang yang ada di atas meja tak jauh dari sajadah yang ia bentang. Alya akan memilih membaca Al-Qur'an di luar kamar, mencari di mana tempat yang memiliki lampu yang masih menyala.

***

Alya mengikuti langkah kaki wanita berambut sebahu dan rok selutut di depannya itu. Zain memberikan Alya izin untuk bekerja, dan menempatkan Alya di kantornya. Menjadi cleaning servis, bergabung menjadi karyawati di sana.

"Nah! Ini ruangan kita. Kau bisa ganti baju di sini, ini kunci lokermu. Jam masuk 7.15 wib, kita harus masuk lebih cepat dari pekerjaan lainnya. Nanti langsung ke ruangan ini, untuk ganti baju seragam kalau gak mau langsung ganti dari kosan." Ayu menyerahkan kunci loker yang mulai besok dan seterusnya akan dipengang oleh pegawai baru di bawah kepemimpinannya.

Alya meraihnya, mengangguk kecil dengan menarik kedua sudut bibirnya ke atas. "Baik, Mbak!"

"Sekarang kita ke ruangan lain, di mana semua peralatan kebersihan diletakkan," tutur Ayu pada Alya.

Alya mengangguk sekilas, Ayu melangkah lebih dahulu keluar dari ruangan ganti untuk karyawan wanita. Beberapa orang yang mereka lewati, tersenyum ramah menyapa Ayu.

Alya berhenti mendadak kala ia mendapati kehadiran Zain di seberang sana, sang suami tampak sangat berwibawa. Dengan wajah datar terlihat berbincang-bincang dengan seorang lelaki paruh baya, tampak mengangguk-angguk kecil.

Ayu yang merasa tak ada langkah kaki yang mengikuti langkah kakinya, ia sontak saja menghentikan laju langkah kakinya. Membalikkan tubuhnya ke belakang, di mana calon karyawan baru itu berhenti.

Menyorot ke arah seberang sana, wanita berusia 30 tahun ini sangat paham. Siapa pun yang melirik sang CEO akan langsung terjerat pada pesona Zain Abdullah, lelaki yang begitu mempesona. Kaki jenjangnya kembali melangkah mendekat Alya, gadis yang berasal dari Sumba itu masih terlihat terpana.

PUK!

Tepukan di atas bahu Alya, menyentak gadis itu. Alya menoleh ke arah empunya tangan, yang kini diturunkan dari atas bahu Alya.

"Oh, maaf, Mbak. Aku ... gak maksud, itu."

"Santai aja, Alya. Siapa sih, perempuan yang bisa mengabaikan pesona Pak CEO kita?" Ayu mengangguk-angguk kecil, lalu terkekeh setelah memotong perkataan Alya.

"Kau belum tahu siapa namanya, bukan? Nama Pak CEO ganteng kita itu, Pak Zain Abdullah. Salah seorang Tuan muda yang memiliki masa depan yang cerah. Sekaligus kebanggaan mantan pendiri perusahaan ini, meskipun Pak Presdir kita itu kelihatan ganteng bangat. Sayangnya dia itu menyeramkan, kau harus hati-hati sama Pak Presdir. Gak ada belas kasih, kalau kita salah bekerja. Langsung di cut! Gak pakai peringatan."

Alya mengulum senyum kecil, mendengar penjelaskan perempuan di sampingnya ini.

"Iya, Mbak. Aku akan hati-hati," sahut Alya.

"Makasih, Mbak. Sudah kasih tahu."

Ayu mengangguk, dan berkata, "It's oke. Kalau gitu, kita lanjut lagi jalannya."

"Iya, Mbak!"

Ayu kembali membalikkan tubuhnya, bersama dengan Alya. Meninggalkan tempat, Zain menoleh ke arah tempat di mana Alya sempat, berdiri tadi.

"Dia sudah mulai melihat-lihat kantor," gumam Zain nyaris berbisik.

"Eh? Ada apa, Pak?" tanya pria di samping Zain yang merasa sang bos sedang mengatakan sesuatu.

Zain mengeleng tegas. "Tidak ada," tukasnya cepat.

.

.

.

Usman mengeleng kecil, sang putra masih sibuk dengan berkas di tangannya. Tidak ambil pusing dengan sorot mata sang ayah yang kini menatap dirinya, Zain jelas tahu kalau sang ayahnya ini sangat menyayanginya Alya. Sang istri yang dinikahinya, istri yang tak pernah ia sentuh.

"Tidak adakah pekerjaan yang lebih bagus dari cleaning servis, Zain?"

Zain mengangkat pandangan matanya, membawa netra hitam tajam itu ke arah sang ayah.

"Ada apa dengan pekerjaan cleaning servis, Pa? Ku rasa tak ada yang salah dengan itu semua. Toh, dia sama sekali tak berkeberatan untuk berkerja. Dia yang memaksa untuk berkerja, tidak mempermasalahkan mau kerja apa. Sudah bagus bisa bekerja di perusahaan kita, walaupun menjadi cleaning servis," sahut Zain meyakinkan dirinya tak bersalah.

.

1
Annisa Rahman
Mari mari yuk mampir kesini ditinggu kedatangannya
bolu
selama baca dari chapter 1-22 jalan ceritanya sangat bagus dan fresh, tolong secepatnya update chapter ya kak ✨🌼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!