Genre: Drama, Mystery, Psychological, Romance, School, Supernatural, Time Loop
Haruto Keita hanyalah siswa SMA biasa. Tapi suatu hari, saat pulang sekolah, dia tiba-tiba kehilangan kesadaran dan mendapati dirinya kembali di kelas, satu jam sebelumnya. Sempat merasa bingung, Haruto akhirnya menyadari bahwa setiap kali dia membuat kesalahan, waktu akan mundur satu jam.
Setelah beberapa kali mengalami Time Loop, Haruto menemukan sebuah pola yang membuatnya berpikir kalau semua itu berhubungan dengan seorang gadis, namanya Fumiko Reina.
Siapa itu Fumiko Reina? Lalu, bagaimanakah nasib Haruto kedepannya?
Note:
- Cerita ini hanya fiksi, semua latar, tokoh, dan cerita murni karangan author belaka. Jika terdapat kesamaan pada karangan ini, maka itu hanya kebetulan yang tidak disengaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nov Tomic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 — Keluar Time Loop
Setelah mendengar suaraku, ketiga lelaki itu menoleh, tampak terkejut dengan intervensiku. Reina pun mengalihkan pandangannya kepadaku, matanya membesar, yang berarti dia memang sedang ketakutan.
"Siapa kau? Ini bukan urusanmu," salah satu dari mereka menjawab dengan nada mengancam.
"Jangan dipikirkan, kami hanya bermain," sahut yang satunya lagi.
Mereka bertiga tampak lebih besar dariku, terlebih lagi mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Yah, terserahlah. Aku harus menyelesaikan ini secepat mungkin.
"Oh, kalian sedang bermain? Bisa ajak aku juga?"
Aku membalas perkataan mereka, lalu menatap matanya satu persatu, dan mereka pun ikut berbalik menatapku.
Wajah mereka penuh dengan ejekan. Kemudian, salah satu dari mereka, yang tampaknya seorang pemimpin, mendekatiku dengan seringai.
"Kau mau ikut? Jadilah samsak kami!" katanya sambil mendorong dadaku dengan keras.
Aku tersentak mundur, tapi tubuhku masih seimbang.
"Gadis ini tampak kesulitan. Kalau bisa, tolong biarkan dia pergi!"
Aku mencoba untuk menghindari skenario terburuk, karena akan sangat merepotkan jika harus menyelesaikan ini dengan kekerasan.
Bukannya aku takut atau semacamnya, tapi rasanya agak dilema. Bayangkan saja, jika aku memukul mereka hingga waktu kembali mundur satu jam, maka itu tidak lucu sama sekali.
Kuharap ini bisa selesai dengan cepat, dan Reina terselamatkan.
"Hah?! Berani sekali memerintah kami!"
"Lelaki suram sepertimu memang bisa apa?"
Hah.. tampaknya, ini lebih merepotkan dari yang aku duga.
"Terima ini!"
Eh?! Cepat juga! Aku tidak bisa menghindar!
Sebelum aku menyadarinya, pukulan pertama menghantam rahangku. Rasa sakit menjalar cepat, dan aku hampir terjatuh karenanya.
"Haruto-kun!"
Teriakan Reina terdengar ketika aku terkena pukulan. Tampaknya dia khawatir padaku, tapi hal bagusnya adalah dia mengenalku sebagai teman sekelas.
"Kau diam saja, Fumiko! Kami ingin bermain dengan lelaki ini lebih dulu."
"Benar sekali, kami akan melahapmu nanti."
Fumiko? Dia bahkan memanggil nama depannya langsung. Lalu, apa maksudnya dengan melahap?
Kurasa tidak ada yang perlu dipikirkan lagi. Aku memang harus menyelesaikan ini dengan kekerasan. Terlebih lagi, mereka yang memulainya lebih dulu.
"Apa boleh buat, aku akan melampiaskannya pada kalian!"
"Bicara apa kau ini?"
"Mau mati, ya?!"
Meskipun aku bukan tipe orang yang suka mencari masalah, melihat salah satu gadis tercantik di sekolah dalam bahaya membuatku bertekad untuk melakukan sesuatu.
Aku tahu ini bukan hanya tentang menyelamatkan dirinya, tetapi juga tentang menghentikan pengulangan waktu yang terus menyiksaku.
Jika dilihat-lihat, ketiga lelaki ini tampak lebih lemah dibandingkan seseorang yang pernah aku hadapi dulu, meskipun ingatan itu agak kabur di kepalaku.
Dengan langkah yang cepat, aku mendekati mereka, menyingkirkan dilema yang sempat menghantuiku.
Ketika jarakku cukup dekat, aku berteriak, "Ini menyebalkan, KAU TAHU?!"
Tanpa berpikir dua kali, aku balas memukul wajahnya dengan seluruh kekuatan yang kupunya. Dia terhuyung ke belakang, terkejut dengan seranganku yang tiba-tiba. "Berani sekali kau memukulku!"
"Kalian berdua, cepat habisi dia!"
Dua temannya segera menyerangku, tapi aku sudah siap.
Aku menghindari pukulan kedua, lalu menangkap tangan penyerang kedua dan menariknya ke tanah. "UH!!" Dia jatuh dengan suara keras, mengerang kesakitan.
Yang satu lagi mencoba menendangku, tapi aku berhasil menangkap kakinya dan mendorongnya mundur. "Apa?!"
Ditengah pertarungan ini, aku dapat melihat Reina yang menatapku dengan mata lebar, dia tampak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Haruto-kun..."
"Jangan mengabaikanku, sialan!"
Aku mengalihkan perhatianku kembali ke pemimpin yang mulai bangkit. Wajahnya memerah, mungkin karena sedang marah. "Kau akan menyesalinya!" teriaknya, meluncurkan dirinya ke arahku.
Aku siap menerima serangannya, memanfaatkan kecepatan dan ketangkasanku untuk menghindari pukulan demi pukulan.
Ingatan tentang seseorang yang lebih kuat memberiku kepercayaan diri. Aku tidak ingat siapa orang itu, tapi aku merasa pernah berada dalam situasi yang lebih berbahaya.
Lagi, aku ingin lagi! Lampiaskan semuanya!
Baik dari pengulangan waktu, hingga kekalahan memalukanku dari orang itu, semuanya menyebalkan!
Ah, aku benar-benar kesal!
Dengan satu gerakan cepat, aku menjatuhkan pemimpin itu ke tanah dan menghajarnya hingga dia tidak bisa berdiri lagi.
"AGH! AH! HUGH!"
Aku terus menghajarnya, melampiaskan semua kekesalanku pada lelaki ini.
Lagi, ini belum cukup!
"He-hentikan!"
Dia memang sudah cukup berdarah, tapi aku belum puas. Jadi, aku terus memukulinya tanpa peduli apa yang dikatakannya.
Oh, seperti inikah rasanya? Melampiaskan sesuatu ternyata tidak buruk juga.
Lagi! Lagi! Lagi! Ini dia!
Aku merasa kalau semua kecemasanku saat mengalami pengulangan waktu hilang begitu saja. Dan ini menyenangkan.
"Haruto-kun, hentikan!"
Eh? Tanganku tidak bisa bergerak!
Ada apa ini?! Padahal aku cukup yakin kalau dua orang yang tersisa tidak akan menyerang balik.
"Haruto-kun, dengarkan aku!"
Tidak, bukan mereka yang membuatku terhenti. Tapi... Reina?!
Sebuah sentuhan tangan yang lembut, aku merasakannya dengan jelas. Dia memegangnya tanpa ragu, dengan telapak tangannya.
Aku langsung terdiam, dan tatapanku terpaku pada wajah Reina. Jujur saja, aku tidak mengerti tentang apa yang kurasakan sekarang. Rasanya cukup hangat, hingga hatiku terasa tenang, tapi jantungku berdegup sangat kencang.
"Reina-san?"
Wajahnya tampak khawatir, bahkan matanya sedikit berkaca. Melihatnya seperti ini, aku jadi bingung.
"Akhirnya kau berhenti."
"Berhenti, apa maksudmu?"
"Tidak apa-apa, tapi.. terima kasih karena sudah menolongku, kau sangat keren!"
Ah, begitu ya? Aku mengerti maksudnya.
Aku terlalu berlebihan saat melampiaskannya hingga membuat Reina khawatir, bahkan tangannya jadi ikut terkena darah karena ulahku.
"Maaf, aku akan berhenti."
"Tidak masalah, kau sudah menolongku."
Suara Reina terdengar sangat lembut. Sembari tersenyum, dia melepaskan genggaman tangannya.
Dengan napas yang tidak stabil, aku berdiri, melepaskan lelaki yang sedang terkapar ini. Saat menatap sekeliling, dua temannya ternyata sudah kabur, meninggalkannya sendirian.
Sekarang apa? Entahlah, rasanya melelahkan. Jika aku bisa beristirahat sebentar, maka itu adalah kesempatanku. Sebuah kesempatan untuk melepaskan rasa lelah, dan berbaring di tempat yang empuk.
"Haruto-kun, pakai ini!"
"Umm.. ya."
Reina memberikan sebuah sapu tangan, dan aku hanya bisa menerimanya.
Aku mengerti maksudnya, jadi aku melihat tangan kananku, yang sudah digunakan untuk memukuli ketiga berandalan tadi. Ternyata darahnya banyak juga, hingga sapu tangan ini tidak cukup untuk mengelap semuanya.
"Ah, kenapa ini?!"
Ketika sedang mengelap darah di tangan kananku, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang aneh. Kepalaku mulai terasa pusing.
"Tidak, jangan sekarang!" pikirku.
Aku sudah berhasil menyelamatkan Reina, kupikir ini bisa saja menghentikan Time Loop. Tapi rasa pusing ini semakin parah, dan sebelum aku bisa memahami apa yang terjadi, semuanya menjadi gelap.
"Tempat ini, dimana aku?"
"Syukurlah kau sudah sadar, Haruto-kun. Aku sangat khawatir!"
Ketika aku membuka mata lagi, aku berada di tempat yang agak familiar, dengan Reina yang memegangi tanganku. Sepertinya aku berada di UKS sekarang, dan berbaring di ranjang.
"Hah? Reina-san?!"
"Kau jatuh pingsan tadi, tapi Sensei berkata kalau kau baik-baik saja."
"Tidak, bukan itu. Jam berapa sekarang?"
Aku berusaha bangkit, lalu memegang bahu Reina secara spontan.
"Eh?! Memangnya kenapa?"
"Jawab saja!"
Aku melepaskan bahu Reina.
"Emm.."
Reina mengambil ponselnya, kemudian menyalakannya.
"Sekarang, jam setengah enam sore."
"Yang benar saja!"
Sebelumnya, aku memang jarang memperhatikan waktu karena merasa muak dengan jam empat hingga lima sore. Di waktu itulah, Time Loop terus terjadi.
Tapi, jika sekarang jam setengah enam sore, bukankah ini? Tepat sekali, waktu tidak kembali ke awal, jadi aku tidak berada di kelas lagi.
Tampaknya, Time Loop telah berhenti ketika aku menyelamatkan salah satu gadis tercantik di sekolah, Fumiko Reina. Rasanya sungguh melegakan, karena akhirnya aku bisa melewati pengulangan waktu yang begitu menyiksa ini.
"Ada apa, Haruto-kun?"
Yah, tentu saja Reina merasa bingung ketika melihat wajahku yang begitu lega.
"Bukan apa-apa, biarkan aku beristirahat lebih lama."
"Hmm.. ya, baiklah."
"Reina-san, terima kasih karena sudah membawaku kesini. Kau boleh pulang sekarang."
Tanpa memperdulikan apapun lagi, aku lanjut berbaring di ranjang UKS, lalu menyelimuti tubuhku dengan selimut tipis.