NovelToon NovelToon
Transmigrasi Boy

Transmigrasi Boy

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Romansa / Bad Boy
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: OrdinaryGirl_31

Revan Sernando. Salah satu anak beruntung yang memiliki keluarga harmonis. Namun sayang dia juga adalah salah satu orang yang tidak pernah merasakan sebuah pertemanan.

Hidupnya selama ini terasa begitu monoton.Hingga suatu ketika Revan mengalami kecelakaan yang membuat jiwanya bertransmigrasi ke dalam raga seorang pemuda dingin yang kehidupannya berbanding terbalik dengannya. Reval Gishara.

"Nama depannya mirip sama nama gue, TAPI KENAPA NAMA BELAKANGNYA KAYAK NAMA CEWEK!!?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrdinaryGirl_31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hah? Reval?

Mata seorang pemuda dengan wajah tampan itu perlahan terbuka. Ia mengerjap pelan guna menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya.

Netranya melirik sekitar memastikan dimana ia sekarang.

"Rumah sakit? Gue masih hidup?" batinnya saat mulutnya tak sanggup berucap. Pemuda itu tak lain adalah Revan. Entah apa yang terjadi padanya hingga ia bisa berada di sini.

Revan berusaha bangun untuk melihat sekitar lebih jelas. Namun saat berusaha untuk duduk kepalanya entah kenapa terasa sangat pusing.

Ia reflek menoleh saat mendengar suara pintu terbuka.

"Loh? Reval lo udah sadar?" ucap seorang gadis cantik yang tadi membuka pintu.

"Hah? Reval?" Revan hanya dapat mengerit bingung. Kenapa gadis ini memanggilnya Reval. Namanya kan Revan.

"Iya, kan?" sekarang gadis itu malah menatap Revan dengan tatapan yang tak dapat Revan artikan membuat Revan semakin bingung.

"Hah? Nama gue Revan kali" sahut Revan.

"Reval?"

"Revan anjir"

"Reval, lo kenapa sih?"

Mereka berdua tampaknya sama-sama bingung. Revan bingung karena gadis itu terus memanggilnya Reval dan gadis itu pun juga bingung karena orang di depannya itu sepertinya berbicara melantur.

"Revan. R-E-V-A-N. Dibilangin ngeyel banget sih" Revan terus saja membantah gadis itu karena terus memanggilnya Reval. Lama-lama ia bisa stres hanya gara-gara nama.

"Otak lo geser ya? Ngelantur banget ngomongnya. Atau jangan-jangan lo amnesia ya? Lo nggak inget apa-apa?"

Hah. Revan menghela nafas berusaha untuk sabar. Gadis di depannya ini benar-benar membuatnya kesal.

"Nama gue Revan bukan Reval dan gue masih inget jelas kalo gue tadi kecelakaan sam- PAPA!!"

Revan baru ingat. Ia kecelakaan bersama sang papa. Jadi-

"Papa gue gimana? Dia baik-baik aja kan?" tanya Revan dengan wajah panik. Dia berharap tidak terjadi apa-apa dengan papanya itu.

"Papa? Lo mau ketemu sama papa? Papa baik-baik aja kok" Revan lagi lagi dibuat bingung oleh ucapan gadis itu. Papa siapa yang gadis itu maksud? Revan kan menanyakan papanya.

Namun belum sempat Revan membalas ucapan gadis itu, pintu kembali terbuka menampilkan dua orang berbeda gender dengan usia yang mungkin sama.

"Ya ampun Reval, kamu udah sadar? Bunda khawatir banget sama kamu" ucap salah satu diantara dua orang itu sambil berjalan ke arah Revan dan langsung memeluk pemuda itu erat.

Revan hanya diam. Ia kira wanita ini bisa menjawab kebingungannya, bukan malah membuatnya tambah kebingungan.

"Pa, tadi Reval nyariin papa" ucap gadis tadi membuat Revan langsung melepaskan pelukan wanita paruh baya yang menyebut dirinya bunda itu.

"Eh? Nyariin papa? Kenapa?" Revan memperhatikan pria paruh baya yang tadi datang bersama wanita yang tadi memeluknya.

Ia menatap pria itu bingung. Apakah papa yang dimaksud oleh gadis tadi adalah pria ini. Jika iya, jelas ini bukan papanya.

"Apaan sih, bukan dia yang gue maksud. Dia bukan papa gue. Papa gue itu yang tadi kecelakaan sama gue. Masa kalian nggak tau. Kalian kan yang nolongin gue?" ucap Revan.

Sekarang giliran tiga orang itu yang menatap bingung Revan. Terutama seorang pria paruh baya yang membelalakkan matanya, karena merasa tak diakui oleh anaknya sendiri.

"Reval kamu ngomong apa sih sayang? Dia kan papa. Papa kamu" ucap wanita paruh baya itu.

"Maaf ya tante, dia itu bukan papa saya. Saya itu tadi kecelakaan sama papa saya dan mungkin tante yang udah nolong saya, jadi saya ucapin terima kasih sama tante. Tapi sekarang tolong kasih tahu dimana papa saya? Saya mau liat kondisi papa saya" Revan berusaha menjelaskan kepada ketiga orang itu agar mereka mengerti jika Revan hanya ingin melihat papanya dan urusan mereka selesai. Sudah hanya itu yang Revan mau.

"Reval kamu kenapa? Apa yang sakit? Kamu tenang aja dokternya bentar lagi dateng kok. Kamu bilang sama bunda aja dulu mana yang sakit?" wanita itu terlihat panik saat anaknya berbicara dengan kata-kata yang tak dapat ia mengerti. Ia takut terjadi sesuatu dengan sang anak.

"Tante saya nggak pa-pa. Saya cuma mau tau kondisi papa saya" ucap Revan untuk yang kesekian kalinya.

Pintu lagi-lagi terbuka menampilkan seorang dokter lelaki dengan jas putih yang membungkus tubuhnya.

"Mohon menyingkir sebentar bu, biar saya yang memeriksa pasien" ucap dokter itu.

Wanita yang terus memanggil dirinya bunda itu menyingkir, membiarkan dokter memeriksa sang anak.

"Apakah ada yang sakit?" tanya dokter itu pada Revan.

Revan hanya menggeleng pelan, karena ia tak merasakan sakit apapun saat ini. Namun sedetik kemudian ia tersadar jika ia telah mengikuti alur ketiga orang itu.

"Dok, dokter pasti yang meriksa papa saya juga kan? Gimana keadaan papa saya dok?" ucapan Revan membuat sang dokter ikut-ikutan bingung seperti tiga orang sebelumnya yang mendapat pertanyaan serupa dari Revan.

"Papa kamu siapa? Bukankah beliau adalah papa kamu?" ucap dokter itu sambil menunjuk pria yang mengaku papa Revan tadi.

"Ish bukan dok. Papa saya itu namanya Dion. Dokter tadi meriksa orang yang namanya Dion kan? Itu papa saya dok. Jadi gimana keadaan dia dok?" Revan menatap dokter di depannya penuh harap. Jujur ia sudah lelah terus-menerus menanyakan tentang papanya namun tak ada satupun yang menjawab.

"Sebentar-sebentar, sebelum saya jawab pertanyaan kamu, kamu bisa kan jawab pertanyaan saya terlebih dahulu?" kata dokter itu. Setelah berpikir sejenak Revan akhirnya mengangguk mengiyakan tawaran sang dokter.

"Apa kamu ingat nama kamu?"

"Inget kok, nama saya Revan, Revan Sernando"

"Kamu ingat nama orang tua kamu?"

"Ya ingat lah dok saya kan bukan anak durhaka. Nama papa saya itu Dion terus nama mama saya Della"

"Kamu kenal sama mereka bertiga?"

"Enggak. Emang mereka siapa sih dok? Saya kira mereka yang udah nolongin saya sama papa saya"

"Kamu tahu nama Reval?"

"Reval sebenernya siapa sih dok? Daritadi kayaknya semua orang nyebut nama itu mulu"

"Hah, maaf sepertinya kamu butuh istirahat" ucap dokter itu mengakhiri sesi tanya-jawab dan dengan cepat menyuntikkan obat bius pada Revan.

"EH! Dok kok saya disuntik?"

"Dokter belum jawab pertanyaan saya loh"

"Gimana sih dok saya kok jadi ngantuk"

"Papa-"

Ucapan-ucapan Revan terhenti kala obat bius itu mulai bekerja. Perlahan matanya tertutup dan semua badannya terasa lemas seketika.

...****************...

Untuk kedua kalinya Revan membuka matanya di tempat yang sama. Bedanya kali ini tubuhnya masih terasa lemas. Ia ingat jika tadi seorang dokter menyuntiknya dengan obat bius. Mungkin karena efek obat bius nya masih ada jadi badannya terasa lemas.

"Reval kamu udah bangun nak?" Wanita tadi juga masih tetap berada di sini. Revan hanya mengangguk. Ia tak punya tenaga untuk menjawab lebih. Apalagi memperdebatkan hal yang sama seperti tadi.

"Reval, tadi dokter bilang kamu amnesia, jadi kamu nggak akan ingat apa-apa. Tapi nggak pa-pa bunda sama yang lain akan bantu kamu buat ingat lagi" ucap wanita itu.

"Bunda adalah bunda kamu, nama bunda Adel. Terus yang ini adalah papa kamu, namanya Faro. Dan yang terakhir adalah Reva, kakak kembar kamu"

Revan hanya diam saat wanita bernama Adel itu memperkenalkan dirinya beserta dua orang lainnya. Tiba-tiba Revan jadi berpikir, mungkinkan wajahnya dengan si Reval-Reval itu sama sehingga membuat mereka berpikir jika ia adalah Reval.

"Emm, tante boleh minta kaca nggak?" tanya Revan dengan suara serak.

Adel sempat menunjukkan raut kecewa ketika mendengar sang anak memanggilnya tante. Namun sedetik kemudian ia langsung tersenyum lembut dan memberikan sebuah cermin dari dalam tasnya.

Setelah mendapat cermin dari Adel, Revan langsung mengarahkan cermin itu ke arah wajahnya. Namun yang dilihatnya sekarang membuat Revan membelalakkan matanya.

"Lah? Wajah gue kok jadi gini?" yang Revan lihat di cermin bukanlah wajahnya yang dulu. Ia malah melihat wajah orang asing di sana.

"Oke, ulang-ulang" Revan berkali-kali membalikkan cermin dan melihat wajahnya lagi di cermin tapi hasilnya masih sama. Bayangan di cermin menunjukkan wajah orang yang sama sekali tak ia kenal.

Tanpa Revan sadari tiga orang lain yang berasa di sana sedari tadi tengah melihat apa yang dilakukannya. Mereka bertiga bingung atas apa yang Revan lakukan. Tapi sepertinya mereka tidak mempermasalahkan itu. Mereka berpikir mungkin Revan juga lupa wajahnya jadi dia melakukan hal itu.

"Reval bunda sama papa cari makan dulu ya? Kamu di sini sama Reva" ucap Faro tiba-tiba yang hanya dapat diangguki oleh sang istri.

Revan hanya diam. Ia masih memikirkan bagaimana ini bisa terjadi. Ini sangat tidak masuk akal.

Tapi Revan anak yang tidak memiliki teman. Jadi terkadang ia menghabiskan waktunya dengan membaca buku termasuk novel. Dan yang dialaminya ini, ia juga pernah membacanya walaupun situasinya berbeda.

"Ekhem. Pinjem hp lo dong" ucap Revan membuat Reva menatapnya.

"Buat apa?" tanya Reva.

"Yaudah kalo nggak boleh" ucap Revan. Tidak mungkin kan jika ia bilang jika ia ingin mencari informasi tentang kecelakaan yang ia alami. Mungkin saja kejadian itu masuk berita. Revan masih ingat jelas jika kecelakaan itu cukup besar.

"Ck, nih. Gitu aja ngambek" ucap Reva sambil menyerahkan benda pipih itu pada Revan.

"Siapa juga yang ngambek. Sandinya apa?" Revan menerima ponsel Reva dan langsung membukanya namun ternyata terdapat kata sandi yang harus ia masukkan.

"Nama lo" jawab Reva.

Revan segera mengetikkan namanya, tapi saat ia menekan tombol ok ternyata kata sandi yang ia masukkan salah. Sedetik kemudian Revan tersadar jika yang ia tulis adalah nama Revan bukan Reval. Dengan segera ia menghapus huruf n dan menggantinya dengan huruf l.

"Ngomong-ngomong nama lengkap gue siapa?" tanya Revan sambil mulai membaca berbagai berita-berita terbaru.

Bukan tanpa alasan ia menanyakan nama lengkap Reval. Ia sudah memutuskan jika mulai sekarang ia akan menjadi Reval bukan Revan.

"Reval Gishara" jawab Reva singkat.

Revan hanya mengangguk paham. "Nama depannya mirip sama nama gue" batinnya.

Namun sedetik kemudian ia terbelalak menyadari sesuatu.

"KENAPA NAMA BELAKANGNYA KAYAK NAMA CEWEK!!?"

1
زيتون مامة
aku juga pening. atau dlm 1 badan ada 2 jiwa
زيتون مامة
heran, budak2 itu tidak ditangkap
زيتون مامة
modus.
زيتون مامة
habis lah, sudah lupa penyelidikan bila sudah mula suka cewek
زيتون مامة
kenapa tidak ditangkap polisi ya, orang yang menculik reval. kalau lari pun boleh dicari
زيتون مامة
selidiki.. apa salahnya cerita kepada yang percaya
زيتون مامة
kenapa sulit mau selidik.. trskan saja. boleh bilang kawan kan
زيتون مامة
teruskan. ceritanya bagus.
OrdinaryGirl: iyaa makasihh
total 1 replies
Tini Timmy
modus apa bukan nih/Chuckle/
Tini Timmy
semangat nulis nya kakak/Smile/ iklan untuk mu
OrdinaryGirl: Iyaaa, makasihhh
total 1 replies
Tini Timmy
semangat nulis nya kakak
ceritanya bagus 😊
OrdinaryGirl: Iyaa makasihh
total 1 replies
Vikale5
Bagus banget ceritanya, thor jangan berhenti menulis ya!
OrdinaryGirl: siaapp
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!