NovelToon NovelToon
Salah Pilih

Salah Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: yu odah

mengabdi pada imamnya dengan sepenuh hati tetapi Justru derai air mata dan darah yang Inara terima.
Suami yang sangat ia cintai ternyata menghianatinya, hancur hati Inara mengetahuinya dan semakin membuatnya terpuruk saat kehancuran rumah tangganya ternyata ada campur tangan ibu mertuanya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu odah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memginginkannya

Setelah bersepeda sambil menahan pening di kepalanya akhirnya Inara sampai di halaman rumah besar Bu Endah.

Suasana sepi dan hening jika Pak lurah Edi mungkin sedang di kantor Desa lalu kemana bu Endah dan Elic, pikir Inara.

Inara pun masuk ke dalam rumah besar itu bermaksud mencari Sari untuk meminta obat pusing kepalanya.

"Sshh aaahhkk..."

Inara mengerutkan dahi kala mendengar erangan suara dari samping rumah, lalu ia melangkah perlahan menuju sumber suara, bukan takut tapi Inara cenderung trauma, karena penasaran akhirnya melihat adegan duapuluh satu plus plus di kamar sari.

Namun langkahnya terhenti kala melihat sosok Egi tengah duduk sambil mengusap lututnya yang sobek.

"Hah..Den ..kenapa kakinya Den!!" pekik Inara dengan nada tinggi.

"Blekok monyong ...ngagetin aja Lu" umpat Egi kesal.

"Kaki Den Egi kenapa?" ulang Inara sambil meraih lutut pemuda manis itu yang langsung membuat mata tajamnya melotot.

"Pelan napa....sakit nih" rengeknya manja.

"Iya kenapa...?"

"Noh ...siapa naruh galah sembarangan, lutut indahku jadi luka karena tersandung.

Inara tersenyum gemas, tingkah Egi manja bak seorang bocah yang sedang merajuk,tak sepadan dengan tubuhnya yang tinggi tegap.

"Tunggu sebentar saya ambil kotak obat dulu."

Inara tersenyum lega karena bisa menemukan kotak obat dan isinya pun cukup lengkap, termasuk obat sakit kepala yang ia butuhkan.

"Ck lama.." cicit Egi ketus.

Inara acuh pada sikap Egi, dengan telaten ia membersihkan lutut Egi yang sobek dan sedikit berdarah, beberapa kali pria tampan itu meringis menahan sakit namun Inara terap melanjutkan pengobatannya.

Ingin rasanya Egi mengumpat Inara namun perhatiannya justru terfokus pada warna biru samar di kening wanita cantik itu.

"Sudah Den ... Sudah saya tutup lukanya, kalau bisa jangan kena air dulu."

Egi hanya mengangguk patuh dan melihat Inara pergi kembali ke dapur.

Deru mesin mobil memasuki halaman, Endah turun di susul Sari.Namun wajah Endah tampak cemas membuat Egi penasaran.

"Ada apa Tan ..?"

"Ada satu belanjaan tante ketinggalan Gi..mana di dapur sudah habis persediaanya ,duh gimana ini."

"Biar aku aja yang ambil Tan...tapi nama Toko nya nggak tahu."

"Ayo sama aku aja" sela Elic.

"Ya ..tante minta tolong ya Gi...soalnya Tante mau langsung masak, dan oiya Lic sekalian mampir di kantor desa antar map ayahmu yang ketinggalan."

"Ya Bu ..."

Beruntung karyawan pihak toko masih menyimpan barang milik Endah hingga mereka tak perlu membelinya lagi.

Di kantor desa masih cukup sepi karena tak banyak warga yang mengurus data ke kantor desa tersebut.

Elic turun di ikuti Egi di belakangnya.

"Lu ngapa ikut turun?"tanya Elic.

"Ck..gue ingin lihat kantor desa ini" ucap Egi datar.

Seorang pria tampan berseragam coklat keluar dari ruangan dan melihat ke arah Elic dan Egi.

"Selamat pagi mas Rusdi...saya mau antar map Ayah yang ketinggalan."

"Oiya Mbak Elic, Pak Edi kebetulan baru berangkat ke rumah warga yang mendapat perbaikan rumah dari pusat, nanti saya akan serahkan pada Pak lurah" jawab Rusdi ramah.

"Terima kasih Mas Rusdi kami langsung pamit kalau begitu."

"Ya Mbak ..hati-hati di jalan."

Elic dan Egi kembali masuk ke mobil setelah menyerahkan map.

"Ck ..ganteng juga pegawai desa ini" cicit Egi.

"Dia suami Inara"jelas Elic singkat.

Egi tersenyum masam, ia hanya memastikan jika yang di lihatnya bersama Inara kemarin adalah pria tersebut, sungguh ia tak menduga akan berpapasan dengan suami dari Inara yang tak lain pria yang ia serempet motornya karena tengah melamun, untung saja Rusdi tak melihat wajahnya dan saat ini ia membawa mobil lain milik Endah.

Elic langsung keluar setelah Egi langsung memarkirkan mobil.

"Bu ini belanjaannya."

"Taruh di meja Lic...ibu sedang mendata balita stunting dengan Inara."

Elic menaruh plasti di atas meja namun matanya tertarik pada bungkusan obat sakit kepala yang sudah kosong.

"Lu sakit kepala?" tanya Elic pada Egi dan di balas gelengan kepala.

"Lalu bekas obat siapa ini?" tanya Elic penasaran sedangkan sang ibu tak pernah meminum obat warung.

"Sari mungkin?" ujar Egi.

"Ah mbak Sari bukan obat ini, biasanya dia pake obat pusing yang bungkusnya biru langit."

Mata Egi beralih ke Inara, mungkinkah Inara pusing karena warna biru di keningnya, batinnya.

Elic mengedikkan bahu lalu kembali ke kamarnya, ada satu tugas mata kuliah yang belum ia selesaikan.

Endah kini fokus pada masakan dan kue yang sudah mereka masak untuk di bagikan pada para balita di desa, ia memandang Inara dengan bangga sambil mengacungkan dua jempolnya.

"Kamu memang luar biasa Na, dengan keahlianmu memasak kau bisa membangun sebuah rumah makan Na"puji Endah bangga.

"Ah ibu bisa aja...ini kan ibu juga yang masak."

"Nggak Na..kamu yang meracik semuanya Ibu hanya mendampingi saja."

Inara tersenyum senang, melihat Endah puas dengan hasil kerjanya membuat Inara bahagia.

"Hmm....harumnya, masak apa Inara Bu?" Elic keluar kamar setelah perutnya merasa keroncongan.

"Ayo kita makan sama-sama, tolong panggil Egi Na."

"Baik Bu.."

Tok tok tok.

"Den ..Den Egi, bangun makan dulu."

Inara menyiapkan piring dan gelas di meja makan, sementara Elic sudah duduk dengan air liur seakan penuh di mulutnya.

"Kalian makan dulu, ibu mau ke kantor desa antar kue ini untuk di bagikan" ucap Endah.

Elis dan Egi mulai makan dengan lahap sedang Inara kembali ke dapur.

"Inara pinter banget masaknya, benar kan Gi ...enak masakan dia?"tanya Elic pada sepupunya dan di balas anggukan kepala setuju.

"Sayang ..."Cicit Elic menggantung.

"Sayang apa Lic?"

"Sayang ...dia gagal jadi kakak ipar gue."

"Uhukk uhukkk..."

Elic panik dan spontan mengulurkan segelas minuman miliknya pada Egi yang sedang terbatuk.

Glek glek glek.

Egi mengambil nafas panjang lalu memandang Elic.

"Gue nggak salah dengar kan?" Egi memastikan kalau ia memang tak ada yang salah dengan rungu nya.

"Heum ...wanita yang membuat hati bang Ibnu patah hati adalah dia..."bisik Elic lirih sambil menunjuk Inara dengan dagunya.

Sementara itu di rumah luas nan megah di mana Rusdi tengah fokus mengajar Kelvin.Pria tampan itu sesekali melirik ke arah ruang dalam karena Kesya selalu mengerjapkan mata ke arahnya isyarat agar Rusdi mendekat, namun pria yang sudah membuatnya mabuk kepayang itu tampak acuh membuat Kesya kesal.

"Pak Rusdi ..saya minta tolong kran di dalam rusak, bisakah pak Rusdi memasangkan yang baru"rengek Kesya.

"E m maaf Bu ..saya sedang ngajar Kelvin" tolak Rusdi halus.

"Kelvin..nak, ibu pinjam Pak Rusdi sebentar ya"bujuk Kesya.

"Ya Bu ..."

Kesya berjingkat girang lalu masuk ke dalam dengan semangat,Rusdi akhirnya mengekor Kesya,meski enggan tapi ia tak bisa menolak ajakan Kesya, bisa hilang sumber pendapatan besarnya jika kemauan wanita itu ia tolak.

"Bu..Bu Kesya"panggil Rusdi di samping kamar mandi.

Rusdi memindai ruangan karena Kesya ternyata sudah menghilang

"Di sini Pak Rusdi" suara Kesya di kamar mandi dapur.

Rusdi menghela nafas lega karena semula ia pikir Kesya hanya membohonginya dan akal kran rusak hanya akal saja.

Namun instingnya ternyata memang tidak salah karena tiba-tiba wanita bertubuh sexy itu sudah meloncat dan memeluknya dengan erat.

"Pak Rus...ayo kita lakukan lagi, semalam aku nggak bisa tidur karena pak Rusdi" rengek lirih Kesya dengan wajah hampir menempel di wajah Rusdi.

"Eh am..bu ..Bu ada Kelvin Bu ..jangan."

"Ah..nggak bakal tahu Kelvin sedang kerjain tugas di taman Pak Rus..ayolah sebentar saja"Kesya tak hanya merengek manja, tangan nakalnya pun sudah memulai aksinya, ia sudah hapal titik kelemahan Rusdi yaitu dua puncak dadanya.

"Bu ..jangan Bu ..nanti kalau Kelvin cari saya gimana?"tanya Rusdi dengan wajah mulai me merah karena trik Kesya sangatlah jitu.

"Sebentar saja Pak Rus...lihatlah adikmu pun sudah sangat mengeras Pak"ujar Kesya sambil mengerlingkan mata ke bagian bawah Rusdi.

Rusdi tak bisa menolak kala Kesya menuntun tangan Rusdi untuk masuk ke dalam baju atasannya.

Hati dan pikiran menolak namun berbeda dengan raksi tubuh Rusdi, kini tangannya dengan leluasa bergerak liar meremas dua gunung kenyal Kesya, rintihan wanita yang haus kasih sayang itu pun lolos dengan tubuh menggeliat bak cacing kepanasan.

"Ayo lah Pak..sebentar saja, pasti Pak Rusdi juga menginginkannya kan?

1
Holipah
Inara tolol suami penyakit masih mau aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!