NovelToon NovelToon
Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Pengganti
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hany Honey

“Apa yang ingin kau katakan, Fe?” tanya Arina.
“Bismillah, aku ingin kau menjadi adik maduku, Rin. Aku mohon menikahlah dengan Mas Rafif,” pinta Felisa..
"Tidak, Fe. Aku tidak bisa!" tolak Arina.
"Aku tidak akan menikah lagi, Fe! Dengan siapa pun itu!" tolak Rafif.
Felisa ingin suaminya menikahi sahabatnya, yang tak lain adalah mantan kekasih suaminya. Namun, Rafif menolaknya. Apa pun keadaan Felisa sekarang, dia tidak mau menikah lagi, meskipun dengan mantan kekasih yang dulu sangat ia cintai.
Namun pada akhirnya, Rafif menyerah, dan dia bersedia menikahi Arina, mantan kekasihnya dulu yang tak lain sahabat Istrinya sekaligus Dokter yang menangani istrinya.
Rafii sudah memberikan semua cinta dan kasih sayangnya hanya untuk Felisa. Cinta itu tetap abadi untuk Felisa, meski pada akhirnya Felisa pergi untuk selamanya. Akankah Rafif bisa mencintai Arina, yang sudah rela mengabdikan dirinya untuk menjadi istrinya sekaligus ibu sambung dari anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2 : Sekilas Tentang Masa Lalu

Arina masuk ke ruangannya. Dia tidak menyangka akan bertemu lagi mantan kekasihnya dulu sewaktu kuliah. Dan sekarang dia adalah suami dari sahabatnya semasa kuliah. Yang tak lain adalah pasiennya saat ini.

Arina menopan dagu dengan satu tangannya sambil tangan satunya menyeka terus air matanya yang berjatuhan. Ia menangis karena melihat keadaan sahabat yang selama ini ia rindukan, juga karena mengingat semua tentang Rafif dulu. Tidak ia sangka Rafif menikahi sahabatnya itu.

Entah ini kesengajaan atau ini adalah cara Tuhan mempertemukan mereka yang sebetulnya sama-sama saling merindukan, atau apa mereka tidak tahu. Felisa benar-benar merindukan sabahatnya yang tak lain adalah Arina, kini dipertemukan kembali dalam keadaan seperti ini, begitu juga Arina, ia merindukan Felisa, juga masih merindukan mantan kekasihnya yang sekarang menjadi suami dari Felisa. Dan, Rafif, meski ia telah mengubur dalam-dalam nama Arina, dan melupakan cintanya, namun terkadang ia masih teringat akan Arina yang sudah ia patahkan hatinya.

“Ya Allah ... Kenapa harus bertemu dengannya lagi? Kenapa setelah sekian ratusan ribu purnama tidak lagi bertemu dia, sekarang dipertemukan dalam keadaan begini? Bertahun-tahun aku berusaha melupakannya, dan setelah usaha untuk melupakannya berhasil, aku dipertemukan lagi dengannya, yang sekarang dia sudah menjadi suami dari sahabatku. Inikah yang dibilang dunia ini selebar daun kelor?” batin Arina.

Dengan mata berkaca-kaca Arina mengingat kejadian yang menyakitkan saat itu, ketika dia harus rela berpisah dengan Rafif karena Rafif dijodohkan oleh orang tuanya.

“Aku tidak bisa melawan ummik dan abah, Rin. Aku harus menikahi wanita pilihannya.”

“Kamu yakin, Raf? Kamu tidak tahu dia siapa, kamu juga tidak mencintainya, kan?”

“Rin, aku bisa menikah tanpa cinta, yang tidak aku bisa adalah, mengecewakan ummik dan abah, Rin.”

“Kenapa kamu baru bilang mau dijodohkan, Raf?”

“Ummik baru bilang kemarin saat aku pulang, Rin. Padahal tujuanku pulang aku mau bilang ke ummik dan abah, kalau aku sudah memiliki calon, yaitu kamu. Tapi, ummik dan abah langsung membahas perjodohan dan hari itu juga kami ke tempat keluarga perempuan yang akan dijodohkan denganku, ummik dan abah bilang, meskipun aku memiliki kekasih, ummik dan abah tidak bisa menerimanya, karena ummik dan abah sudah kadung janji dengan orang tua perempuan itu.”

Sepintas Arina mengingat kejadian dulu, saat terakhir kalinya dia bertemu Rafif, saat Rafif memutuskannya, karena saat itu, dalam waktu dekat Rafif juga akan menikahi perempuan yang dijodohkan orang tuanya.

Felisa, putri bungsu dari pemilik sebuah pondok pesantren, yang akan dinikahi Rafif saat itu, yang tak lain adalah sahabat Arina saat SMA.

“Ya Allah ... Apa aku bisa mengemban tugas ini, untuk menangani pasienku, yang tak lain adalah sahabatku, dan istri dari mantan kekasihku?” batin Arina.

^^^

Rafif juga tidak menyangka akan bertemu dengan Arina lagi. Perempuan yang dulu ia tinggalkan, karena dia telah dijodohkan dengan Felisa saat itu. Rafif tidak bisa menolak perjodohan itu, dia tidak ingin mengecewakan ummik dan abahnya. Ia menerima perjodohan itu dengan ikhlas, dan mencoba menerima Felisa, juga mencoba mencintainya.

Melupakan Arina memang begitu berat, tapi ia sadar, memaksakan untuk bersama Arina juga akan memberatkan hidupnya, karena dia harus menentang kedua orang tuanya. Rafif tidak ingin mengecewakan orang tuanya. Dia berusaha ikhlas menerima perjodohan itu. Dan berusaha sekuat hati untuk mencintai Felisa.

Hingga pada akhirnya, Rafif benar-benar jatuh cinta pada Felisa setelah beberapa bulan memantapkan hatinya untuk mencintai Felisa. Di tahun kedua benih cinta yang tulus dari hati Rafif tumbuh dengan sempurna untuk mencintai Felisa. Rafif merasakan cinta yang begitu tulus dari Felisa, perempuan cantik, berhati lembut, dan dia adalah panutan para santri perempuan, dia sosok perempuan hebat, perempuan yang pantang menyerah. Buktinya dalam keadaan sakit yang seperti ini, Felisa juga tidak mau menyerah untuk mempertahankan buah hatinya, meski itu menyakiti dirinya bahkan membahayakan nyawanya.

Yang Rafif tidak habis pikir, kenapa dokter yang menangani Felisa adalah Arina, sekaligus sahabat Felisa saat mereka di MA.

“Kenapa harus bertemu lagi di saat seperti ini? Kenapa dia dokternya? Dan kenapa pula dia sahabat Felisa?” batin Rafif.

Felisa melihat suaminya diam dari tadi, selepas berkenalan dengan Arina. Felisa yakin ada yang Rafif sembunyikan, pulang dari seminar lalu bertemu dengan Arina wajahnya seperti itu.

“Mas, kenapa? Kok dari tadi diam saja?” Tanya Felisa.

“Fe, aku takut, aku takut kamu kenapa-napa, Fe. Kamu nurut saran dokter Ramlan ya, Fe? Aku tidak masalah aku tidak memiliki anak, Fe. Yang penting kamu sembuh, kamu sehat kembali, sebelum sel kanker itu menjalar, turuti apa saran Dokter Ramlan saja ya, Fe?” ucap Rafif dengan raut wajah ketakutan.

“Tidak, Mas. Aku harus mempertahankan anak ini, aku ingin kamu memiliki keturunan, Mas. Bayi ini laki-laki, Mas. Lagi pula dokter yang menanganiku sahabatku, Mas,” tolak Felisa.

“Justru itu, aku takut, Fe. Aku tidak mau dia yang menanganinya, aku yakin lebih baik Dokter Ramlan daripada Dokter Arina,” ujar Rafif.

“Jangan begitu bilangnya, dia dokter terkenal di sini, juga dokter terbaik di sini, Mas. Mas berdoa, ya? Semoga semua baik-baik saja. Aku butuh mas, untuk mendampingiku, mensupport aku, dan aku juga butuh doa terbaik darimu, Mas,” ucap Felisa

“Tapi dia mantan kekasihku, Fe. Aku tidak ingin dia yang menanganimu,” batin Rafif.

^^^

Hari ini hari pemeriksaan pertama Felisa ditangani Arina. Pagi-pagi, sebelum Arina menangani pasien lain, dia ke ruangan Felisa terlebih dahulu bersama asistennya dan dua orang perawat lainnya.

“Pagi Bu Felisa ....” sapa Arina.

“Pagi juga, Dok?” jawab Felisa.

“Rasanya aneh, ya?” ucap Arina dan Felisa bersama dengan terkekah. Melihat itu Rafif pun ikut tersenyum bahagia, karena dari kemarin Felisa jarang tertawa/

“Iya aku panggil kamu, Bu,”

“Dan, aku panggil kamu, Dok,” lanjut Felisa dengan terkekeh.

“Dunia ini sempit ya, Fe? Kita bertemu lagi di sini,” ucap Arina.

“Dan, dalam keadaan aku yang tidak berdaya seperti ini, Rin,” desah Felisa tidak semangat.

“Kamu harus tetap semangat, Fe. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk kamu,” ucap Arina.

“Terima kasih ya, Rin?”  ucap Felisa.

Arina memeriksa keadaan Felisa pagi ini. Nanti setelah Arina juga akan ada Dokter kandungan yang akan mengecek keadaan bayinya.

“Sarapannya sudah dihabiskan, kan?” tanya Felisa.

“Sudah, Rin ....” Jawab Felisa.

“Ya sudah jangan lupa obatnya diminum, aku permisi dulu ya, Fe? Nanti siang aku akan pantau lagi keadaanmu,” ucap Arina.

“Iya terima kasih, Rin.”

“Ya sudah aku pamit,” ucapnya pada Felisa. “Mari Pak Rafif, saya menemui pasien lainnya dulu. Jangan lupa obatnya Felisa,” pamit Arina pada Rafif.

“Iya Dok, terima kasih.” Jawab Rafif dengan mimik wajah yang gugup

Arina keluar dari ruangan Felisa. Sebetulnya dia masih belum sanggup bertemu Rafif. Tapi mau bagaimana lagi? Demi sahabatnya yang sekarang menjadi tanggung jawabnya.

1
Irmha febyollah
KA novel nya di lanjut apa gak kak. kok udh lama gk update
Nety Dina Andriyani
bagus
Nety Dina Andriyani
lanjut kakakkkkk
afaj
woii jgn lama lama woi anak kalian nangis nungguin woh
Uswatul Khasana
lanjut
afaj
🥵🥵
afaj
iya marahin mak
afaj
🥹🥹🥹🥹
Diyah Pamungkas Sari
pisah aja dulu nikah sm yg mencintai tulus. jengkel aq klo prmpuan cm d jdikan pengasuh. apaan
اختی وحی
knp up lma bnget
uchee
💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼 buat up nyaa
afaj
iya takut kan lu wkkwkwkwkw
Irmha febyollah
kk kalo update jgn lama2.
Reny Dwiseptianingsih
kak up nya jangan lama lama donk..kan jadi penasaran jalan critanya😊
Uswatul Khasana
lanjut
Irmha febyollah
tinggal kan sajalah laki2 kek gtu. untuk apa nungguin nya. laki2 kurang bersyukur.
afaj
mla bgt ngelihatnya
uchee
next
afaj
knp ceitra yg atu g ada lg ya
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
total 3 replies
Uswatul Khasana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!