Gisel mendapatkan ide gila dari keluarganya, yaitu untuk memb*nuh Evan—suaminya. Karena dengan begitu, dia akan terbebas dari ikatan pernikahannya.
Mereka bahkan bersedia untuk ikut serta membantu Gisel, dengan berbagai cara.
Apakah Gisel mampu menjalankan rencana tersebut? Yuk, ikuti kisahnya sekarang juga!
Jangan lupa follow Author di NT dan di Instaagram @rossy_dildara, ya! Biar nggak ketinggalan info terbaru. Sarangheo ❣️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossy Dildara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 2
"Sayang ... kamu kok lama?"
Suara Evan tiba-tiba membuat Gisel terkejut, hampir saja gelas yang ada di tangannya terjatuh. Dia segera menoleh, berusaha menyembunyikan botol racun yang ada di dalam tasnya. Evan mendekat, dengan handuk tergantung di pinggangnya. Tubuhnya masih basah dan rambutnya terlihat berantakan.
"Kamu lagi ngapain sih, Yang? Katanya bentar doang teleponnya, kok sampai aku udahan mandinya?"
"Maaf, Bang. Tadi selesai telepon aku nunggu pelayan datang. Aku sengaja pesan minuman ini buat Abang, karena Abang pasti haus 'kan selesai mandi." Gisel menyodorkan gelas yang ada di tangannya, sambil tersenyum hangat berharap Evan langsung meminumnya.
"Minuman apa ini, Sayang?" Evan mengambil gelas tersebut, lalu memerhatikan isinya.
"Itu jus mangga, Bang. Seger banget. Aku juga udah minum sedikit punyaku." Gisel menunjuk ke gelas jus lain yang ada di atas nakas.
"Buat kamu aja deh, Yang. Aku nggak mau." Evan menggeleng, lalu mengembalikan gelas itu kepada Gisel. Namun, Gisel menolak untuk menerimanya.
"Kok nggak mau? Kenapa? Aku udah pesan lho, buat Abang. Spesial." Gisel mengernyit kesal. Jelas sekali dia kecewa, karena jika Evan tidak meminumnya, rencananya untuk meracuninya akan gagal.
"Aku kalau habis minum jus mangga suka gatel-gatel, Yang. Kayak alergi gitu." Evan perlahan duduk di kasur, menyibak rambutnya ke belakang.
"Mana ada orang alergi jus mangga. Abang nggak usah ngawur deh."
"Benar, Sayang. Buat apa juga aku bohong sih."
"Ya udah buktiin dong. Coba minum dulu itu, gatel-gatel apa nggak." Gisel berusaha merayu.
"Nggak mau ah, Yang," tolak Evan. "Kalau udah gatel-gatel kayak gitu lama sembuhnya, sementara besok aku 'kan harus kerja. Bisa-bisa kena semprot nanti sama Pak Yahya kalau aku izin nggak masuk kerja."
Rupanya cukup sulit juga merayu Evan. Gisel harus memutar ide di dalam otaknya.
"Ah Abang ini nggak asik orangnya! Padahal Abang kerja juga bukan kerja kantoran, lebay banget sih. Pokoknya aku nggak mau tau ... Abang harus minum jus itu kalau nggak mau aku marah!" teriak Gisel, lalu berlari masuk ke dalam kamar mandi dan membanting pintu.
Brak!!
Mungkin dengan mengancamnya, pria itu akan luluh kepadanya.
Evan merasa terkejut dengan tindakan tiba-tiba Gisel yang penuh emosi. Aneh juga, bagaimana hanya karena masalah jus mangga saja dia bisa marah sedemikian rupa.
"Ada apa dengannya? Masa cuma masalah jus doang marah," pikir Evan sambil memandang gelas jus yang masih ada di tangannya.
*
*
"Sial!" umpat Gisel di dalam kamar mandi. Namun, cepat-cepat dia menutup bibirnya, khawatir suaranya akan terdengar sampai luar. 'Bangsaaat emang si Evan ini! Bisa-bisanya dia menolak untuk meminum jus! Pakai alasan alergi segala lagi. Bohong banget!' batinnya penuh emosi.
Setelah selesai mandi dan memakai baju tidur, Gisel keluar dari kamar mandi.
Pandangan matanya langsung mencari-cari keberadaan jus, dua gelas itu kini ada di atas nakas. Dan salah satunya kosong.
'Kosong?? Apa si Evan meminumnya?' Gisel langsung menatap Evan yang berada di atas kasur. Pria itu terlihat memakai kolor pendek, tapi matanya terpejam.
'Apa dia sudah keracunan? Apa tandanya dia sudah mati sekarang?' batin Gisel. Rasa penasarannya membuat dia melangkah ke arah Evan.
Demi memastikan pria itu masih bernapas atau tidak, Gisel mendekatkan jari telunjuknya ke hidung Evan.
Namun, secara tiba-tiba, Evan langsung terbangun dan muntah-muntah.
"Uuuekkk! Uuueekk!!"
Seluruh makanan dan minuman yang berada diperutnya berhasil keluar. Melihat itu, Gisel justru tersenyum puas. Yakin bahwa efek racun itu sedang bereaksi.
"Uuueekk! Uueeeek!"
'Sebentar lagi, sebentar lagi dia akan mati.'
"Yaaaang ... tolong bantu aku ke rumah sakit, perutku sakit sekali rasanyaaaa ...." Evan mengerang kesakitan, sambil meremmas perutnya. Dia juga menatap istrinya yang sejak tadi berdiri diam, tak merespon apa-apa. "Yaaang ... kenapa kamu justru diam saja? Perutku sa—" Ucapan Evan seketika terputus, disaat dirinya jatuh ke lantai dengan tak sadarkan diri.
Brukk!!
...Waduuuhh Bang Evan 😢...
jadikan ini sebuah pelajaran berharga didalam kehidupan bang evan, ternyata berumah tangga itu butuh ketulusan hati, cinta dan kepercayaan, jika didasari dengan kebohongan apalagi sampai ingin melenyapkan itu sudah keterlaluan
buat kak Rossy semangat 💪, jujur aku suka ceritanya kak, seru buatku, malah selalu nunggu up tiap hari
alurnya itu unik dan bikin penasaran cuman pas up pendek banget thor🥲
sabar bang Evan masih ada Risma yang setia menunggu
jangan cepat ditamatin 😭