Memperhatikan cerita kehidupan seseorang yang sedikit berbeda, membuat wanita cantik bernama Nining tertarik akan sebuah masalah kehidupan Ustadznya.
Nining berniat mengajak Ustadznya menikah hanya sebuah gosipan.
Berhasil dan si lelaki menyetujui, apa yang akan di lakukan Nining selanjutnya saat setelah menikah dengan Ustadznya yang bernama Ilham?
Akankah nantinya Nining menyesal telah mengajak menikah Ilham?
Mari kita saksikan kisahnya hanya di aplikasi noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 02
"Assalamualaikum Gus." Nining mendekati Ilham.
"Waalaikumsalam." jawab Ilham masihnya memperhatikan kertas di tangannya. Ia memang suka berbicara dengan pandangannya ke arah lain saat bersama dengan lawan jenis.
"Gus nikah yuk. Besok aku sudah lulus sekolah dan akan mengikuti acara haflah akhirussanah." ajak Nining tanpa basa-basi lagi. Lebih cepat lebih baik pikirnya.
Ilham terdiam saat sedari tadi sibuk dengan aktivitasnya. Tidak begitu lama ia kembali melanjutkan pekerjaannya. "Mas kawin ku perlengkapan alat shalat, uang maharnya sepuluh juta. Oh kita harus memiliki tempat tinggal. Jadi kamu juga harus menyerahkan itu pada ku." jawab Ilham membuat Nining kebingungan.
"Enggak kebalik ya Gus? Perasaan yang aku tau itu, perempuan yang meminta yang kayak begituan."
"Kamu yang mengajak ku menikah. Jadi kamu yang memberikannya."
'Kalau di pikir-pikir kok semakin aneh ya. Tapi aku pernah si baca buku tentang adat istiadat suatu suku yang mahar dan mas kawinnya dari pihak wanita.' Nining bertarung dalam pemikirannya.
"Kalau begitu tunggu aku Gus. Aku besok akan mulai mengadakan acara perpisahan. Terus aku akan pergi kuliah sekitar empat tahun. Terus aku akan melanjutkan bisnis keluarga dan mengumpulkan uang untuk menikahi mu Gus." Nining yakin itulah ide yang sangat bagus.
"Keburu tua aku menunggu mu. Siapa nama mu?"
Nining mengantur nafasnya. Sudah enam tahun ia berada di pesantren tapi Ilham tidak mengenalinya. Bahkan Nining sendiri sering di hukum setiap mata pelajaran Ilham. Belum kalau Nining terlambat hadir untuk sholat tahajud malam. Hukumannya bukan saja membersihkan kamar mandi, bahkan ia harus membersihkan masjid sendirian.
"Nining Maida. Masa Gus begitu cepat melupakan anak murid yang selalu menjadi nomor satu hebatnya. Belum juga aku pulang ke rumah Gus. Rasanya begitu tega anda melupakan saya yang banyak berjasa ini."
Ilham menahan tawa mendengar jawaban anak muridnya itu.
'Kenapa harus di tahan sih Gus? Keluarkan aja. Aku juga penasaran bagaimana gaya mu tertawa.' Nining geregetan dengan reaksi Ilham.
"Hebat dalam membuat masalah." gumam Ilham. "Setau ku orang tua mu itu juragan kebun teh di kampung sebelah. Kamu bisa meminta pada orang tua mu untuk memberikan itu semua. Jika kamu benar-benar mau mengajak ku menikah."
Nining tidak mau menyusahkan dan meminta pada kedua orang tuanya terus menerus. Mana uang yang harus ia bayar terlihat banyak sekali. "Aku enggak bisa Gus. Aku yang mengajak mu menikah. Maka aku akan bertanggung jawab agar bisa melaksanakan ibadah ku secara mandiri. Nanti pahalanya bagi dua dong Gus sama orang tua ku kalau mereka ikut campur. Rugilah aku Gus."
Ilham kembali menahan tawanya, sedari tadi matanya hanya tertuju pada kertas di hadapannya itu. Rasanya Nining ingin berkata bahwa ia ada samping Ilham bukan di atas meja. 'Sabar Ning, sabar.'
"Iya sudah kalau begitu kamu berhutang pada ku saja. Setelah kamu sudah mampu membayarnya kamu harus bayar hutang itu."
Nining terkejut atas persetujuan Ilham dan sempat-sempatnya meminjamkan uang. Nining merasa semakin ada yang aneh. 'Ah sudahlah aku jamin kok bisa membayarnya setelah lulus kuliah dan bekerja.'
"Baiklah Gus aku setuju. Setelah menikah aku akan kuliah dan bekerja. Aku yakin aku bisa membayar hutang ku pada mu." yakinnya Nining dengan sangat percaya diri.
"Kalau begitu. Bawalah orang tua mu ke rumah ku nanti malam sehabis shalat isya, kita akan mengadakan pernikahan."
'Loh kok cepet banget ya?' Nining rasa hal itu kecepatan.
"Lebih cepat lebih baik. Kita di jauhkan dari kata perzinahan. Agama kita sangat menentang akan hal itu. Sekarang pergilah sebelum orang-orang menuduh kita berzinah di sini. Aku tunggu di rumah. Jika kamu melanggar, aku akan menahan mu di pesantren selama satu tahun. Supaya kamu bisa mendalami mata pelajaran khusus untuk orang yang berbuat al-kadzibu."
"Dimana sikap sengaja untuk mengatakan sesuatu yang tidak benar dengan tujuan memperoleh keuntungan. Termasuk kamu berbohong itu juga merupakan akhlak madzmumah, akhlak tercela. Kita tidak layak seorang muslim melakukan kebohongan. Seorang muslim itu harus menjunjung tinggi kejujuran. Perilaku suka berbohong merupakan salah satu ciri di antara ciri orang-orang munafik. Jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanat dia khianat. Kamu mengertikan Ning?"
'Panjang baget kalau Gus sudah berfatwa.' "I-iya Gus. Aku juga mau pulang dulu ke rumah mau minta izin sama papa dan mama."
"Enggak perlu. Nanti aku yang akan mewakilkan mu ke sana sekalian mau belanja keperluan pernikahan kita. Kamu datang aja selesai sholat isya ke rumah ku." perintah Ilham dengan cepat dan mempermudah semuanya.
"Oh begitu ya Gus. Tapi kalau misal mama sama papa enggak merestui bilang aja anaknya sudah banyak berhutang. Kalau enggak menikah maka akan di hukum."
Ilham mengangguk tanpa ia menjawab.
"Kalau begitu aku permisi Gus mau lanjut healing dulu sebelum perpisahan besok."
Ilham kembali mengangguk tanpa menjawab.
'Irit banget kalau ngomong sama lawan jenis. Dah masa bodohlah aku pergi aja.' Nining segera meninggalkan Ilham yang tidak kunjung bersuara.
"Assalamualaikum." ucap Ilham saat Nining menjauhinya.
Nining berhenti dengan ia sadar bahwa belum mengucapkan salam. "Waalaikumsalam Gus." balas Nining dengan melihat Ilham sebentar dan kembali melangkahkan kakinya untuk pergi keluar ruangan.