NovelToon NovelToon
Getaran Cinta

Getaran Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: KENZIE 7 store PONOROGO

Raline dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya demi baktinya pada orang tua. Konflik muncul setelah Raline bisa menerima dan mulai mencintai suaminya. Perselisihan dengan mertua dan ipar serta mantan Raline pun hadir.

Akankah pernikahan mereka yang diawali dengan perjodohan dapat berjalan dan berakhir bahagia?

.....

Season 2...
Ini menceritakan kisah Halin, putra dari Raline dan Devan. Diselingkuhi saat ingin merayakan anniversary. Mana yang lebih sakit lagi?

Halin pun dikirim untuk melanjutkan sekolah bisnis ke negara Belanda. Lima tahun kemudian dia pulang ke tanah air dan menjadi sosok yang semakin dewasa juga berkharisma.

Setelah sukses, apakah sang mantan akan menyesal? Dapatkah Halin menemukan kebahagiaannya?

.....

Hai kak, ini karya pertama saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam hangat

Salam dari Ponorogo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KENZIE 7 store PONOROGO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kepergian Alan

Setelah kepergian Alan, Raline pun masuk ke dalam rumah dengan lemas. Tampak kedua orang tuanya masih duduk diruang tamu seakan mereka tengah menunggu Raline.

"Duduk dulu Nak. " Ucap Pramudya lembut.

Raline pun menurut. Duduk berhadapan dengan orang tuanya. Dia menunggu apa yang akan ayahnya katakan. Raline sudah siap menerima apapun keputusan ayahnya.

"Apa kamu mencintai pemuda tadi?" Tanya Pramudya.

Raline tidak mampu menjawab. Dia hanya diam sambil menunduk kepalanya.

"Jawablah sayang. " Kini giliran Lestari yang bicara.

"Iya Ayah. " Jawab Raline lirih.

"Kalau Ayah tidak merestui kalian apa yang akan kamu lakukan, Nak? "

Hening.

"Dengarkan ayah, Nak. Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu. Semua yang ayah lakukan untuk kebahagiaanmu, Sayang. " Terang Pramudya pada Raline. Berharap putrinya paham dengan keputusannya.

"Tapi Raline bahagia bersama A' Alan Yah. " Jawab Raline sambil terus menundukkan kepala tidak berani menatap orang tuanya.

"Ayah tahu. Tapi tidak dengan dia, Nak. Tidak ada yang bisa diharapkan dari laki-laki seperti dia. Tolong turuti Ayah. "

Raline tampak berfikir. Jika memang ini yang terbaik untuknya, maka dia pun harus ikhlas melepas Alan dan menuruti ayahnya. Bagi Raline, restu orang tua sangat berarti.

"Baiklah Yah. Raline akan menurut apa kata Ayah.

" Itu baru putri Ayah. Baiklah, sekarang sebaiknya kamu istirahat. Besok Ayah ajak bertemu seseorang. " Titah Pramudya akhirnya.

Raline pun berjalan pergi meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya. Tak lupa dia mengunci pintu kamar supaya ayah atau ibunya tidak bisa masuk. Di dalam kamar dia pun menangis sejadinya.

Ingin rasanya lari menemui Alan. Memeluk erat kekasihnya itu dan meluapkan semua kesedihan hatinya. Tetapi, apalah daya. Raline tidak mampu melakukannya.

'Apa yang harus aku lakukan agar besok bisa menemui A'a dan ibunya.' Raline terus memikirkan cara untuk bisa bertemu ibunya Alan.

Disela-sela tangisnya, dia menemukan ide. "Hanya satu orang yang bisa aku mintai bantuan. Ajeng. " Gumam Raline. Tanpa buang waktu Raline pun menghubungi Ajeng.

"Besok temani aku beli baju ya Jeng. " Tentu ini hanya siasat Raline.

"Baiklah cintaku. Jam berapa aku jemput? " Tanya Ajeng tanpa curiga sedikit pun.

"Jam sembilan. Jangan sampai telat. "

Akhirnya, Raline pun bisa tenang sambil memikirkan bagaimana caranya memberitahu Ajeng yang sebenarnya. "Biarlah, besok saja dijalan aku jelaskan. "

Tak terasa Raline pun tertidur karena sudah sangat lelah dan mengantuk. Dia tidak sabar menunggu hari esok.

🌻🌻🌻

Pagi itu, Raline bangun dengan kondisi yang sedikit berantakan. Matanya bengkak karena semalaman dia menangis.

Raline pun turun kebawah setelah selesai membersihkan badannya. Dia bergabung dengan orang tuanya untuk melakukan sarapan.

Lestari yang melihat Raline datang pun tersenyum. "Selamat pagi Sayang. Apakah semalam tidurmu nyenyak? "

"Pagi Bun. " Jawab Raline lirih sambil menundukkan kepalanya. Dia tidak mau sampai orang tuanya melihat matanya yang bengkak. Akan repot nanti menjelaskannya. Meskipun mereka tahu sebabnya. Tetapi, Raline memilih untuk tidak menunjukkan kesedihannya didepan orang tuanya.

"Jam sebelas nanti Ayah jemput kamu. Dandanlah yang cantik." Ucap Pramudya ditengah-tengah acara sarapan itu.

"Baik Ayah. " Jawab Raline patuh.

'Berarti aku harus sampai dirumah sebelum jam sebelas. Baiklah, aku rasa dua jam sudah cukup untuk bertemu dengan ibunya Alan. Aku sangat merindukan beliau.' Ucap Raline dalam hati.

Semalam dia sudah menyusun rencana untuk menemui ibunya Alan. Tentunya Raline akan meminta bantuan Ajeng, sahabatnya.

Setelah kejadian kemarin, tidak mungkin dia akan bebas keluar seperti sebelumnya. Maka dari itu, Raline menggunakan Ajeng untuk bisa keluar rumah.

Rencananya pagi ini jam sembilan Ajeng akan menjemputnya. Dengan alasan mereka akan membeli baju untuk Raline gunakan nanti ketika diajak ayahnya. Tentunya itu hanyalah alibi Raline.

"Oiya, Yah. Nanti Raline mau beli baju dulu sama Ajeng boleh ya~ ". Raline memohon pada Pramudya.

"Hmm baiklah asal dengan Ajeng, Ayah percaya padanya. Tapi ingat, sebelum jam sebelas kamu sudah harus siap. Oke !!! "

"Terima kasih Ayah. "

Dalam hati Raline bersorak gembira. Karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan Alan. Rasanya, Raline sudah tidak sabar menunggu kedatangan Ajeng.

🌻🌻🌻

Jam sembilan waktu yang sangat dinantikan oleh Raline. Dia duduk di teras menunggu Ajeng datang. Dengan tidak sabar, dia melihat handphone nya.

"Oiya hampir lupa untuk mengabari A'a."

[A' , aku mau kerumah. Tolong jangan kemana-mana ya. Love you. ]

Raline tampak tersenyum senang, karena rencana akan berjalan lancar. Ah, rasanya sudah tidak sabar.

Tiinn

Tiinn

Ajeng datang membunyikan klakson mobilnya. Tanpa membuang waktu, Raline pun langsung masuk ke dalam mobil Ajeng setelah sebelumnya pamit sama Lestari.

"Buruan Jeng, waktuku tidak banyak nih. "

"Iya, sabar cinta. Memangnya kenapa sih buru-buru amat. Biasanya juga tidak. " Tanya Ajeng curiga.

"Kita kerumah Alan. " Perintah Raline.

"Lah, bukannya mau shopping? Kenapa malah kerumah Alan? "

"Udan, nanti aku ceritain. Ini penting Beb. "

"Baiklah. Sebenarnya ada apa Al? " Tanya Raline serius tanpa mengalihkan pandangannya ke depan.

"Aku mau dijodohkan sama orang yang tidak aku kenal Jeng. Kemarin aku mengenalkan Alan sama Ayah, tapi Ayah tidak merestui hubungan kami."

"Berarti Ayahmu benar. Setahuku, penilaian orang tua itu tidak pernah salah Al. "

"Kamu kan tau sendiri aku sangat mencintai Alan, Jeng. "

" Al, orang tua itu hanya ingin yang terbaik untuk anaknya. Kalau menurut mereka Alan itu kurang baik berarti benar. " Jelas Ajeng.

Bukan Ajeng sok menasehati Raline. Tetapi, dalam pemikiran Ajeng gambaran orang tua seperti itu. Apalagi soal Alan.

Sejak awal Ajeng memang kurang suka sama Alan. Tetapi, karena Raline sudah dibutakan cinta, mau tidak mau Ajeng pun mendukungnya.

"Lah terus sekarang ngapain kita kerumah Alan? Katamu hubungan kalian tidak direstui. "

" Aku mau bertemu ibunya. Kata Alan, ibunya ingin bertemu denganku. "

"Ngaco kamu Al. Ini nanti kalau ketahuan Om Pram gimana? "

"Tenang saja. Ayah tidak akan tahu. Aku sudah memastikannya. "

"Ya.. Ya.. Terserah tuan putri saja. "

Tak butuh waktu lama, mereka pun sampai dirumah Alan.

Raline melangkah ke teras rumah Alan. Diketuknya pintu berharap Alanlah yang membukakan pintu.

Namun, sudah hampir sepuluh menit pintu tak kunjung dibuka. Membuat Raline bertanya-tanya.

Kebetulan ada tetangga Alan yang lewat. Raline menggunakan kesempatan itu untuk bertanya soal Alan.

"Permisi Bu mau tanya, Alan sama ibunya kemana ya? Saya ketuk daritadi tidak ada yang membukakan pintu. " Tanya Raline sopan.

"Oh, mereka sudah pindah dari kemarin. Gak tahu juga pindah kemana. " Jawab si Ibu.

"Terima kasih Bu. "

Jawaban si Ibu tadi sukses membuat Raline lemas.

"Jeng, kamu dengar kan apa yang ibu tadi katakan. " Ucap Raline dengan pandangan kosong.

Ajeng yang melihat Raline pun ikut prihatin atas apa yang menimpa sahabatnya itu.

" Kenapa A'a tega ninggalin Aline sebelum kita pamitan hiks. Apa sebegitu sakit hatinya A'a sama Ayah sampai-sampai pergi tanpa memberi kabar Aline hiks hiks. Kenapa A' ? " Raline meracau histeris.

Ajeng pun berusaha menenangkan Raline. Dia tidak ingin Ayah Raline sampai tahu bahwa Raline menangisi Alan.

"Al, dengarkan aku. Kamu tidak boleh begini Al. Mungkin ini yang terbaik untuk kalian. Sebaiknya sekarang kita pulang. Ingat, jam sebelas nanti kamu harus bertemu Om Pram bukan?" Terang Ajeng menyadarkan Raline.

"Hiks, apa tidak bisa aku membatalkan janjiku dengan Ayah Jeng? "

"Hei, Raline yang kukenal bukan orang yang suka ingkar janji. Sekarang hapus air matamu. Kita jalan-jalan sebentar terus aku antar pulang. Oke! "

Raline hanya menganggukan kepalanya. Dilihatnya pesan yang dia kirim pada Alan sebelum berangkat tadi.

'Centang satu. Apa kamu sudah merencanakan ini A' ?' Batin Raline.

☀️☀️☀️

Sampai disini dulu untuk bab 2 nya yah. Kepala saya sakit (Gaya, baru juga q bab sudah alesan sakit. Payah nih author nya)

Sekali lagi maaf ya kakak2 semua. Salam hangat buat semuanya pembaca *big hug*

Jangan lupa masukannya ya kak. Terima kasih atas dukungannya.

Salam dari bumi reog... 😘😘😘

1
jumrotun chasanah
Lanjut lagi kak.. Critaanyaa ng ambang gitu. 😔
OkitaNiken
Sedihh banget si Raline
tefa(♡u♡)
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
AKB: terima kasih kak /Kiss/
total 1 replies
NotLiam
❤️ Hanya bisa bilang satu kata: cinta! ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!