Si bos membuat aturan tidak boleh berpacaran ditempat kerja.
Tapi bagaimana jika bos itu sendiri yang melanggar aturan tersebut?
Bahkan si bos itu sendiri jatuh cinta pada sang sekretaris cantik yang baru saja direkrut. Akhirnya si bos pun memutuskan untuk pacaran secara sembunyi-sembunyi ditempat kerja.
Penasaran? ikuti yuk, dan baca ceritanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2
Sementara dilantai 10, wawancara sedang berlangsung. Ada 200 pelamar yang datang untuk mengisi 3 posisi jabatan. Yaitu sekretaris CEO, dan yang lainnya adalah karyawan biasa.
Hingga saat ini belum ada satupun yang memenuhi kriteria yang dipilih. Abbey sudah gelisah, karena giliran nya masih jauh. Ada banyak yang keluar dengan wajah lesu.
"Kamu yakin akan diterima disini?" tanya Mustika. Mustika adalah teman satu kampus dengan Abbey.
Keduanya mengambil jurusan yang sama yaitu manajemen dan bisnis. Karena Abbey ingin sekali bekerja di kantoran.
"Gak yakin sih, tapi setidaknya sudah mencoba," jawab Abbey santai.
Mustika tersenyum sinis, "Jangan harap kamu bisa diterima. Kamu tahu manager umum disini adalah pamanku."
Abbey menghela nafas, ia juga belum yakin dengan dirinya sendiri. Diterima menjadi karyawan biasa juga tidak apa-apa. Begitulah pemikiran Abbey.
"Lihat dirimu, dengan pakaian kucel seperti ini mana mungkin kamu bisa diterima?"
Abbey yang malas berdebat pun mengabaikan saja. Sejak dari zaman kuliah, Mustika selalu mengejeknya. Entah apa yang salah dengan dirinya?.
Giliran Mustika masuk untuk wawancara, hanya beberapa menit sudah keluar dengan wajah cerianya. Ia diterima menjadi sekretaris CEO. Semua berkat orang dalam, yaitu sang paman.
Sekarang tiba giliran Abbey, dengan perasaan gugup Abbey masuk. Pegawai HRD melihat penampilan sederhana nya pun langsung menghinanya.
"Dengan pakaian seperti ini, ada niat untuk melamar pekerjaan disini?" tanyanya.
"Bu, saya ingin bekerja bukan ingin menjual tubuh," jawab Abbey.
"Kamu berani menjawab?"
"Lah ibu nanya, ya saya jawab lah."
"Kamu tidak diterima! Cepat pergi dari sini!"
Abbey pun pergi tanpa menoleh kearah wanita itu. Wanita yang hanya memandang penampilan, bukan kemampuan.
Sewaktu Abbey mengirimkan lamaran kerja, Abbey masuk seleksi untuk diwawancarai. Sebab itulah Abbey datang dengan harapan bisa diterima. Dengan begitu ia bisa menghasilkan uang untuk merubah perekonomian keluarganya.
Abbey berjalan lesu menuju lift. Setelah sampai dibawah, Abbey langsung ke parkiran motor. namun siapa sangka ia kembali bertemu dengan Mustika.
"Aku bilang juga apa? Gak bakal diterima, disini tidak menerima karyawan miskin sepertimu," ucapnya pedas.
Abbey mengabaikan saja kata-kata itu. Dibalas pun percuma, hanya saja ia akan mencari pekerjaan ditempat lain. Sebagai pelayan cafe atau restoran juga tidak apa-apa.
"Maaf, aku sudah terbiasa mendengar gonggongan mu, jadi gak akan mempan," sahut Abbey.
Wajah Mustika seketika memerah, ia mengangkat tangannya hendak menampar Abbey. Tapi Abbey bukan gadis yang mudah ditindas. Selama ini ia mengalah karena takut dicabut beasiswa miliknya yang ia dapatkan dengan susah payah.
"Sialan kau!" maki Mustika, kemudian mengayunkan tangannya ke wajah Abbey.
Dengan cepat Abbey menangkap tangan tersebut, hal itu sempat dilihat oleh Alvaro yang ingin keluar makan siang.
"Gadis itu, cukup berani juga," gumamnya. Alvaro yang sedang berada didalam mobil seketika tersenyum. Senyum yang jarang ia perlihatkan pada siapapun kecuali orang tuanya.
"Dulu aku mengalah setiap kali kamu tindas. Karena aku tidak ingin beasiswa ku dicabut. Sekarang aku sudah lulus dengan nilai terbaik, maka aku tidak akan tinggal diam jika ditindas," kata Abbey.
Abbey pun menyentak tangan Mustika dengan kasar, sehingga ia terhuyung. Dan terduduk di aspal.
"Awas saja kau, aku akan balas!" ucapnya sambil mengepalkan tangannya, perlahan ia bangkit dan hendak mengejar Abbey.
Namun Abbey sudah lebih dulu naik ke motornya dan segera pergi dari situ. Alvaro diam-diam mengikuti motor Abbey.
"Siapa dia? Sepertinya mobil itu mengikuti ku?" gumam Abbey dibalik helmnya.
Abbey menggunakan helm full face jadi wajahnya tidak terlihat. Abbey melajukan motornya, mobil yang mengikutinya pun melaju.
"Mau main-main denganku?" batin Abbey.
Abbey menambah kecepatan motornya. Abbey juga menyalip kendaraan lain, hingga Alvaro yang menggunakan mobil pun sedikit kesulitan.
Abbey seketika tersenyum di balik helmnya, karena Alvaro kehilangan jejaknya. Kemudian Abbey kembali kejalan raya, setelah tadi ia sempat bersembunyi di sebuah gang kecil.
"Siapapun kamu, kamu tidak akan bisa mengejar ku," ucap Abbey berbicara sendiri.
Abbey kini kembali kerumahnya, setibanya di rumah. Abbey memarkirkan motornya ditempatnya. Kemudian ia menemui sang Mama yang sedang berjualan gado-gado.
"Bagaimana wawancaranya?" tanya Sunita.
"Gagal ma, ditolak sebelum wawancara," jawab Abbey.
"Memangnya Abbey melamar pekerjaan di mana?" tanya pelanggan yang membeli gado-gado tersebut. Masih tetanggaan dengan Sunita.
"Perusahaan Desmond company," jawab Abbey.
"Wah, itukan perusahaan besar. Beruntung kalau bisa diterima di perusahaan itu."
"Ya mbok, tapi aku tidak diterima. Karena perusahaan itu ternyata memandang fisik dan penampilan, bukan kepintaran."
"Sabar ya Bey, mungkin belum rezeki. Nanti mbok akan tanya pakde mu, siapa tahu ditempatnya bekerja masih ada lowongan kosong."
"Terima kasih mbok, aku sangat ingin bekerja."
Pesanan si mbok pun sudah siap, kemudian iapun membayarnya. Abbey duduk disamping Mamanya, kebetulan saat ini pembeli sedang kosong.
"Abbey bantuin Mama aja deh, daripada nganggur," katanya.
"Iya, tapi kamu harus cari kerja juga, biar penghasilan kita bertambah," ucap Sunita.
"Bagaimana hari ini ma, apa banyak pembeli?"
"Lumayan, ada juga buat modal besok dan untuk simpanan meskipun sedikit."
Tiba-tiba perut Abbey berbunyi. Karena ia belum makan siang. Sunita yang mendengar itupun langsung membuatkan gado-gado untuknya.
"Dirumah tidak ada makanan, karena mama tidak masak," kata Sunita.
"Gak apa-apa ma, makan ini juga sudah kenyang," ucap Abbey.
Sementara Alvaro yang kehilangan jejak Abbey pun kebingungan. Ia sendiri juga tidak tahu kawasan ini. Karena tempat ini cukup sepi.
Bahkan kendaraan juga jarang lewat daerah ini. Alvaro pun membuka ponselnya dan mengikuti arah yang ada diaplikasi. Alvaro yang tadinya ingin makan siang pun tidak jadi.
"Hah ... Ternyata aku dikerjain oleh gadis itu. Awas saja jika aku bertemu lagi denganmu, gadis nakal," gumam Alvaro.
Alvaro penasaran dengan gadis itu, dari saat gadis itu membanting asistennya, hingga tadi saat ia mendengar gadis itu berdebat.
Meskipun Alvaro kurang tahu pasti perdebatan mereka karena apa? Tapi cukup membuatnya penasaran. Jika sang asisten mengetahui bahwa bos nya itu berubah menjadi kepo, mungkin Dary adalah orang yang pertama membully Alvaro.
Alvaro pun kembali keperusahaan, ia hanya memesan makanan dari aplikasi. Beruntung Alvaro tidak memilih soal makanan. Yang penting baginya higienis.
Tapi makanan pinggir jalan, Alvaro memang belum pernah. Karena menurutnya itu tidak higienis.
Tiba diperusahaan, ternyata Dary sudah selesai memeriksa keadaannya. Beruntung Dary tidak kenapa-kenapa. Saat diperiksa ternyata hanya ada sedikit memar. Dan dokter hanya memberi salep untuk dioleskan agar cepat sembuh.
"Tuan, tuan darimana?" tanya Dary.
"Sudah kamu cari tahu gadis itu?" tanyanya. Bukannya menjawab malah balik bertanya.
"Belum tuan, saya belum sempat," jawab Dary.
Jelas aja tidak sempat, pekerjaan dilimpahkan ke Dary. Apalagi Dary baru saja pulang dari rumah sakit setelah untuk pemeriksaan.
MUSTIKA DASAR WANITA CULAS MURAHAN