Hal yang membuatmu ragu dalam melangkah, adalah dirimu sendiri.
***
Aku mengalami kecelakaan disaat-saat terbaik. Menjadi seorang chef terkenal dan menghasilkan banyak uang dengan sampingan menjadi seorang penulis handal adalah impianku.
Namun, semua hilang saat jiwaku bereinkarnasi ke dunia lain, di tubuh yang berbeda sebagai seorang antagonis dalam novel romantis kerajaan.
Petualangan ku dimulai, di Akademi Evergreen menjadi seorang antagonis.
***
"Aku tidak melakukannya karena keinginanku, melainkan ikatan yang melakukannya." - Aristella Julius de Vermilion
[COPYRIGHT FYNIXSTAR ]
[INSPIRATION FROM ANIME]
1. RAKUDAI KISHI NO CAVALRY
2. GAKUSEN TOSHI ASTERISK
3. CLASSROOM OF THE ELITE
[ENJOY]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Estellaafseena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER II
"Hah ... parah." Aku menggerutu sembari menikmati pemandangan asing musim gugur di balkon. Udaranya lumayan dingin karena sebentar lagi musim dingin bulan Desember. Sempat aku bertanya tanggal dan bulan, seolah tidak terjadi apapun padahal aslinya aku panik.
'Setidaknya aku bisa merasakan empat musim di sini.' Aku mulai pasrah, jika ada cara kembali, aku tidak mau kembali, karena pasti dalam keadaan cacat total karena ledakan itu.
Aristella Julius. Anak tunggal dari pasangan Raja dan Ratu Vermilion sekaligus Putri Mahkota yang akan memimpin di masa depan. Ratu Eveline Azka de Vermilion meninggal karena pemberontakan faksi bangsawan terdahulu yang terjadi karena menentang Kaisar. Pemimpin Vermillion saat ini adalah Raja Ashgar Van de Vermilion.
Kebiasaan lama seorang antagonis seperti Aristella, menjadi jahat karena rasa iri. Jika dipertanyakan hal tentang apa, itu semua mengarah pada kesalahan Raja sendiri yang menuntut tegas kesempurnaan Aristella dengan dalih untuk masa depan Vermilion. Meski dipikir-pikir, itu tidaklah mengherankan karena kondisi kerajaan ini.
Itu tidak salah. Vermilion adalah kerajaan yang bisa dibilang miskin dari yang termiskin, kerajaan hancur dari yang terhancur, kerajaan yang tertinggal dari yang tertinggal kan dari segi politik, ekonomi, militer, dan masih banyak lagi. Karena memang kerajaan ini bisa saja hancur karena gebrakan kecil.
'Sekarang masalahnya adalah alur. Alur cerita ini akan mengibarkan bendera kematian pada Aristella.'
Aristella akan mati di tangan pemeran utama laki-laki, Leon Derick zen Reaffles. Pangeran mahkota kerajaan tetangga yang dikenal dengan kekuatan militernya. Bisa dibilang mereka kerajaan makmur dengan tiga Duke sedangkan di sini, jangan ditanya, hanya memiliki satu. Itu saja masih untung.
Kematian Aristella adalah dampak dari tiga hal yang tanpa dia sadari lakukan. Pertama, bodoh karena yang namanya cinta. Kedua, tempramen buruk. Ketiga, terlalu sombong.
"Buang saja jauh-jauh. Kerajaannya akan hancur dia malah mengejar laki-laki yang sedang jatuh cinta pada gadis lain."
Riana Centauri. Seorang rakyat jelata yang menjadi tokoh ter-trending topik dengan prestasinya di akademi. Meraih posisi pertama itu tentu saja hal mudah untuk tokoh utama, namun dia terlalu baik hati hingga rasanya itu terlalu dibuat-buat.
Ya. Dialah Putri Cinderella di negeri dongeng.
"Ampun. Merepotkan saja jika berhadapan dengan mereka. Berpura-pura lah tidak kenal saat bertemu nanti." Semoga saja tidak bertemu. Tapi sepertinya tidak mungkin tidak bertemu. Aku menjadi salah satu tokoh penting untuk menggerakkan cerita ini.
Baik. Selesai merenungi semua alurnya yang berakhir dengan happy ending bagi Riana dan Leon, sekarang temui Raja. Sebelumnya, tadi pelayan yang datang bersama Medias–dokter kerajaan–mengatakan Raja ingin bertemu dengan putrinya yang sudah tertidur pulas selama enam bulan. Pantas saja pegal semua.
...***...
Aku mengetuk pintu besar di salah satu lorong panjang berkarpet merah. Aku bisa datang kesini karena diantar oleh pelayan bernama Emma tadi.
Beberapa detik tidak ada jawaban dan tentunya aku mulai kesal hingga berkacak pinggang satu tangan. Pintu itu terbuka setelah sepuluh menit, menampilkan seorang laki-laki dengan pakaian ksatria membukakan pintu.
Awalnya dia menatapku datar, dengan mata lelahnya sampai terdapat kantung mata hitam itu, namun segera ia tersenyum lebar membuatku mengernyit jijik.
"Selamat siang, putri. Bagaimana kabar Anda? Yang Mulia sangat mengkhawatirkan ..."
"Suruh dia masuk Rian."
Suara dingin memotong ucapan laki-laki tampan bernama Rian itu, membuatnya tersenyum canggung dengan air keringat yang bercucuran. Rian, mungkin dia ajudan sang Raja yang tidak dikatakan dalam novel.
"Silakan masuk, tuan Putri," ujarnya masih dengan senyuman tanggung. Aku memasuki ruangan yang terlihat berantakan oleh beberapa kertas yang berceceran di atas meja.
Sosok pria yang masih terlihat muda dengan rambut hitam dan mata biru tua memandang pada kertas yang ia gunakan untuk menulis dengan pena.
Auranya bukan main sebagai seorang Raja. Yah. Dia hebat bisa mempertahankan kerajaan meski di ambang jurang kehancuran.
Aku masih setia berdiri di depan meja kerjanya, sesekali melihat sekeliling yang banyak sekali kertas berhamburan. Tulisannya terlihat asing, tapi aku bisa mengerti apa maksudnya.
'Kekuatan reinkarnasi. Benar-benar.' batinku tersenyum kikuk.
Aku merasa tak nyaman saat merasakan aura menusuk dari satu tempat, tentu dari pria di hadapanku ini. Dia memandangiku dengan tajam.
"Aku dengar kau hilang ingatan," ucapnya tanpa basa-basi.
"Iya," jawabku singkat. Dalam batinku sudah ingin memaki-maki orang ini. Harusnya menanyakan kabar dulu atau kondisi anaknya. Dia malah langsung to.the.point seperti ini, tidak berakhlak.
"Apa hilang ingatan bisa menghilangkan tata krama seseorang?" Tatapannya semakin tajam dengan aura menekan di belakangnya. Aku menghela napas tipis.
"Mungkin," balasku masa bodoh.
Dia mengernyitkan dahinya. Mungkin jika Rian tidak memotong percakapan kami dia akan marah besar.
"Y-Yang Mulia, Tuan Putri masih dalam tahap penyembuhan maksimal. Jangan terlalu keras padanya," ucapnya dengan hati-hati.
Samar terdengar pelan helaan napas dari Raja. Gerakan tiba-tiba dari tangannya membuatku melirik isi kertas di genggamannya.
"Surat dari akademi," ujarnya memberikan kertas itu padaku.
Simbol pohon dengan akar menghiasi setiap sudut kertas membuatku tercengang sejenak. Tulisan yang berisi seperti simbol namun bisa ku mengerti mengatakan.
...Segala hormat kami menerima kehadiran kembali Aristella Julius de Vermilion ke Evergreen tanpa mengulang kelas....
^^^Tertanda,^^^
^^^Derila^^^
Academy Evergreen, di novel 'Unconditional Love' yang menjadi tempat dimana Riana sebagai tokoh utama menggerakkan alurnya. Aku hampir lupa.
Aristella kecelakaan di perjalanan tepat dihari upacara penerimaan murid baru di akademi yang mengakibatkannya dia koma enam bulan. Di saat itu Leon mulai muncul benih-benih cinta terhadap Riana, namun dia belum menyadari hal itu sehingga masih kalu-malu kucing.
"Besok kau bisa berangkat. Jangan khawatirkan apapun. Meski kau kehilangan ingatan dan menurunkan nilai mu."
Aku hampir saja tertawa. Dia ini mengkhawatirkan kondisi putrinya atau nilai? Lagipula, ini semua sudah berubah dengan hilang ingatan Aristella karena jiwaku yang nyasar. Seharusnya tidak ada kejadian Aristella kehilangan ingatan dan menjalankan aksi menempel pada Leon.
"Jangan khawatir Ayah. Semua akan tertangani dengan baik. Termasuk nilai," ucapku mengangkat surat yang masih ada ditanganku.
Dibalik tegasnya seorang Ayah, pasti ada hal yang baik di dalamnya. Buktinya Raja saat ini terlihat terkejut meski hanya sekilas setelah ucapanku.
'Jika aku meraih nilai tertinggi, mungkin nama kerajaan ini akan kembali terangkat.'
"Kau yakin?" tanyanya memastikan, sedikit melunak daripada sebelumnya. Aku mengangguk, "Jika nilai bisa mengembalikan kondisi kerajaan ini, akan ku lakukan."
'Meski harus bersaing dengan tokoh utama yang memiliki dampak besar, tidak masalah selama memiliki tujuan.'
Tujuanku untuk mengembalikan kejayaan kerajaan ini dan hidup sebagai pengangguran kaya, damai, sejahtera, tentram, serta tenang.
'Cita-cita yang bagus.' batinku bangga. Aku sudah berjuang sekali untuk mencapai cita-cita sebagai chef meski terhenti di tingkat de cuisine. Head chef dengan de cuisine hanya berbeda di kepemimpinan saja tugasnya sama. Aku sudah puas.
"Baiklah. Aku mengandalkan mu, Stella."
Tubuhku menegang saat melihat ekspresi Raja saat ini. Meski hanya sekilas dan itu sangatlah tipis, dia tersenyum tulus dengan suara yang hangat.
Jika saja bisa tersenyum, mungkin aku akan membalasnya dengan senyuman termanis dari anaknya. Lagipula, sepertinya Aristella juga akan senang jika melihat ayahnya saat ini.
"Ya. Serahkan padaku."
'Oi Aristella. Jangan marah jika semuanya ku ambil alih.'
^^^つづく^^^
...ーARIGATO FOR READINGー...
...THANKS...