Pasca kematian sang ibu, Naina mencoba melakukan apa yang di wasiatkan padanya di secarik kertas. Ia memberanikan diri mencari sahabat ibunya untuk meminta pertolongan.
Tak di sangka, pertemuan itu justru membuatnya harus menikahi pria bernama Ryusang Juna Anggara, seorang dokter anak yang memiliki banyak pasien.
Arimbi yang sudah bersahabat sejak lama dengan ibunya, begitu yakin jika pilihannya adalah yang terbaik untuk sang putra satu-satunya.
Namun, perjodohan itu justru membuat Naina harus menjadi selingkuhan suaminya sendiri.
Lantas bagaimana dia menjalankan dua peran sekaligus?
Sampai kapan wanita dengan balutan pakaian syari'inya harus menjadi wanita simpanan untuk suami yang tanpa sadar sudah ia cintai?
Menjadi selingkuhan Suamiku 2, akan menyelesaikan kisah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2
Panasnya terik matahari beserta hembusan angin yang membawa butiran debu, membuat Naina mengusap peluh di dahinya. Berbekal alamat rumah dan juga foto, dia memutuskan untuk mencari Arimbi setelah berfikir selama beberapa hari.
Selain desakan dari Siti, Naina juga ingin mengabarkan bahwa Lintang yang tak lain adalah sahabat Arimbi, kini sudah tiada.
Melalui dirinya, Naina yakin jika hubungan yang sempat terputus akan kembali terjalin. Dengan begitu setidaknya Lintang akan tenang di alam sana.
"Hhhh... Syukurlah, akhirnya aku menemukan rumah tante Arimbi" Naina bergumam kecil sambil menatap bangunan yang terkesan tua.
Tadi setelah beberapa jam menempuh perjalanan, dan kurang lebih satu jam ia berputar mencari dengan bertanya kesana kemari, akhirnya ia berhasil berdiri di depan sebuah rumah.
Rumah itu adalah milik orang tua Arimbi.
Dari kejauhan, Naina melihat ada seorang wanita muda tengah mendorong sebuah kursi roda. Wanita itu berjalan ke arah taman di depan rumahnya, menuju ke sebuah bangku di bawah pohon mangga yang rindang.
Melangkah lebih dekat, samar-samar Naina mendengar wanita seusia dirinya mengatakan sesuatu diiringi senyum tipis dari bibirnya.
"Kita masuk nek, nenek harus tidur siang!"
"Nenek?" Gumam Naina. "Siapa nenek itu? Apa ibunya tante Arimbi?"
Tak mau menebak-nebak yang membuatnya justru kian penasaran, Naina lantas mengetuk pintu gerbang yang sedikit agak terbuka sambil mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam" Kedua wanita beda generasi itu kompak menoleh.
"Iya, ada yang bisa saya bantu?" Ujar wanita muda dengan sedikit berteriak. Sarah namanya.
"Maaf mengganggu" Kata Naina dari jarak sekitar lima meter . "Apa benar ini rumah bu Arimbi?"
"Sebentar ya nek" Pungkas Sarah merujuk ke neneknya.
Setelah sang nenek menganggukkan kepala, dia kemudian melangkah ke arah Naina
"Ini rumah orang tua budhe Arimbi, maaf anda siapa?" Tanyanya penuh heran.
"Nama saya Naina, saya ingin bertemu dengan bu Arimbi. Bisa?"
"Tapi maaf, budhe nggak tinggal di sini, beliau sudah punya rumah sendiri"
"Kalau boleh tahu, dimana beliau tinggal? Bisa saya minta alamatnya?"
Tak langsung menjawab, Sarah tampak berfikir sejenak sebelum akhirnya berkata.
"Tunggu sebentar, saya panggilkan ayah"
"Iya" Jawab Naina. Dalam hati ia sedikit menyesali keputusannya untuk mencari Arimbi. Tapi mau bagaimana lagi, langkahnya sudah sangat jauh dan bahkan orang yang ia cari akan segera ia temukan.
Tak berapa lama, setelah Sarah membawa serta neneknya masuk ke dalam rumah, seorang pria paruh baya keluar dan menghampirinya.
"Selamat siang?" Sapanya ramah. Pria dengan kaos serta celana santai itu sedikit keheranan.
"Selamat siang, pak"
"Iya, anda mencari siapa?"
"Perkenalkan pak, nama saya Naina. Maksud kedatangan saya karena saya ingin bertemu dengan bu Arimbi. Saya adalah anak dari bu Lintang"
"Lintang" Gumam pria itu lirih, namun masih bisa di tangkap oleh telinga Naina. "Apa mbak Lintang Kurnia?" Tebaknya.
"Benar pak, saya anaknya"
"Oh ya, mari masuk, kita bicara di dalam" Sepertinya Yudha sangat percaya dengan ucapan Naina. Ia mempersilahkan Naina memasuki pintu gerbang.
"Tidak usah pak, saya hanya ingin meminta alamat bu Arimbi, saya ingin menemuinya"
"Iya, akan saya kasih alamat kakak saya, tapi ayo masuk dulu, di sini sangat panas. Ayo jangan sungkan-sungkan"
Meski tak enak hati, Naina pun menurutinya. Ia lalu berjalan di belakang pria yang masih tampan meski usianya di atas empat puluh tahun.
Pria itu kemudian mempersilakan duduk di kursi teras rumahnya.
"Silakan duduk!"
"Terimakasih, pak" Jawab Naina.
Yudha mengangguk lengkap dengan seulas senyum.
Naina duduk setelah pria di depanya mendudukan dirinya di kursi.
"Siapa namamu tadi?" Tanya Yudha tanpa curiga sedikitpun.
"Nama saya Naina, pak"
Yudha merespon dengan anggukan kepala. "Jadi Naina ini adalah putrinya mbak Lintang"
"Betul sekali, pak"
"Bagaimana kabar mbak Lintang? Sudah lama sekali saya tidak bertemu dengannya, dan ternyata, anaknya sudah sebesar ini"
"Ibu saya baru saja meninggal beberapa waktu lalu"
"Innalillahi" Yudha agak sedikit terkejut namun hanya sesaat.
"Beliau meninggal karena sakit yang di deritanya, maka dari itu saya datang kemari bermaksud untuk memberitahu bu Arimbi kalau temannya sudah tiada. Itupun atas permintaan ibu saya"
"Saya turut berduka cita atas meninggalnya mbak Lintang, insya Allah beliau khusnul hotimah"
"Aamiin" Sahut Naina dengan raut sendu.
"Nama saya Yudha, saya adiknya mbak Arimbi. Saya sangat tahu seperti apa hubungan antara kakak saya dengan mbak Lintang" Tuturnya. "Saya tidak menyangka kalau mbak Lintang pergi secepat ini. Maaf kami tidak bisa datang waktu itu"
"Tidak apa-apa, pak"
Yudha mengangguk. "Oh ya, mumpung putrinya mbak Lintang ada di sini, sebentar saya panggilkan ibu saya. Beberapa bulan yang lalu, ibu saya sempat bertanya soal mbak Lintang ke kakak saya, tapi karena kakak saya kehilangan kontak, jadi tidak bisa memberikan jawaban pada ibu saya. Terakhir kalau tidak salah, sekitar lima tahun lalu mbak Arimbi mengunjungi rumah mbak Lintang, tapi katanya kalian sudah pindah, pas tanya ke tetangga, mereka bilang tidak tahu kalian pindah kemana" Ungkap Yudha dengan panjang lebar. "Tunggu sebentar, nak. Saya panggilkan ibu saya dulu"
"Iya pak"
Yudha bangkit, lalu melangkah ke dalam rumah.
Tak kurang dari lima menit, Yudha kembali bersama ibunya.
"Bu, ini Naina anak mbak Lintang" Ujarnya setelah berdiri tak jauh di hadapan Naina.
Naina berdiri lalu sedikit membungkuk untuk mengecup tangan wanita tua yang duduk di kursi roda.
"Assalamu'alaikum, nek"
"Wa'alaikumsalam, masya Allah, ini anaknya Lintang to, cantik tenan" Pungkasnya "Piye kabare ibumu to nduk?"
"Ibu saya sudah meninggal, nek"
"Innalillahi, kapan? Kenapa ndak ngabarin? Opo Lintang yo ndak punya nomor telfon Arimbi?" Sang nenek memberondong dengan beberapa pertanyaan sekaligus.
"Sekitar dua minggu yang lalu, nek. Maaf, saya juga baru tahu kalau ibu saya punya teman bernama bu Arimbi"
"Owalah" Respon nenek dengan tatapan menyendu. "Ayo duduk lagi, nak"
"Iya" Jawab Naina sopan.
"Yud, minta Sarah bikin teh yo"
"Njih bu"
"Tidak usah repot-repot, nek. Saya cuma sebentar" Potong Naina cepat.
"Ndak apa-apa, kita jalin silaturrahmi setelah lama ndak ketemu"
"Iya, Naina" Sambung Yudha. "Nanti setelah ngobrol-ngobrol, om kasih alamat tante Arimbi"
"Terimakasih, pak"
"Jangan panggil pak, panggil saya om"
"I-iya om" Naina sedikit ragu sebenarnya, Ia lantas berucap dalam hati.
"Ternyata benar kata ibu, mereka orang-orang baik. Masa iya langsung percaya kalau aku ini anaknya ibu, tapi kan memang aku nggak menipu mereka"
****
Satu jam berlalu, setelah mengobrol banyak hal, Naina akhirnya pamit dengan membawa alamat rumah yang sudah ia kantongi.
Dia langsung menuju ke alamat sebab sudah tidak sabar ingin bertemu dengan teman ibunya.
"Assalamu'alaikum" Ucapnya setelah menekan bel.
Karena tak kunjung ada jawaban, wanita itu kembali bersuara.
"Permi_"
Belum selesai kalimat Naina, mendadak pintu gerbang tiba-tiba terbuka.
Sosok pria dengan tubuh proporsional berdiri di depannya. Ada kacamata minus yang membingkai sepasang netranya.
Naina sendiri terpesona, membatu, sampai-sampai matanya tak mengerjap hingga beberapa detik.
Bersambung
ka author nya ternyata peka jg, krn kadang2 aq suka malas klo hrs baca dlu novel2 sebelum nya...good job kaaa!!! 👍👍👍👍👍
sungguh kamu suami yg g punya pendirian 😠
sadar atuh Ryuu!!!!
jangan mau d ajak pulang Nai, biarin Ryu uring2an jg,,,suami kaya Ryu mah hrs balik d cuekin!!!