Menjadi Selingkuhan Suamiku 2

Menjadi Selingkuhan Suamiku 2

#1

Suasana malam yang tak seperti biasa, membuat Naina teringat akan sosok ibunya yang baru tujuh hari berpulang ke pangkuan Sang Khalik. Usai melaksanakan doa bersama selama tujuh hari berturut-turut, wanita dengan paras cantik, berambut panjang serta kulit putih mulus, kini tengah duduk sembari melamun di dalam kamar.

Kecantikannya itu tersembunyi di balik kerudung panjang serta gamis syari'i yang ia kenakan.

Sementara sepasang irisnya tak berhenti meneteskan air mata kala mengulas balik momen indah saat bersama ibunya. Tepat ketika menoleh ke arah jam yang menggantung di dinding, terdengar bunyi ketukan pintu kamar. Detik itu juga Naina beralih menoleh ke arah sumber suara.

"Masuk!" Ucapnya sendu.

Pintu kamar akhirnya terbuka membuat Naina menegakkan posisi duduknya.

"Bibi!"

"Kamu belum tidur?" Tanya sang bibi dengan ekspresi datar.

"Belum, bi"

"Baguslah"

"Apa ada sesuatu yang ingin bibi katakan?" Naina kembali berkata seraya menurunkan kedua kaki dari atas ranjang. Tak berapa lama bibinya yang bernama Siti turut duduk di sampingnya.

"Ibumu sudah tiada dan hutangmu sangat banyak, aku tidak memiliki banyak uang untuk melunasinya"

"Aku akan bekerja dan membayar hutang-hutang itu, bi. Bibi jangan khawatir" Sahut Naina cepat.

"Kamu ini bodoh atau apa, hah? Jelas aku khawatir karena nominalnya sangat banyak"

"Maaf, bibi" Naina menundukkan kepala dengan sedikit cemas, netranya menatap cincin pemberian sang ibu di salah satu jemarinya.

"Asal kamu tahu Naina, semua biaya rumah sakit ibumu, itu karena aku yang menggadaikan sertifikat rumah ini, jika kamu tidak menebusnya dalam waktu dua bulan, maka rumah ini akan di sita"

Naina mendongak untuk menatap Siti sekaligus menelan ludahnya.

"Dua bulan?" Kata Naina terkejut. Pasalnya ia hanya di beri waktu singkat untuk melunasi hutangnya.

"Iya, jadi Naina, lunasi hutang-hutang ibumu karena aku nggak mau kehilangan rumah ini"

"I-iya, bi. Aku pasti akan melunasinya, tapi kenapa dua bulan? Darimana aku dapat uang sebanyak itu dalam waktu dua bulan"

"Aku nggak mau tahu, pokoknya kamu harus bayar hutang ibumu dan kembalikan sertifikat rumah ini padaku" Sinisnya, lalu bangkit dari duduknya dan beranjak keluar kamar. Saat hendak menutup pintu ia kembali bersuara lantang.

"Ada surat wasiat dari ibumu di laci lemari pakaian" Sejenak, Siti melirik ke arah lemari "Jangan lupa di baca, penuhi permintaan ibumu maka hutangmu pasti akan lunas"

"Surat wasiat?" Lirih Naina dengan tatapan penuh heran.

Alih-alih merespon sang keponakan, Wanita berusia empat puluh delapan tahun itu justru menutup pintu.

Melihat pintu sudah tertutup rapat, Naina bergegas lari lalu membuka lemari untuk melihat surat wasiat yang Siti maksudkan.

Tak butuh waktu lama, ia langsung menemukan selembar kertas berisi tulisan tangan ibunya setelah menarik sebuah laci.

Ia meraihnya kemudian kembali ke arah ranjang, mencari posisi duduk ternyaman untuk membaca isi surat yang ada di tangannya.

Lewat lima menit, mendadak kening Naina mengkerut saat membaca tulisan yang membuatnya sedikit tak mengerti. Ia bahkan mengulangnya berkali-kali sebab ada rasa bingung yang tiba-tiba singgah.

"Ibu punya teman, namanya Arimbi. Dia sudah menjadi orang kaya, nak. Jika kamu kesulitan membayar hutang-hutangmu, pergilah dan cari tante Arimbi. Dia sahabat baik ibu saat kuliah. Minta tolong padanya supaya meminjamimu uang, bilang saja kalau kamu adalah anak ibu"

"Apa?? Aku harus datang ke tante Arimbi untuk meminjam uang?" Wanita itu menggelengkan kepala lengkap dengan bibir tersungging. "Ini konyol, setelah bertahun-tahun ibu tak ada kontak dengannya, ibu malah memintaku mencarinya hanya untuk meminta pertolongan?"

"Ini memalukan" Tambahnya, kemudian kembali fokus dengan isi surat dan kembali membacanya.

"Tante Arimbi tinggal di Surabaya, sayang. Terakhir ibu bertemu dengannya saat dia menikah dengan seorang TNI AU bernama Bima Sena Anggara"

"Ibu tahu kamu pasti akan ragu, tapi percayalah Naina, tante Arimbi sangat baik. Kami bahkan pernah berjanji jika kami memiliki anak, kami akan menjodohkannya dan menjadi besan. Tapi jika tidak, dia pasti akan menganggapmu sebagai putrinya. Tapi entahlah, itu hanya janji candaan yang kami lontarkan saat kuliah. Setelah tahu kalau kamu adalah yatim piatu, ibu tidak yakin dan ibu juga tidak berharap banyak dengan janji itu. Yang terpenting sekarang, kamu cari dia, temui dia dan mintalah bantuan padanya"

"Hatinya bagaikan ibu peri, ibu yakin tante Arimbi akan membantumu"

Naina semakin tak mengerti, tapi tak ada jalan lain, ini memang harus di coba sebab dia benar-benar butuh uang.

Melipat kertas, pikirannya jatuh pada apa yang baru saja dia baca. Sebenarnya dia sangat ragu untuk mencari Arimbi, apalagi pencariannya hanya untuk meminta bantuan. Apa jadinya jika dirinya di anggap seorang penipu yang mengaku sebagai anak dari sahabat lamanya?

"Iya kalau mereka hanya mengusirku, kalau melaporkannya ke polisi, bagaimana?" Naina bergumam lirih dengan tatapan kosong.

"Mengingat saat ini banyak sekali modus kejahatan yang orang-orang lakukan, apakah mereka akan percaya padaku?"

"Aargghh, rasanya nggak mungkin"

Wanita yang rambutnya kini terekspos, menjatuhkan punggung ke atas kasur, manik gelapnya bergerak gelisah menatap langit-langit kamar.

"Di coba saja dulu" Ucapnya sambil melirik selembar foto usang milik dua wanita cantik saat masih kuliah. Dari balik foto tertulis alamat kampus dan juga tempat tinggal dari masing-masing wanita itu.

Dua wanita itu tak lain adalah Lintang, ibunya Naina serta Arimbi. Keduanya mengenakan gamis couple dengan hijab warna senada.

"Bissmillah, setidaknya aku temui dulu tante Arimbi, setelah melihat bagaimana reaksinya, maksudnya percaya atau tidak bahwa aku anaknya bu Lintang, baru aku menceritakan permasalahanku. Ya meski aku sangat tahu kalau kemungkinan beliau percaya itu sangat kecil"

Menarik napas panjang, Naina mengeluarkan secara perlahan, hembusannya terkesan putus asa bahkan frustasi.

Dia lantas meletakkan kertas serta foto di atas nakas, bersiap tidur sebab besok sudah harus kembali bekerja setelah tujuh hari cuti.

Naina Citra Anjani. Ia tak seberuntung teman-temannya kerena semenjak sang ayah mengkhianati ibunya, hidupnya seperti jungkir balik. Naina yang sebelumnya termasuk anak dari golongan kelas atas, tiba-tiba jatuh miskin setelah ayahnya meninggalkannya.

Dia bahkan sempat tak terima dengan nasibnya dan tak mengakui keterpurukannya di depan teman-teman sekolah.

Selama lebih dari enam bulan, ia berpura-pura sebagai orang yang masih memiliki kekayaan. Sampai suatu saat salah satu dari temannya mengetahui kondisi Naina yang sebenarnya.

Naina pun di buly, hingga akhirnya bersama Lintang, dia memutuskan pindah ke desa tempat nenek dan bibinya tinggal. Banyuwangi.

Perjalanan hidupnya yang begitu memilukan, membuat Naina tegar sekaligus ikhlas dengan takdirnya saat itu.

Lantas dimana ayah kandung Naina saat ini?

Entahlah, sudah belasan tahun dia tidak bertemu dengan sang ayah. Selain tak ingin menemuinya karena rasa sakit yang ayahnya torehkan, diapun tak tahu dimana keberadaan pria yang ia panggil ayah.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Ira

Ira

keren

2024-10-24

0

Tiara

Tiara

judulnya menjadi selingkuhan suamiku 2, yg ke1 yg mana kak thor

2024-02-08

3

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

ho ini tentang kisah anaky bima.... bima anaky irma y thor

2023-12-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!