"Jadi pacarku dan kau langsung tandatangani kontrak ini"
Tubuh Freya benar-benar membeku ketika mendengar suara Tuan Muda yang terdengar dingin dan pemarah ini. Tuan Muda arogan yang tiba-tiba melemparkan surat kontrak untuk menjadi pacarnya. Entah apa maksudnya, namun Freya juga tidak bisa menolaknya. Karena memang dia sudah melakukan kesalahan yang besar yang tidak mungkin bisa mengganti rugi dengan uangnya.
Biarlah dia ganti rugi dengan hidupnya.
Arven yang mempunyai penilaian sendiri terhadap semua wanita, mulai di patahkan oleh Freya. Selama gadis itu menjadi pacar kontraknya, banyak hal yang ditemukan Arven dalam kehidupannya. Pemikiran dia tentang wanita, yang tidak semuanya benar.
Entah bagaimana kisah mereka selanjutnya..? Mungkinkah akan saling jatuh cinta hingga akhirnya menikah? Kisah dengan perbedaan status sosial yang tinggi juga akan menjadi penghalang utama hubungan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#2# Barbie Lucu Akan Menjadi Milikku!
Tubuh Freya mematung mendengar itu, menjadi pacar dari Tuan Muda? Pria dingin yang di issukan sangat dingin dan arogan di kampusnya. Tapi tetap masih banyak para wanita yang mengidolakannya.
"Mak-maksud Tuan?"
Jujur Arven sangat ingin tertawa melihat bibir bergetar yang berbicara itu. Wajah Freya yang pucat malah terlihat lucu dan merasa menjadi sebuah hiburan tersendiri bagi Arven.
Mungkin selain jadi pacar kontrak, dia akan menjadi mainanku!
Freya hanya bisa duduk diam dengan tangan yang bergetar memegang kertas yang di lemparkan Arven barusan. Freya membaca setiap kata yang ada di kertas itu tanpa mau melewatkan satu kata pun agar dia faham. Namun setelah dia membaca semuanya, kini tangannya benar-benar bergetar setelah membacanya.
Tidak ada bantahan pada setiap yang di perintahkan atau di ucapkan oleh Tuan Muda, harus selalu siap siaga jika Tuan Muda tiba-tiba memanggil, harus bisa meyakinkan kedua orang tua Tuan Muda jika pacaran ini bukan hanya sebuah kontrak. Jika ada kesalahan yang dilakukan, maka harus menebusnya sesuai dengan keinginan Tuan Muda.
Freya menatap Hendrick yang duduk di depannya. Setelah melemparkan surat kontrak ini, Arven langsung berlalu ke kamarnya dan menyerahkan semuanya pada Hendrick, sang asisten setia.
"Berikan dia satu permintaan untuk keuntungan dia dalam kontrak kerjasama ini" ucap Arven sebelum dia berlalu.
Tangan Freya bergetar, kertas yang di pegangnya juga ikut bergetar. Wajah datar dan dingin Hendrick malah semakin membuatnya takut. Ini lebih mengerikan daripada Tuannya. Freya menundukan kembali wajahnya ketika Hendrick kembali menatapnya dengan serius.
"Katakan apa yang anda inginkan atas kontrak kerjasama ini. Bisa meminta yang menguntungkan anda dan yang berguna juga" ucap Hendrick dengan suara yang begitu datar
Satu permintaan ya? Padahal jin aja kasih tiga permintaan. Kenapa ini hanya satu. Aduh, Freya bukan saatnya untuk memikirkan tentang hal tidak penting seperti ini. Tangan kanannya menoyor pelan kepalanya sendiri atas apa yang dia pikirkan barusan. Freya yang sedang memikirkan hal apa yang ingin dia minta atas kerjasama ini. Sampai ingatannya tertuju pada beberapa hari yang lalu.
Freya yang baru saja keluar dari kelas, di beritahukan salah satu temannya jika dirinya di panggil ke ruangan Dosen. Sampai di ruangannya itu, Freya harus banyak menghela nafas yang berat karena beban hidupnya yang juga semakin berat saja.
Nunggak pembayaran ke kampus membuat Freya terancam tidak bisa menyelesaikan kuliahnya yang hanya tinggal beberapa langkah lagi untuk bisa lulus dan memperbaiki hidupnya setelah ini. Begitulah tujuan hidupnya saat ini. Tidak tahu akan ada kejadian seperti ini sekarang, membuat Freya harus berurusan dengan Tuan Muda pemilik kampus itu.
"Maaf Nona Freya, saya tidak punya banyak waktu hanya untuk menunggu jawaban anda!"
Freya mengerjap mendengar itu, dia menatap Hendrick yang terlihat sudah sangat jengah menunggu jawabannya yang malah melamun.
"Baik Tuan, saya minta untuk biaya kuliah saya dilunasi sampai saya selesai kuliah dan lulus sebagai sarjana" ucap Freya dengan penuh keyakinan.
Hendrick tersenyum tipis, bahkan hampir tidak terlihat senyumannya itu. "Baiklah kalau begitu tanda tangani kontrak ini"
Freya mengambil pena yang di sodorkan oleh Hedrick. Menaruh kertas di tangannya di atas meja, lalu dia mencoretkan tanda tangan di atas namanya sebagai pihak kedua ini.
Hendrick tersenyum puas melihat Freya yang sudah memberikan tanda tangan di surat kontrak itu. Berarti dia memang setuju dengan usulan dari Tuan Muda ini.
"Baiklah, selamat bekerja sama dengan Tuan Muda, Nona. Anda harus siap dalam keadaan apapun ketika Tuan Muda memanggilmu datang" ucap Hendrick sambil mengambil kertas yang sudah di tanda tangani oleh Freya, memasukannya ke dalam map coklat lalu menutupnya dengan rapat.
"Emm Tuan maaf, kira-kira berapa lama saya harus menjadi pacar kontrak Tuan Muda? Lalu saya harus bersikap seperti apa nanti?"
Freya benar-benar bingung, karena sama sekali tidak di jelaskan dalam surat kontrak itu apa saja yang harus Freya lakukan dan bagaimana Freya bersikap setelah menjadi pacar kontrak dari Arven itu.
"Tentang itu..." Hendrick menjeda sejenak ucapannya. Menatap Freya dengan lekat. "...Tuan Muda yang tentukan semuanya!"
Ucapan dengan penuh peringatan itu membuat bahu Freya langsung melemas. Dia memikirkan akan berapa lama dirinya terjerat dengan Arven.
Hendrick keluar dari Apartemen itu dengan membawa surat kontrak itu. Sementara Freya masih berada disana, dia menjatuhkan tubuhnya ke atas lantai. Kaki dan tangannya masih bergetar. Rasanya masih tidak menyangka jika dirinya akan menjalani kehidupan yang seperti ini ke depannya.
"Aaaa.. Aku bingung harus bahagia dan tertawa atau malah menangis sejadi-jadinya saat ini" teriak tertahan Freya pada dirinya sendiri.
Da berdiri dengan kakinya yang masih bergetar. Masih memikirkan apa yang akan terjadi suatu saat nanti setelah dia memutuskan untuk menjadi pacar kontrak dari Tuan Muda.
Freya berjalan tertatih ke arah pintu keluar, kakinya benar-benar bergetar. Berhadapan langsung dengan Hendrick dan juga Arven adalah hal yang tidak pernah dia sangka.
"Ah, sialan kenapa kau masih bergetar" Makinya pada kakinya dan tangannya yang tidak bisa membohongi jika dirinya sangat takut dengan Hendrick dan Arven. Akhirnya aku keluar juga. Freya mengelus dadanya dengan pelan setelah dia bisa keluar dari Apartemen itu.
"Hahaha"
Suara tawa menggema di ruangan Apartemen ini. Arven menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, merasa lucu ketika dia melihat bagaimana Freya yang berjalan dengan kaki dan tangan yang bergetar. Sangat lucu di matanya.
Arven yang keluar kamar dan tidak sengaja melihat Freya yang terduduk di lantai dengan tangan dan kakinya yang gemetar. Sampai Arven hampir saja tidak bisa menahan tawanya ketika melihat Freya yang berjalan dengan kaki dan tangan yang bergetar. Sampai jalannya saja terlihat kesusahan.
Kakinya naik ke atas sandaran sofa, kedua tangannya menjadi bantalan. Menatap langit-langit kamar dengan sisa tawa, lagi-lagi bayangan Freya yang ketakutan hingga kakinya bergetar benar-benar terasa menjadi hiburan bagi Arven.
Benar, sepertinya aku akan mempunyai mainan baru yang menyenangkan. Gumamnya. Arven mengingat pertama kali pertemuan dirinya dan Freya, mungkin gadis itu tidak ingat. Namun Arven adalah sosok pria yang selalu mengingat hal yang cukup berkesan dalam hidupnya.
Kejadian lucu ketika Arven menjadi ketua BEM, dimana dia memeriksa semua junior yang baru masuk kuliah. Penampilan Freya waktu itu terlihat sangat lucu di matanya. Kelopak mata yang menggunakan eyshadow warna-warni, kaos kaki yang juga warna-warni dan rambutnya yang di kepang dua dengan topi kerucut yang terbuat dari karton. Penampilannya itu sangat lucu bagi Arven. Apalagi ketika dia membentaknya dan dia langsung bergetar, bahkan matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis. Hal yang tidak bisa Arven lupakan sampai saat ini.
Sekarang barbie lucu itu akan menjadi milikku. Haha..
#########
Freya sampai ke rumah dengan wajah yang lelah dan tubuhnya yang berjalan gontai. Bibi yang sedang masak di dapur langsung menghampirinya.
"Bantu Bibi masak sana, malah diam saja. Kau ini pulang hanya tinggal makan apa" ucap Bibi
Freya memejamkan matanya, merasa sangat lelah dengan kehidupan yang dia jalani. Mau membantah juga tidak bisa, karena dia sadar jika dirinya hanya menumpang di rumah ini. Masih di terima untuk tinggal di rumah ini saja sudah beruntung sejak Ayahnya meninggal dengan meninggalkan banyak hutang dan Ibunya yang pergi bersama pria kaya.
Akhirnya Freya berdiri dan menyeret langkah kakinya ke arah dapur. Mengambil alih pekerjaan Bibi yang sedang memasak. Menghela nafas pelan ketika melihat wastafell yang sudah penuh dengan cucian piring kotor.
Semangat Freya.
Bersambung