Lilian Restia Ginanjar, seorang gadis mahasiswa semester akhir yang harus mengalami kecelakaan dan koma karena kecerobohannya sendiri. Raganya terbaring lemah di rumah sakit namun jiwanya telah berpindah ke raga wanita yang sudah mempunyai seorang suami.
Tanpa disangka Lili, ternyata suami yang raga wanitanya ini ditempati olehnya ini adalah dosen pembimbing skripsinya sendiri. Dosen yang paling ia benci karena selalu membuatnya pusing dalam revisi skripsinya.
Bagaimana Lili menghadapi dosennya yang ternyata mempunyai sifat yang berbeda saat di rumah? Apakah Lili akan menerima takdirnya ini atau mencari cara untuk kembali ke raganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Transmigrasi
Tubuhnya terpental akibat dorongan dari sebuah mobil karena tak sempat menghindar saat menyelamatkan seekor kucing. Darah mengucur deras di kepala dan mulutnya membuat semua orang yang melihat kejadian itu berteriak histeris. Kejadian yang begitu cepat dan area sekitar taman yang tak terlalu ramai membuat beberapa
orang tak sempat berteriak untuk mengingatkan gadis yang saat ini tergeletak di aspal itu. Gadis yang tertabrak itu adalah Lili.
"Mungkinkah ini akhir hidupku? Ku harap dikehidupan yang lain aku bisa menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya tanpa harus pusing mikirin skripsi" ucapnya lirih kemudian pingsan.
Mobil yang menabrak Lili sudah kabur entah kemana setelah tahu kalau telah membuat seseorang celaka. Orang-orang disana pun tak sempat mengejarnya dan lebih memilih fokus pada keselamatan Lili. Semuanya berkerumun dan ada salah satu warga yang langsung menghubungi ambulance.
Setelah beberapa menit dihubungi, mobil ambulance pun datang. Para petugas segera mengevakuasi korban dan melarikannya ke rumah sakit beserta barang bawaan Lili. Setelah Lili berada dalam mobil ambulance, salah satu petugas langsung mendekat kearah warga yang masih berkerumun.
"Apakah disini ada yang menjadi saksi dari peristiwa ini? Karena kami pasti akan melaporkan kejadian ini ke polisi sehingga membutuhkan banyak saksi untuk dimintai keterangan," tanya salah satu petugas ambulance.
Akhirnya beberapa orang mengikuti petugas ambulance itu masuk ke dalam mobil. Mobil ambulance dikemudikan dengan kecepatan tinggi hingga mereka hanya membutuhkan waktu selama 10 menit saja untuk sampai rumah sakit. Mereka semua segera menurunkan brankar Lili kemudian mendorongnya kearah UGD. Dokter dan perawat memasuki ruangan itu, sedangkan beberapa polisi mulai berdatangan untuk meminta keterangan dari para saksi.
Ceklek...
"Apa ada keluarga pasien disini?” tanya seorang dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD.
“Keluarganya masih dalam perjalanan, dok." jawab salah satu polisi yang memang sudah berhasil menghubungi orangtua Lili.
Dokter itu pun hanya menganggukkan kepalanya. Tak selang berapa lama, ada dua orang pasangan paruh baya tengah berlarian menuju kearah ruang UGD. Nafas keduanya terengah-engah karena berlarian dari tempat parkir sampai ruang UGD. Kedua orang paruh baya itu adalah orangtua Lili yang langsung berangkat ke rumah sakit saat
mendapat kabar dari kepolisian mengenai anaknya yang terlibat kecelakaan.
"Bagaimana dengan keadaan anak saya?" tanya ayah dari Lili dengan nafas
terengah-engah.
"Mohon maaf, dengan berat hati saya mengatakan kalau anak anda mengalami koma. Kami juga tidak bisa memprediksi kapan anak anda akan sadar. Terlebih luka pada kepalanya cukup berat dan ada pendarahan dalam kepala." ucap dokter itu dengan rasa bersalahnya.
Kedua orangtua Lili merasa terkejut bahkan kedua kakinya terasa lunglai mengetahui anaknya mengalami koma. Mereka hanya bisa menyesali semua yang sudah terjadi karena tak sempat memberikan kasih sayang kepada anaknya itu disaat sehatnya. Kini mereka hanya bisa berdo'a agar anaknya itu masih bisa bertahan dan sadar
kembali.
***
Sedangkan ditempat lain...
"Tolong jaga anak dan suamiku dari orang-orang yang berniat jahat kepadanya. Buatlah suamiku memaafkanku atas semua kesalahanku dalam waktu 30 hari. Jika kau berhasil maka setelah 30 hari itu, kamu akan kembali ke dalam ragamu. Namun jika kau tak berhasil, maka kamu akan selamanya bertahan di dalam tubuhku."
ucap seorang wanita cantik memakai baju serba putih dan rambut panjang kemudian menghilang bersama angin.
Hah... Hah... Hah...
Seorang wanita terbangun dari komanya setelah selama 1 tahun lamanya tertidur dengan pulasnya diatas brankar rumah sakit itu disertai nafas yang ngos-ngosan. Bahkan terlihat sekali keningnya sudah bercucuran keringat seakan tengah mengalami mimpi buruk. Namun wanita yang terbangun itu hanya raganya saja yang sama, berbeda dengan jiwa yang menempatinya. Wanita yang sudah mempunyai seorang suami namun jiwanya diisi oleh seorang gadis remaja yaitu Lili.
“Gue belum mati? Terus siapa tadi perempuan yang ada dalam mimpiku? Apa gue sekarang ada di raga oranglain terus disuruh melakukan sesuatu agar bisa kembali ke tubuh asli?” gumamnya sambil melihat kearah sekitar ruangan yang ditempatinya itu.
Ternyata Lili kini berada di rumah sakit dengan menempati raganya yang baru. Identitasnya yang sekarang menjadi Arlinda Deandra. Saat dirinya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, tiba-tiba saja matanya melotot kearah sebuah cermin yang tak sengaja menampilkan wajahnya.
“Jadi apa yang diucapkan perempuan dalam mimpi itu benar? Gue transmigrasi ke tubuh seorang wanita bersuami,” gumamnya sambil menepuk-nepukkan pipinya seakan semua ini hanyalah mimpi.
Arrrrgggghhhh....
Tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing dan berat secara bersamaan karena ada beberapa ingatan yang tak ia kenal masuk dalam otaknya. Bahkan ia sampai menjambak rambut panjangnya sendiri akibat ingatan acak yang masuk dalam pikirannya. Karena terlalu pusing, akhirnya Arlin kembali pingsan akibat tak kuat menahan rasa sakitnya.
Ceklek...
Disaat yang bersamaan dengan kembalinya Arlin pingsan, ada seseorang yang memasuki kamar rawat inapnya. Seorang laki-laki yang tak lain adalah suami Arlin, Aldo masuk dalam ruang rawat inap istrinya itu. Namun dahinya mengernyit heran saat melihat brankar istrinya terlihat berantakan.
Aldo pun langsung berpikir bahwa istrinya tadi sudah sempat sadar. Dengan gerakan cepat, Aldo menekan tombol panggilan dokter dan perawat untuk memeriksa sang istri. Tak berapa lama, dokter dan perawat masuk ke dalam ruang rawat inap Arlin.
“Sepertinya istri saya sudah sadar, pasalnya brankar dan rambutnya terlihat berantakan.” ucap Aldo menjelaskan.
Rambut Arlin memang berantakan karena tadi sempat dia acak-acak karena rasa pusing yang mendera. Dokter dan perawat segera memeriksa semuanya dengan teliti. Mereka akhirnya setuju dengan ucapan Aldo bahwa memang pasien sudah sempat sadar namun pingsan kembali.
“Pasien saat ini pingsan. Beberapa jam lagi pasti pasien akan sadar. Setelah sadar nanti, saya akan memeriksa kembali keadaan pasien untuk memastikan tak ada hal yang serius setelah koma selama satu tahun lamanya” ucap dokter itu.
Aldo menganggukkan kepalanya kemudian menatap sang istri dengan tatapan sulit diartikan. Sedangkan dokter dan perawat segera keluar dari ruang rawat inap pasien. Aldo segera duduk di samping brankar sang istri kemudian memegang telapak tangan Arlin.
“Setelah kau sadar nanti, ku harap kamu bisa berubah. Berubah perasaannya agar bisa mencintaiku,” gumam Aldo penuh harap.
Bahkan kini Aldo mencium punggung tangan Arlin begitu lama dan merapikan rambut istrinya. Ia meresapi setiap detik waktu yang diberikan Tuhan untuk bisa bersama disamping sang istri. Walaupun sang istri selama ini tak pernah baik atau membalas perasaannya, namun ia sangat berharap kalau Arlin bisa mencintainya setelah sadar nanti.
“Namun jika kau tetap tak bisa mencintaiku, aku ikhlas jika harus melepaskanmu.” lanjutnya dengan tersenyum sendu.