Sinopsis:
Cerita ini hanyalah sebuah cerita ringan, minim akan konflik. Mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari Bulbul. Gadis kecil berusia 4 tahun yang bernama lengkap Bulan Aneksa Anindira. Gadis ceria dengan segala tingkahnya yang selalu menggemaskan dan bisa membuat orang di sekitar geleng-geleng kepala akibat tingkahnya. Bulbul adalah anak kesayangan kedua orangtua dan juga Abangnya yang bernama Kenzo. Di kisah ini tidak hanya kisah seorang Bulbul saja, tentunya akan ada sepenggal-sepenggal kisah dari Kenzo yang ikut serta dalam cerita ini.
Walaupun hanya sebuah kisah ringan, di dominan dengan kisah akan tawa kebahagian di dalamnya. Akan tetapi, itu hanya awal, tetapi akhir? Belum tentu di akhir akan ada canda tawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuliani fadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 Fika berulah
Sekitar pukul 15.30, Winda, Kenzo beserta Bulbul sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan, di kota Jakarta. Namun, ketigannya kini sudah selesai dengan urusannya disana, atau lebih tepatnya urusan Winda. Karena Kenzo dan Bulbul hanya menemani wanita itu saja.
Kenzo yang setia menuntun tangan Bulbul, berabe, kan kalo ilang. Dan Winda yang membawa beberapa barang yang dibelinya. Mereka berniat langsung pulang dari sana dan sekarang ketiganya sedang berjalan keluar dari gedung bertingkat itu menuju parkiran dimana mobil yang dikendarai Kenzo berada.
Sebelum benar-benar keluar dari pusat perbelanjaan itu, Kenzo terlebih dahulu bertanya, "Udahkan, Ma?" tanya Kenzo memastikan jika tidak ada yang perlu dibeli lagi.
Winda mengecek terlebih dahulu beberapa paper bag yang dibawanya. Dan setelah merasa apa yang di butuhkan sudah komplit tidak ada yang perlu dibeli lagi, Winda mengangguk. "Udah Zo, kita langsung pulang aja," sahut Winda.
"Ihh, Mama! Bulbul pen eclim cotat dulu!" celetuk Bulbul saat tak sengaja melihat toko eskrim tak jauh darinya.
Bulbul melepas tuntunan tangan Kenzo dan segera berlari menuju tempat eskrim itu.
"Ehh--Bulbul, tunggu! Jangan lari nanti ilang!" ujar Kenzo setengah berteriak, menatap kesal Bulbul yang sembarangan pergi begitu aja.
"AYO, TEPET MAMA, ABANG! BULBUL MAU ECLIM COTAT!" ujar anak itu dengan berteriak, sambil berlari dengan pandangan yang masih menatap ke arah belakang dimana Kenzo dan Winda berada, menuju tempat eskrim itu.
"BUL, JANGAN LARI!" kata Winda memperingati, tentunya sama-sama berteriak, sambil merogoh ponselnya yang berdering di dalam tasnya.
"Jo, samperin Bulbul duluan, Mama mau angkat telpon dulu sebentar," sambung Winda meminta tolong pada Kenzo yang langsung di beri anggukan dari anaknya itu.
"BUL, TUNGGU! JANGAN LAR--" belum juga menyelesaikan ucapannya, Kenzo sudah terlebih dahulu melihat Bulbul yang kini terduduk dilantai itu. Terlihat anak itu menabrak seseorang yang berjalan dari arah berlawanan.
"AWW!" pekik Bulbul, "MAMA ATIT!" lanjutnya diiringi isakan.
Kenzo berdecak dan berlari kecil menghampiri Bulbul, sebelum Kenzo sampai dan membantu Bulbul, terlihat seseorang yang ditabrak anak itu membantu terlebih dahulu, jadi Kenzo memilih berjalan biasa saja. Dan bukannya orang yang ditabrak anak itu yang jatuh, tetapi sebaliknya malah Bulbul sendiri..
"Kamu gak papa?" tanya seseorang yang ditabrak Bulbul, dan membantu anak itu berdiri.
Bulbul terisak dan melengak menatap wajah orang itu. "Om Caka! Atit, hikk!" adunya setelah mengetahui siapa orang yang membantunya dan orang yang ditabraknya. Saka.
Fika yang berada disebelah Saka mendengkus kesal, "Mangkannya jangan lari-lari, udah tau ditempat umun kaya gini juga! Jadi nabrak orang lain, kan!" sinis Fika, menatap Bulbul dengan memutar bola matanya dan bersedekap dada. "Lagian orang tuanya kemana sih, gak becus banget jagain anak kaya gini. Malah dibiarin keliaran!" lanjut Fika menggeram.
Saka menatap Fika memperingati untuk tidak berkata lagi, "Fika!" tegur Saka tenang. Namun, terlihat dari tatapannya yang menusuk.
Fika mendengkus pelan dan akhirnya memilih diam.
"Lagian Bulbul kenapa lari-lari segala?" tanya Saka dan berjongkok mensejajarkan tinggi badannya.
"Kenapa bang?" tanya Zeline tiba-tiba, datang dari arah belakang yang ternyata ada disana juga. Namun, entah habis dari mana dahulu cewek itu. "Eh--Bulbul? Kok kamu ada disini?" lanjut Zeline bertanya bingung, dan mendekat ke arah Saka dan Bulbul, "Kenapa, kok nangis?"
Saka kali ini mengernyit heran, kenapa Zeline bisa mengenal anak dari atasan di kantor tempat bekerjanya, "Kamu kenal Bulbul, Ze?" tanya Saka akhirnya.
Zeline mangangguk, menatap sebentar Saka. "Iya, Bulbul Adek dari temen Ze."
Saka hanya mengangguk mengerti, mungkin yang di maksud teman yang dibilang Zeline adalah Kenzo.
Sementara Bulbul sendiri masih menangis. "B-bulbul jatoh, atit, Je!" adu Bulbul pada Zeline.
Zeline manatap Bulbul kembali, "Kok bisa, emang kamu sama siapa kesini?" tanya Zeline lagi dan merapihkan poni anak itu yang sedikit menghalangi pandangannya.
"Sama gue," sahut Kenzo yang kini sudah berada tak jauh dari mereka berada.
Zeline menatap siapa yang menyahuti, dan mendengkus pelan, taklupa merotasikan bola matanya malas. "Pantes!"
"Pantes apaan!" sahut Kenzo sewot.
Zeline seketika mengeleng. "Kagak!"
"Abang!" ujar Bulbul, mendekat kearah Kenzo dan memeluk kaki cowok itu. "Pantat Bulbul atit Abang!" adunya pada Kenzo.
Kenzo mengangkat tubuh Bulbul, untuk menggendongnya. "Mangkannya jangan bandel! Di bilangin juga jangan lari-lari!" omel Kenzo.
Bulbul mengerucutkan bibirnya mendengar omelan Kenzo. Anak itu masih mengalungkan tangannya pada leher Kenzo. "Tapi, kan, Bulbul mau eclim cotat, Abang!"
"Enggak ya, Bul, kamu bandel sih!" sahut Kenzo.
Mendengar sahutan Kenzo seketika Bulbul memaksa turun dari gendongan cowok itu. Menatap kesal Kenzo. "Pokona Bulbul mau eclim cotat!"
"Enggak!"
Bulbul mengerucutkan bibirnya. "Iih Abang pelit! Pokona mau eclim cotat!" kekeh anak itu.
"Enggak yah!"
Zeline yang melihat perdepatan kecil itu mendengkus, "Kasih aja kenapa sih nyet, pelit amat jadi orang!" sewot cewek itu.
Saka yang mendengar apa yang diucapkan Zeline, mengacak pelan rambut Adiknya itu. "Ze, gak boleh ngomong gitu!"
Mendengar teguran dari saka, Zeline meringis. Ia lupa kalau ada Saka disini, "Iya maaf."
Sementara Fika yang masih terdiam. Cewek itu diam-diam menggeram, menggeram tidak suka melihat perlakuan Saka terhadap Zeline. Ingin menegur Zeline namun siatuasinya tidak tepat untuk saat ini, jadi tunggu saja apa yang akan dia perbuat nanti.
Bulbul akhirnya memilih mendekat ke arah Saka. "Abang kok pelit! Awac ya Bulbul bilagin cama Mama, bial Abang dimalahin kaya kemalin, kemalin, kemalin, cama kaya Papa malahin Abang!" ancam Bulbul.
Kenzo memandang kesal Bulbul, "Bukan pelit, nanti tungguin Mama!"
Bulbul menggeleng tegas. "Endak mau, Bulbul mau cekalag! Kalo Abang endak mau, Bulbul cama Om Caka adah!" kata Bulbul dan lebih mendekat pada Saka. "Om Caka endak pelit kaya Abang!"
"Bul!" kesal Kenzo. Keras kepala sekali Adiknya itu.
Bulbul menatap jutek Kenzo, "Ayo Om Caka, Bulbul mau eclim cotat!" Ajak Bulbul. Padahal mereka baru kenal belum lama ini.
Setelah merasa benar-benar muak dengan keterdiamannya yang cukup lama. Fika, cewek itu menatap jengan orang-orang dihadapannya. Dan apa? Anak itu mengajak Saka pergi membeli eskrim. Emang siapa dia? Seenaknya sekali! Padahal dirinya juga ada urusan yang lebih penting dengan Saka, daripada masalah eskrimnya.
Akhirnya Fika membuka suara lagi, "Abang, ayo dong katanya mau anter aku! Nanti keburu kesorean," ujar Fika terdengar merengek sambil mengoyangkan tangan Saka, yang berdiri saling bersebelahan dengannya. Sebelum Saka lebih dulu mengiyakan ajakan Bulbul tadi.
Saka yang baru saja hendak menuntun Bulbul, untuk mengajak anak itu kemana yang dipintanya, sejenak urung, dan menatap terlebih dahulu Fika yang berdiri di sebelahnya. "Nanti aja bisakan, Abang mau ngantetin Bulbul dulu," sahut Saka dan mengenggam tangan Bulbul.
Fika menggeram pelan, "Emang anak ini siapa sih! Kayanya dia lebih penting dari aku!"
Saka menghela napasnya pelan, "Bukan gitu. Dia anak dari atasan Abang dikantor, Dek. Udah deh, lagian bentar doang. Zeline aja gak masalah," jelas Saka menatap sebentar Zeline yang hanya memperhatikan bersama Kenzo. "Iyakan, Ze?" lanjutnya bertanya pada Zeline.
Refleks Zeline mengangguk. "Iya Bang, gak papa."
Fika melirik sinis Zeline dengan ekor matanya. "Zeline lagi, Zeline lagi! Gue benci lo Zeline!" Batin Fika muak, dia benci jika Saka terus mementingkan Zeline daripada dirinya. Bener-bener muak.
"Iihh! Om Caka ayo tepetan!" pinta Bulbul menarik pelan tangan kekar Saka.
Saka terkekeh dan segera mengajak pergi Bulbul ke tempat yang dipinta anak itu tadi. Dan kini disana tersisa Kenzo, Zeline, dan Fika.
"Lo ada urusan ap---" Kenzo baru saja membuka suara, ingin bertanya pada Zeline. Namun, Fika, cewek itu lebih dulu menarik tangan Zeline sampai ucapannya harus menggantung diudara.
Kenzo berdecak kesal, merutuki Fika, "Ck! Sialah tuh si lalampir! Orang mau ngomong juga!" umpat Kenzo, seraya berkacak pinggang, menatap kedua cewek itu yang tengah mengobrol agak jauh darinya. Entah, Kenzo tidak tahu apa yang tengah diobrolkan kedua cewek itu.
"Apa-apaan sih, lo, Fika!" kata Zeline kesal, sambil berusaha melepas cekalan Fika.
Setelah merasa cukup jauh dari tempat tadi, Fika menghempas tangan Zeline. "Dengerin baik-baik apa yang gue omongin!" ujar Fika dengan mengangkat jari telunjuknya, tepat dihadapan Zeline, memperingati.
Zeline memundurkan wajahnya sedikit. "Kenapa sih!"
"Gue udah muak, yah! Liat lo selalu deket sama Bang Saka!" ujar Fika menatap tajam Zeline.
Terlihat dahi Zeline mengernyitkan bingung mendengar apa yang dikatakan Fika. "Maksud lo apa?"
Fika merotasikan bola matanya sinis, dan decihan pun keluar dari bibir cewek itu. "Cih! Lo masih belum paham?"
Zeline terdiam, menunggu ucapan apa yang akan keluar dari bibir Fika selanjutnya.
Fika mendorong pelan bahu Zeline dengan jari telunjuknya, "Kalo lo mau tau. Gue cemburu liat Bang Saka lebih perhatian sama lo! Dibanding sama gue! Gue gak suka Bang Saka selalu menomer satukan lo daripada gue. Gue benci itu Zeline!" jelas Fika penuh penekanan.
"Lo--"
Fika tertawa, yang membuat ucapan Zeline terpotong dan seketika bungkam kembali. "Lo tau? Gue ...." Fika menunjuk dirinya sendiri. "Gue sayang sama Abang, lo Zeline! Gue cinta sama dia! Jadi, gue peringatin sekali lagi ...." Fika menjeda ucapannya. Kembali menatap Zeline dengan tatapan bencinya.
Dan Fika kembali mengangkat jari telunjuknya memperingati. "Lo, jangan terlalu deket sama Bang Saka! Kalo bisa sekalian, lo jauhin Bang Saka! Karena gue benci liat lo terus deket sama dia! Gue CEMBURU Zeline, gue CEMBURU! Lo seharusnya ngerti Zeline!" jelas Fika mengekuarkan semua apa yang dirasakannya selama ini.
Zeline masih bergeming bahkan mulutnya kini terasa kaku, seakan tak mampu berkata, mendengar sebuah pengakuan dari Fika. Ya, ia terkejut, begitu terkejut malah.
"Camkan itu!" tekan Fika dan Setelah berujar seperti itu, Fika pergi dari hadapan Zeline, yang masih setia dengan keterdiamnya. Ucapan demi ucapan yang keluar dari mulut saudara tirinya itu beberapa detik yang lalu, masih benar-benar terngiang di telinganya.
••