Andah, adalah mahasiswi yang bekerja menjadi penari striptis. Meskipun ia bekerja di hingar bingar dan liarnya malam, tetapi dia selalu menjaga kesucian diri.
Sepulang bekerja sebagai penari striptis.Andah menemukan seorang pria tergeletak bersimbah darah.
Andah pun mengantarkannya ke rumah sakit, dan memaksa Andah meminjam uang yang banyak kepada mucikari tempat dia menari.
Suatu kesalahpahaman membuat Andah terpaksa menikah dengan Ojan (pria amnesia yang ditemukannya) membawa drama indah yang terus membuat hubungan mereka jadi semakin rumit.
Bagaimana kisahnya selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Pria Amnesia
"Aaaagghhh!" Andah berteriak melihat sebuah tubuh yang penuh dilumuri darah tergeletak begitu saja.
Andah segera melakukan panggilan darurat dan mengikuti pria yang tidak dikenal tersebut ke rumah sakit. Beberapa waktu pria tersebut diperiksa. Tiba lah masanya di saat dokter yang tadi memeriksa keluar dari ruang pemeriksaan tersebut.
"Siapa yang bertanggung jawab terhadap pasien ini?"
Andah pun mendekati sang dokter. Tak satu pun ditemukan tanda pengenal pria yang terluka itu. Sehingga membuat Andah merasa bertanggung jawab karena dia lah yang menemukan pria tersebut.
"Bagaimana keadaannya, Dok?"
"Apa kamu mengenalinya?" tanya Dokter.
Andah menggelengkan kepala. "Tadi saya menemukannya dalam keadaan pingsan di semak-semak, Dok. Karena kasihan, saya bawa saja ia ke rumah sakit ini."
Dokter sedikit menelengkan kepalanya. "Sebenarnya keadaannya cukup buruk. Dia mendapat cidera di sekujur tubuh. Bagian yang paling buruk adalah kepalanya. Tidak hanya itu, tulang kakinya dan tulang lengan bagian atas mengalami sedikit pergeseraan." Dokter tersebut menggelengkan kepala prihatin.
"Seburuk itu kah, Dok?"
"Kakinya harus segera dioperasi, tulang di bagian bahu pun harus segera mendapat perawatan intensif. Namun, jika tak ada yang bisa menjamin biaya untuk pria tersebut, maka pihak rumah sakit belum bisa melakukan tindakan apa pun." Setelah menjelaskan keadaan pria yang tidak dikenal itu, dokter kembali masuk ke dalam.
Andah terduduk lemas, mencoba mengeluarkan uang-uang yang tak seberapa. Uang ini akan digunakannya untuk membayar SPP semester ini. Namun, sepertinya uang tersebut akan beralih fungsi tak seperti harapan. Malam ini adalah malam yang paling buruk baginya.
Andah menggaruk kepala gusar. "Ini gara-gara si Tama sialan itu. Kalau tidak ada dia, aku tak akan bertemu dengan pria yang tergeletak itu." rutuknya bermonolog dengan rasa kesal yang luar biasa.
*
*
*
Beberapa hari kemudian setelah mendapat perawatan intensif, pria yang tidak dikenali tersebut akhirnya mulai sadar juga. Kebetulan sekali saat itu Andah tepat berada di sisinya.
Perlahan matanya mulai terbuka. "Hmmmf." dari mulutnya terdengar mengeluarkan ******* halus sehingga Andah segera mengecek keadaannya.
"Hmmmfff." Dia kembali mencoba mengucapkan sesuatu.
"Anda mau mengatakan apa, Tuan?"
"Hmmm, a-a-ah-" ucapnya terbata.
Setelah itu Andah kembali memanggil dokter dan di saat itu juga lah Andah harus mengurus biaya administrasi.
"Ini sisa terakhir hasil pinjaman dari Mamih Lova. Tapi perawatan untuk pria itu belum usai juga. Tiap dia mendapat tindakan penanganan, setiap itu pula kocek harus dikeluarkan. Bagaimana ini? Apa aku tinggal saja, seolah tak mengenal dia?"
Andah tak berhenti merutuki nasib yang tengah menimpanya. Uang kuliah yang belum sempat dibayar, beralih fungsi sebagai biaya pengobatan dan perawatan pria yang tidak dikenal.
Skripsi yang harusnya dirampungkan semester ini, terpaksa ditunda karena masih terkendala masalah biaya. Akan tetapi, akhirnya Andah membatalkan rencana perkuliahan semester ini memutuskan mengambil cuti untuk sementara.
Andah mengalami kehabisan uang dan hutang mulai menumpuk. Dia berharap, saat pria itu sadar, pria yang ditolong bisa mengganti semua uangnya yang telah dikeluarkan. Andah sudah berjanji untuk segera mengembalikan uang yang dipinjam kepada Mami Lova.
Ponsel di dalam kantong Andah bergetar, di sana tertulis label nama 'Nenek Sihir' yang artinya ibu tirinya lah, yang menghubunginya. Dengan sedikit malas, Andah menggeser tanda hijau. Dia seakan sudah tahu apa yang diinginkan oleh sang ibu tiri.
"Halo?" jawabnya malas.
"Mana uang yang kamu janjikan? Biaya perawatan ayah kamu yang menyusahkan itu sangat mahal tau gak? Jika tidak kamu berikan, aku akan pergi meninggalkan ayahmu!" ancam Inggrid di seberang sana.
"Ya udah lah, Bu! Silakan pergi! Aku benar-benar tidak memiliki uang lagi. Biar aku sendiri yang merawat ayah!"
"Dasar anak kurang ajar!!!"
Andah menjauhkan ponsel dari telinga, karena suara sang ibu tiri membuat telinganya sakit. Akhirnya, dia menekan tanda merah meskipun orang di seberang belum berhenti berkoar. Ia merasa malas mendengar kicauan, Inggrid, sang ibu tiri.
Setelah itu, dia melihat ke arah ponsel yang ada di tangannya. Dia tampak berpikir sejenak. Ia memutuskan langsung menuju kios ponsel dan menjualnya.
*
*
*
Setelah memegang sejumlah uang yang tidak banyak, Andah pulang hendak mengecek keadaan ayah yang tak bisa ke mana-mana.
Semenjak satu tahun terakhir, ayahnya yang bernama Yanto, mengalami struk. Semenjak itu, Yanto tidak bisa memberi nafkah kepada Inggrid dan Andah. Memaksa putrinya pontang-panting menggantikan posisi tulang punggung keluarga.
Ternyata, Inggrid sang ibu tiri masih berada di rumah itu. "Nggak jadi pergi, Bu?" tanyanya cuek.
"Aah ..." mata Inggrid sedikit liar berputar mencoba mencari alasan.
"Aku tak bisa tinggalkan ayahmu!" ucapnya membuang muka.
'Bilang aja gak punya keluarga lain untuk dituju.' sungut Andah di dalam hati.
Tiba-tiba, Inggrid merebut tas yang ada di punggung Andah. Dia membongkar isi yang ada di dalamnya, tak memedulikan telah membuat keadaan menjadi berantakan. Andah ingin menghentikan, tetapi dia selalu teringat pesan sang ibu sesaat sebelum pergi meninggalkan dunia ini.
"Andah, jika ayahmu ingin menikah lagi, biar kan lah ... Kamu harus memenuhinya, jika tidak ayahmu akan tersiksa, memilih wanita-wanita yang ada di jalanan."
"Setelah memiliki ibu sambung, kamu harus menyayanginya setulus hatimu. Karena surga ibumu, telah berpindah pada kakinya."
Andah masih mengingat jelas pesan dari almarhum ibunya. Oleh karena itu, Andah selalu berusaha untuk tidak membangkang. Tadinya Andah merasa lega, bila sang ibu tiri menginginkan untuk melepaskan diri. Akan tetapi, itu semua hanya lah sekedar ancaman belaka.
Akhirnya, Inggrid menemukan uang. Dengan seringai di wajahnya tanpa memedulikan keadaan Andah, semua uang hasil penjualan ponsel diambil tak bersisa.
"Bu, aku membutuhkan uang itu." rengeknya.
Namun, Inggrid sang ibu tiri tidak memedulikan dan masuk ke kamar, mengunci pintu.
Menjelang berangkat kerja, Andah menyempatkan diri untuk menengok pria yang ditolongnya. Dia merasa kasihan pada pria tersebut karena tidak memiliki siapa pun untuk menemaninya. Saat diintip, pria dengan perban di kepala itu terlihat merenung memikirkan sesuatu.
Andah pun masuk secara perlahan. "Hai," ucapnya sedikit ragu.
"Ka-kamu si-siapa?" tanyanya terbata.
"Seharusnya saya yang bertanya, Tuan ini siapa? Kenapa bisa terluka seperti ini?"
Pria itu terlihat berpikir. Saking kerasnya dia berpikir, dia meringis mengernyitkan wajah. "Aahh, aku siapa? Aku siapa? Tolong katakan, aku siapa?!"
Mendengar ucapan tersebut, membuat Andah merasa sedikit panik dan mencari perawat atau pun dokter yang merawatnya. Setelah mendengar penjelasan sang dokter, Andah berjalan dengan kepala tertunduk.
"Lalu bagaimana uangku? Siapa yang akan mengganti semuanya? Oh tidak."
Andah berjalan tertunduk kembali menuju ruang rawat pria tadi. Saat dia masuk, pria yang mengalami amnesia tersebut tengah memandangi segala hal yang ada di ruangan ini.
"Baik lah, Tuan. Saya harus bekerja keras untuk malam ini. Karena biaya pengobatan Anda sungguh sangat luar biasa." Andah bergerak keluar dari ruangan tersebut.
Pria itu merentangkan tangannya, meski terlihat masih gemetar. "Tu-tunggu! Apa kamu tahu aku ini siapa?"
Andah memiringkan kepala menatap plafon sejenak. "Ojan, namamu Ojan!"
...
...
*
*
*
Demi biaya rumah sakit, Andah berusaha semaksimal mungkin. Dia menampilkan tarian dengan maksimal, hingga mendapat uang yang cukup banyak.
Beberapa hari kemudian, tiba lah masanya Ojan harus keluar dari perawatan rumah sakit. Andah bingung harus melapor kepada siapa. Ujung-ujungnya Andah membawa Ojan pulang ke rumahnya.
Inggrid sang ibu tiri tentu tak setuju saat anak sambungnya membawa pria asing yang tak dikenal. Hingga melaporkan pada Pak RT bahwa Andah kumpul kebo dengan pria tak dikenal bernama Ojan.
Masyarakat berbondong-bondong ke rumah, mendapati pria asing itu tengah tidur di kamar Andah.
takut lo brkl bpkmu smpe dipecat???