bagaimana jika seorang CEO menikah kontrak dengan agen pembunuh bayaran
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
begitulah cinta deritanya tiada berakhir
“Prok-prok” terdengar suara tepuk tangan keras semua orang menoleh kearah sumber suara dan itu adalah amira, mukanya terlihat sembab karena menangis
“astaga apa yang direncanakan wanita licik ini” ucap andika dalam hati dia waspada karena amira suka melakukan hal yang tidak diduga
“astaga amira tadi mukanya ceria sekarang jadi sedih begini, mau drama apa lagi dia” gumam renata dalam
“Ibu-ibu sekalian! Tengok lah! Suami aku kena rampas orang! Tengok! Aku nak beli satu tas pun fikir sepuluh kali! Tapi dia tu, belanja tas sampai satu juta dolar! Ibu-ibu, tolong lah... Sungguh kejam dia rampas suami aku macam tu!” Amira hampir terjatuh, bersandar pada rak tas, pura-pura nak pengsan sambil memegang dada dengan tangan kiri.
“Ibu-ibu! Suami aku kerja siang malam, aku jaga rumah, aku jaga mak mentua aku... Tiba-tiba datang perempuan macam ni, tibai semua yang aku ada! Ibu-ibu, patut ke macam tu?” Amira terus menangis, air matanya sudah mulai mengalir.
Orang sekeliling makin ramai bisik-bisik. Ada yang pura-pura lipat baju, ada yang rakam video dari jauh.
“hah sejak akapan dia bisa bahasa melayu pasih lagi” ucap andika dalam hati
“anak ini memang aga lain pandai sekali dia bersandiwara dan pakai bahasa melayu lagi”ucap renata dalam hati
Andika dan bianka bingung harus berkata apa, sementara sekarang mereka jadi pusat perhatian para pengunjung
Seorang ibu yang berdiri di dekat rak perhiasan tiba-tiba membuka mulut dengan nada sinis, sambil memandang Bianka yang berdiri dengan angkuh.
"Eh, perempuan ni, kalau dah jumpa duit banyak sikit, terus lupa diri ya?" ucap ibu itu, menggelengkan kepala. "Pakai segala macam barang mewah, tapi tak ingat asal-usul. Macam mana boleh jadi macam ni, huh? Orang macam awak ni, bukan nak cari cinta, tapi cari harta. Boleh jeh. Tapi ingat, kekayaan tu tak kekal. Lihat nanti, siapa yang tinggalkan siapa." Ibu itu tersenyum tajam, lalu melangkah pergi, meninggalkan Bianka yang terdiam, kesal.
Bianka dan Andika terdiam, mereka kurang memahami apa yang sedang dibicarakan oleh orang-orang di sekitar mereka.
Sementara itu, Amira dan Renata dikelilingi banyak orang. Mereka semua terlihat prihatin terhadap Renata sebagai seorang ibu yang ditinggalkan oleh anaknya demi seorang pelakor. Sedangkan Amira, tentu saja, mendapatkan banyak simpati karena suaminya membeli tas mahal untuk pelakor, sementara ia sendiri tidak mendapat perhatian yang sama.
"Amira, apa-apaan kamu?" bentak Andika dengan wajah marah.
"Kamu yang apa-apaan? Kamu tidak lihat ibu kamu itu? Kamu tega menyakiti ibu kamu, Dika, demi wanita licik seperti dia," balas Amira dengan nada tinggi.
"Aku tidak licik. Kamu yang licik," ucap Bianka dengan nada dingin.
"Haha, aku ini wanita baik. Aku menyelamatkan keluarga Andika. Sedangkan kamu, kamu justru akan menghancurkannya! Dasar pelakor!" Amira berkata dengan penuh kebencian.
"Aku bukan pelakor! Aku pacarnya Andika jauh sebelum dia mengenal kamu," tegas Bianka.
"Iya, dia bukan pelakor. Dia kekasihku. Kamu hanya orang yang baru aku kenal dan aku nikahi demi ibuku," ucap Andika dengan nada datar.
Semua orang mulai berpindah haluan, menganggap Amira sebagai perebut kekasih.
"Aku memang tidak mengenal Andika sebelumnya," ucap Amira sambil menatap tajam.
"Tapi dengan penuh risiko, aku mau menggantikanmu," Amira melanjutkan, tatapannya semakin tajam menuju Bianka.
"Kamu yang katanya kekasih Andika, apa yang kamu lakukan? Kamu tidak datang di hari pernikahan. Apakah kamu pikirkan dampak ketidakhadiranmu? Bayangkan saja, Presiden sudah siap datang, Gubernur sudah siap jadi saksi, belum lagi pejabat dan pengusaha yang sudah dikondisikan oleh Mama Renata. Sedangkan kamu, tanpa memberi kabar, menghilang di hari pernikahan," Amira mengingatkan dengan nada tinggi.
Amira menatap tajam pada Andika, "Bayangkan kondisi keluarga kamu kalau aku tidak datang. Mama kamu akan disebut pembual, mempermainkan agenda orang-orang penting. Apa dampaknya? Perusahaan kamu akan dianggap tidak profesional! Mengurus pernikahan saja tidak bisa, bagaimana dengan mengurus tender besar?"
"Dan aku bersama Mama Renata, sudah melakukan pengorbanan besar. Sedangkan kamu, kamu justru akan kembali kepada wanita yang hampir saja menghancurkan reputasi kamu dan ibu kamu. Aku ingin tanya, otak kamu taruh di mana?" ucap Amira tegas, suaranya lantang dan penuh penekanan.
Amira berbicara dengan lantang sehingga Andika dan Bianka tidak bisa membalas atau menyela ucapan Amira.
"Penderitaan kamu sungguh menyakitkan nak,” ucap seorang pria berambut putuh menatap ke arah amira
Kemudian dia menunjuk ke arah andika “Dan kamu sungguh tak berbakti. Kamu tinggalkan ibu dan istri kamu demi seorang wanita yang sudah mempermalukanmu,"
Banyak pengunjung yang merasa terharu dan segera merekam kejadian itu dengan ponsel mereka.
Tiba-tiba binka menerjang dia akan memukul amira
Amira bergerak gesit menghindari pukulan. Pukulan Bianka hanya mengenai udara. Dengan gerakan cepat dan terampil, Amira menendang pantat Bianka hingga terjatuh dan menabrak ibu-ibu yang ada di sekitar mereka.
"Brengsek kamu, Mira!" teriak Andika dengan marah.
Andika, yang marah melihat Amira menendang Bianka, langsung menerjangnya. Dengan gerakan cepat, ia berusaha memukul wajah Amira. Namun, Amira dengan sigap memiringkan tubuhnya, menghindari serangan itu. Amira melangkah mundur dengan elegan, lalu secepat kilat menyepak kaki Andika, membuatnya sedikit terhuyung.
Tapi Andika, yang terbiasa dengan perkelahian, langsung bangkit dan menyerang lagi. Kali ini, dia mengayunkan tinjunya dengan kuat ke arah Amira, berharap untuk menghentikannya. Namun, Amira tidak ketinggalan. Dengan gesit, ia menangkap pergelangan tangan Andika dan memutar tubuhnya, memaksa Andika jatuh terjerembab ke lantai.
Penonton di sekitar mereka tercengang, banyak yang berseru kagum melihat pertarungan antara Andika dan Amira. Mereka tidak menyangka bahwa Amira, wanita yang terlihat rapuh dan lemah, bisa sekuat itu melawan seorang CEO muda yang terlatih.
“Lihat! Dia bisa mengimbangi Andika!” bisik beberapa orang dengan penuh kekaguman.
Andika dan Amira saling bertatapan, keduanya terengah-engah. Meski Amira tidak punya fisik sekuat Andika, kecerdasannya dalam bergerak membuatnya bisa menyeimbangkan pertarungan itu. Semua orang yang menyaksikan mulai merasa tegang, dan beberapa dari mereka bahkan merekam kejadian itu dengan ponsel mereka.
Tiba-tiba, suara keras terdengar dari arah pintu masuk. Beberapa sekuriti mall berlari menuju mereka, wajah mereka serius.
"Eh, apa ni semua?! Jangan buat kecoh kat sini!" jerit seorang sekuriti yang lebih senior, sambil melangkah cepat menghampiri Andika dan Amira.
Seorang sekuriti lain menghampiri Bianka yang masih terbaring di lantai. "Awak, okay tak? Bangun, bangun," katanya, sambil membantu Bianka berdiri.
Andika, yang masih terengah-engah, mengangkat tangan, marah. "Ini urusan keluarga saya! Jauhkan diri kamu!" serunya.
"Tapi sini bukan tempat untuk bergaduh!" jawab sekuriti dengan tegas, menatap Andika dan Amira. "Kamu berdua, berhenti sekarang juga, kalau tak saya panggil polis!"
Amira menatap sekuriti itu, bibirnya tersenyum tipis. "Biarkan saja dia. Tapi, kalau tak dihalang, mungkin kami akan teruskan," jawabnya sinis, sambil melirik Andika.
Andika dan bianka pergi dari mall, Dan renata pergi bersama amira “aku tak menyangka andika bisa sebodoh itu, hanya demi cinta”
"Ya benar juga kata chu pat kay “begitulah cinta deritanya tiada akhir”
“siapa chu pat kay?” tanya renata
“siluman babi” jawab amira
tapi kenapa yah oma viona selalu menuduh allesandro setiap ada masalah perusahaan? dan bagaimana nasib andika selanjutnya
seru nih amira hajar terus