Judul buku "Menikahi Calon Suami Kakakku".
Nesya dipaksa menjadi pengantin pengganti bagi sang kakak yang diam-diam telah mengandung benih dari pria lain. Demi menjaga nama baik keluarganya, Nesya bersedia mengalah.
Namun ternyata kehamilan sang kakak, Narra, ada campur tangan dari calon suaminya sendiri, Evan, berdasarkan dendam pribadi terhadap Narra.
Selain berhasil merancang kehamilan Narra dengan pria lain, Evan kini mengatur rencana untuk merusak hidup Nesya setelah resmi menikahinya.
Kesalahan apa yang pernah Narra lakukan kepada Evan?
Bagaimanakah nasib Nesya nantinya?
Baca terus sampai habis ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Pancaran kecantikan di wajah Nesya tak hanya menarik perhatian keluarganya namun juga berhasil menuai pujian dari seluruh tamu undangan, terutama tamu wanita yang mengidam-idamkan Evan menjadi suami mereka. Kata beruntung memang pantas di sematkan padanya mengingat Nesya hanya berasal dari keluarga yang hidup seadanya, jika di kisahkan dalam buku dongeng maka kisah Nesya mirip dengan dongeng berjudul Cinderella.
Evan terlihat tak ingin melepaskan tatapan mata yang sudah diarahkan ke target, yaitu Nesya yang dia kira adalah kekasihnya, Narra. Satu tangannya terulur dan disambut oleh tangan lembut Nesya yang masih gemetar.
Sebuah Veil yang menutup wajah cantik Nesya perlahan di singkap oleh Evan menggunakan kedua tangan, saat tatapan keduanya kembali terkunci Evan menundukkan wajah lalu mengecup dahi istrinya hingga Nesya berjingkat kaget dan seketika menarik tawa para tamu yang gemas dengan sikap malu-malu yang Nesya tunjukkan. Genggaman bunga di tangan sekaligus sebuah botol kecil pun semakin mengerat.
“Mereka tertawa diatas penderitaanku!” Batinnya kesal bercampur rasa tak berdaya.
Dari kejauhan Narra bersembunyi untuk melihat keadaan, ketika perlakuan mengejutkan Evan yang mencium adiknya itu terlihat oleh mata, tangan Narra mengepal karena tak terima.
“Selama pacaran denganku dia tak pernah sama sekali mencium ku, apakah dia se–naif itu? Hanya akan menyentuhku setelah menikah?” Sambil bergumam tiba-tiba dia teringat pada mendiang Erwin, mantan kekasihnya yang merupakan kakak dari Evan. Selama satu tahun berpacaran dengan Erwin, lelaki itu pun memperlakukannya sama seperti Evan yang menghormati dirinya sebagai seorang perempuan.
Saat itu Nesya sangat yakin pada rencananya, setelah kematian Erwin dia menjadi dekat dengan Evan dan itu mengalir begitu saja. Meski ibunya Evan yaitu Rosaline terlihat kurang suka, bukan karena status keluarga Narra melainkan sikap gadis itu yang malah memacari Evan yang notabene merupakan adiknya Erwin, kekasih Narra sebelumnya. Bahkan saat keluarga masih dalam masa berkabung setelah kepergian Erwin untuk selama-lamanya, Narra dengan santainya menjalin hubungan dengan Evan dan sudah tak terlihat bersedih lagi seperti yang selalu dia tunjukkan pada setiap acara peringatan kematian Erwin.
Hubungan Narra dan Evan pun terjalin baru enam bulan lamanya, sampai pada saat Evan menyampaikan niatnya untuk melamar Narra, dia pun merasa seperti telah sampai di ujung penantian untuk masuk ke dalam keluarga konglomerat tersebut dengan menyandang nama Maris. Keinginan Evan untuk mempersunting dirinya pun sempat mendapatkan beragam komentar dari pihak keluarga Evan, penyebab utamanya adalah karena hubungan mereka yang baru seumur jagung dan juga demi menghormati kematian sang kakak yang belum lama terjadi, akan tetapi tetap saja tak ada yang mampu menentangnya.
Selama menjalin hubungan itu tak sekalipun Narra pernah mengenalkan Evan kepada keluarganya, tak seperti saat menjadi kekasih dari mendiang Erwin, keluarga Narra sudah cukup mengenalnya dengan baik. Sampai pada saat hari dimana lamaran itu akan terjadi, Narra terpaksa meminjam rumah budenya yang jauh lebih layak dari pada rumah sempit ibunya yang selalu tercium aroma masakan dan di penuhi oleh kepulan asap, karena keluarganya menjalankan usaha catering kecil-kecilan. Evan pun hanya bertemu dengan ibu dan bude Narra saja, karena pada saat itu adiknya tengah di sibukkan pada pekerjaan kateringnya yang tak bisa di tinggal.
Di dalam rumah kecil itulah tempat keluarganya mengais rezeki, Nesya di bantu sahabatnya Sifa bertugas mengepak makanan yang siap diantar, sedangkan bagian memasak di kerjakan oleh ibunya dan juga bude. Dimana kah peran Narra? Tidak ada, karena dirinya hanya sibuk berpacaran dan merias diri agar bisa mengimbangi gaya hidup Evan yang sempurna, dia bahkan menempati sebuah apartemen mewah yang dulu pernah di berikan oleh mendiang Erwin dan Evan pun tak mempermasalahkannya. Mengenai uang untuk memenuhi gaya hidupnya berasal dari sang ibu yang bekerja keras bersama adiknya.
***
Pesta telah usai tanpa terasa, sejak awal Evan memang menginginkan sebuah pesta yang singkat saja karena dirinya yang tak begitu menyukai keramaian. Para tamu belum habis semua, namun rombongan pengantin sudah bersiap untuk meninggalkan tempat acara, Narra yang masih betah memantau dari kejauhan merasa sedikit heran sebab bukannya masuk ke lift, Evan dan Nesya malah ke arah pintu keluar.
“Mau pergi kemana mereka? Bukankah kamar sudah di siapkan untuk kamar pengantin?” Narra terheran-heran, sebuah pashmina hitam dia lilitkan di kepala hingga menutupi separuh wajahnya, lalu bergegas mengikuti pergerakan kedua pengantin baru tersebut.
Ketika Narra sudah sampai di bagian luar lobi, dia pun menjadi panik ketika melihat Evan membawa Nesya masuk ke sebuah mobil hitam metalik lalu melintas tepat di hadapannya. Merasa itu tak seperti rencana yang telah dia bicarakan dengan Evan sebelum hari pernikahan, dengan gugup dia merogoh ponselnya untuk menghubungi seseorang.
“Halo! Pengantin baru… apa ada yang tertinggal?” Suara renyah terdengar di balik ponsel yang di pegang Narra.
“Jangan bercanda, Farrel, maksudku ya ada sesuatu yang tertinggal.” Narra makin gugup hingga kehilangan kata-kata.
Teman Evan itu langsung bertanya. “Katakan saja, biar aku ambilkan. Tapi akan aku antarkan besok pagi saja ya, agar tidak mengganggu malam pertama kalian di villa, hahaha!”
‘Villa?’ Narra mulai mendapatkan petunjuk. Otaknya langsung berpikir cepat untuk mengingat villa mana saja yang menjadi kemungkinan keberadaan Evan dan Nesya nantinya. Ada banyak villa keluarga Maris yang memang dia ketahui sehingga membuatnya malah kebingungan, karena tak mungkin dia mendatangi satu persatu villa yang berada sangat jauh dari kota.
“A–aku kehilangan bunga yang tadi ku lemparkan, aku ingin itu kembali, Farrel bisa bantu aku?”
“Hahaha! Kamu ini lucu sekali, yang seperti itu saja masih ingin diminta kembali, minta saja pada Evan, satu kebun bunga pun sanggup dia berikan,” sahut Farrel yang memang sudah mengenal Narra semenjak masih berpacaran dengan kakaknya Evan.
“Euh, ngomong-ngomong Farrel, saat ini kami akan menuju ke villa mana, ya? Karena Evan main rahasia denganku.” Narra memang pandai bermain kata.
Tanpa curiga Farrel pun menjawab, “Ya villa pribadi miliknya lah, di Utara.”
“Utara? Villa pribadi? Sial! Aku baru tahu itu.”
“B–baiklah Farrel, tolong antar kesitu ya,” pinta Narra lagi, padahal bunga itu tidaklah penting, yang ingin dia ketahui hanyalah kemana Evan membawa adiknya.
“Ok! Selamat bersenang-senang!” Farrel memutus panggilan telepon setelah ucapan terakhirnya.
Dari informasi Farrel itu, Narra pun berniat untuk menyusul ke villa tersebut pada esok harinya, karena seperti rencana awal yang telah dia atur sebaik mungkin bahwa ketika Evan bangun pagi esoknya, dirinya sudah harus bertukar lagi dengan Nesya. Setelah itu terjadi dengan mulus maka Narra tinggal mengaku pada Evan bahwa semalam mereka telah melewati malam pertama dengan keindahan yang tak akan terlupakan, Evan pasti akan lupa sebab dia akan tertidur semalaman karena efek obat tidur yang sudah dia tugaskan untuk Nesya berikan. Lalu satu bulan setelahnya dia baru akan mengakui perihal kehamilannya yang sudah pasti akan di anggap sebagai hasil hubungannya dengan Evan. Rencana tersebut begitu sempurna dan harus berakhir sempurna dengan bantuan sang adik.
Sambil tersenyum dengan rencana hebatnya itu, Narra mengelus perut rata yang terdapat janin di dalamnya. ‘Tenang saja, sayang. Mama akan membuatmu terlahir sebagai putra dari seorang Evan Maris. Aku hanya harus bersabar dalam satu malam, minuman yang nantinya Nesya berikan pada Evan akan membuat semuanya menjadi mudah.”