Bagi sebagian orang pernikahan adalah awal kebahagiaan. Tapi tidak dengan pernikahan Aisyah Saraswati dan Dimas Anggara.
Pernikahan mereka berawal dari perjodohan kedua orang tua mereka atas dasar persahabatan. Sehingga Aisyah dan Dimas menjalankan pernikahan tanpa cinta.
Pernikahan tanpa cinta itu menyakitkan. Tapi Aisyah berusaha menjadi istri yang baik untuk suaminya rela dengan ikhlas menerima perjodohan ini. Namun Aisyah harus menerima kenyataan pahit kalau suami nya memiliki wanita idaman lain Maira jasmine, sahabat aisyah sendiri.
Bahkan mereka sudah berhubungan sebelum Dimas dan Aisyah menikah.
Tidak hanya itu dirinya hanya dijadikan ATM berjalan saja untuk keluarganya.
Sanggupkah Aisyah menjalani kehidupan rumah tangga seperti ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[2] Kenangan Masa Lalu
Hidup tidak seindah dan sejalan apa yang kita inginkan. Begitupun dengan apa yang di rasakan Aisyah. Menikah dengan Dimas Anggara seorang Ceo tampan dan kaya tidak menjadikan hidup Aisyah bahagia. Bahkan, terasa kosong sepi dan hidup seperti di neraka.
Seperti saat ini Aisyah sedang menunggu kepulangan Dimas.
Waktu menunjukan jam 10 malam tetapi Dimas belum juga pulang. Setelah perdebatan mereka tadi pagi, sepertinya sosok lelaki 30 tahun itu enggan pulang ke rumah.
Aisyah teringat 1 tahun yang lalu saat pernikahan ini terjadi. Saat itu Ayah nya sedang terbaring sakit di rumah sakit meminta Aisyah untuk segera menikah.
......................
1 Tahun yang lalu
"Aisyah Ayah mohon supaya kamu menikah dengan anak teman Ayah, yah? Ayah ingin melihat pernikahan kamu, Nak. Sebelum Ayah di panggil sang pencipta " ujar Ayah Aisyah Bramastya.
"Ayah pasti sembuh, Insyaalloh Ayah pasti akan melihat pernikahan Aisyah bahkan sampai Aisyah memiliki anak jadi jangan berpikir seperti itu, hiks hiks".
"Tapi Nak, Dokter mengatakan umur Ayah tidak akan lama lagi".
"Shuutt Ayah, umur ga ada yang tahu. Jadi sebaiknya ayah istirahat aja yah jangan terlalu banyak berpikir. yang terpenting bagi Aisyah adalah kesehatan Ayah".
Setelah mengatakan hal itu Bramastya tertidur.
" Bun, Aisyah pergi keluar sebentar nya mau nyari makanan buat kita" ucap Aisyah kepada Ibunya yang saat itu sedang mengaji.
"Tunggu Aisyah, apakah sebaiknya kamu memikirkan keinginan Ayah mu itu. Bunda hanya takut itu adalah permintaan terakhir Ayahmu"
"Entahlah bunda, Aisyah belum siap untuk menikah"
"Coba,." sebelum Bunda menyelesaikan kalimat nya, tiba - tiba bunyi mesin kehidupan menandakan bahwa Ayah sedang tidak baik - baik saja.
"Ayah, Ayah apa yang terjadi,, tolong Dokter tolong Ayah ku" Aisyah berlari ke luar ruangan mencari Dokter. Tidak lama kemudian Dokter pun tiba bersama perawat lain nya.
"Ibu maaf, tolong tunggu di luar sebentar" ujar seorang perawat kepada Aisyah dan bundanya.
"Tapi suster, Ayah saya tidak apa-apa kan?"
"Berdoa saja yang terbaik saat ini Bapak Bramastya sedang dalam kondisi kritis" ucap suster itu
"Ya Allah sembuhkan lah Ayah hamba, hiks hiks" Aisyah dan bundanya pun keluar dari ruangan itu
Tiba - tiba dari arah samping kiri beberapa orang datang menghampiri Sonya (Ibunya Aisyah)
"Maaf Sonya, bagaimana keadaan Bram?" Lelaki paruh baya yang datang bersama istri nya dan juga seorang pemuda yang seperti nya anak dari pasangan itu.
"Edmund, Ruli terima kasih sudah datang, Bram barusan sedang di tangani Dokter karena tiba-tiba dia kritis" Jawab Sonya Ibu Aisyah.
"Yang sabar yang kuat Djeng Sonya, semoga tidak terjadi apa-apa kepada Bram dan Bram lekas pulih biar bisa berkumpul kembali bersama keluarga" Jawab Ruri istri dari Edmund sahabat Bramastya dan Sonya.
"Terima kasih"
POV AISYAH
Setelah menunggu cukup lama akhirnya Dokter keluar juga.
"Bagaimana keadaan Ayah saya Dokter?" Aku langsung menghampiri Dokter menanyakan keadaan sang Ayah.
"Alhamdulillah Bapak Bramastya saat ini kondisi nya sudah stabil, mohon di jaga perasaan nya yah dan kurangi pikiran yang membuatnya stres" Jawab dokter.
"Terima kasih Dokter"
"Sama-sama, saya permisi semuanya"
"Baik dokter"
Aku memikirkan apa yang di katakan Dokter. Apakah Aku harus mengabulkan permintaan ayah tadi Aku bingung,
"Aisyah kemarilah" bunda memanggil
"Ada Apa bunda?" tanyaku
"Ayahmu memanggil" Jawab Bunda ku
"Aisyah?" ucap Ayah
"Ada Apa ayah? apakah Ayah butuh sesuatu?" tanyaku sambil menggenggam tangan Ayah yang terasa dingin.
"Aisyah kabulkan permintaan ayah yah?"
"Baiklah Ayah" jawabku pada akhirnya. Aku berharap pernikahan ini walaupun pada awalnya terpaksa aku akan berusaha menerima dengan ikhlas dan berusaha menjadi istri yang baik untuk calon suamiku.
Saat ini ruangan rawat Ayah di sulap sedemikian rupa supaya bisa di jadikan tempat untuk ijab kobul. Tidak ada persiapan apapun seperti hal nya persiapan pernikahan pada umumnya, persiapan nya begitu singkat bahkan penghulu yang akan menikahkan kami segera di hubungi oleh Om Edmund untuk datang secepatnya ke ruangan rawat Ayah.
Sekarang di ruangan ini Aku dan Mas Dimas sebagai pengantin nya, kedua orang tuaku dan Mas Dimas serta beberapa saksi dari kalangan Dokter dan Perawat.
Ketika penghulu sudah datang maka ijab kobul akan segera di mulai. Mas Dimas di bimbing langsung oleh penghulu, "Saya nikahkan ananda Aisyah Saraswati bin Bramastya dengan Dimas Anggara dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar Tunai!"
"Saya terima nikah dan kawin nya Aisyah Saraswati bin Bramastya dengan mas kawin tersebut di bayar Tunai" ucap Dimas dengan sekali nafas mengucapkan ijab kobul.
Gimana para saksi " Sah...!" para saksi berteriak Sah. Aku dan Mas Dimas sudah resmi menjadi sepasang suami istri.
Detik itu juga Aku menikah dengan Dimas Anggara anak dari sahabat kedua orang tuaku Om Edmund dan tante Ruli. bahkan mengenal saja belum karena sepanjang Aku menunggu Ayah di tangani Dokter tadi pemuda itu tidak mengatakan apapun hanya sibuk dengan benda pintar milik nya itu.
Aku tak kuasa menahan tangis manakala mas Dimas mengucapkan ijab qobul pada saat itu juga ayah menghembuskan nafas terakhirnya. Aku kehilangan cinta pertama pertamaku.
Flashback End
...****************...
Masa Kini
Tak terasa Aku meneteskan air mata saat mengingat peristiwa yang seharusnya menjadi moment membahagiakan tetapi juga moment kesedihan karena Aku juga kehilangan cinta pertama ku. Ayah semoga engkau tenang di alam sana.
Entah berapa lama Aku menunggu kepulangan mas dimas. Sepertinya ia tidak pulang, Aku melirik jam dinding dan ternyata sudah jam 1 malam. Sebenarnya kemana kamu mas?.
Rasa kantuk datang menghampiri bersamaan dengan angin malam Aku tertidur di sofa. Aku berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dengan suamiku.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kasian bastian. sadboy.. 😢😢
manusia berkepala ular ...
licik ,ayo thor jangan lma2 kebusukan dimas disimpan...
lanjut
jangan lg ditunda ...
sudah cukup ,1.thn waktu yg
aisyah jalani ,gk ad kebaikan kedepan nya ,