NovelToon NovelToon
Pamit

Pamit

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Cerai
Popularitas:606.3k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bagaimana perasaanmu jika jadi aku? Menjadi istri pegawai kantoran di sudut kota kecil, dengan penghasilan yang lumayan, namun kamu hanya di beri uang lima puluh ribu untuk satu minggu. Dengan kebutuhan dapur yang serba mahal dan tiga orang anak yang masih kecil.
Itulah yang aku jalani kini. Aku tak pernah protes apalagi meminta hal lebih dari suamiku. Aku menerima keadaan ini dengan hati yang lapang. Namun, semua berubah ketika aku menemukan sebuah benda yang entah milik siapa, tapi benda itu terdapat di tas kerja suamiku.
Benda itulah yang membuat hubungan rumah tangga kami tak sehat seperti dulu.
Mampukah aku bertahan dengan suamiku ketika keretakan di rumah tangga kami mulai nampak nyata?
Jika aku pergi, bisakah aku menghidupi ke tiga anakku?
Ikuti perjalanan rumah tangga ku di sini. .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Suami Tak Pengertian

Pekerjaan ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tak pernah dipandang oleh sebagian besar orang, terutama oleh pria. Mereka selalu menganggap bahwa kami adalah pengangguran. Pekerjaan yang tak ada habisnya dari pagi hingga bertemu pagi lagi.

Dengan tiga orang anak yang masih kecil seperti aku, bukan pekerjaan yang mudah jika harus mengerjakan semuanya seorang diri. Hal itu selalu di protes oleh mas Anang saat pulang kerja dan mendapati rumah yang di penuhi mainan berserakan, tumpukan baju yang belum aku setrika, atau cucian piring yang masih menggunung di dapur.

"Kerjaan kamu di rumah ngapain sih dek, masak setiap aku pulang ada aja yang belum beres?" Protes mas Anang saat aku baru saja melahirkan si bungsu, Anin.

"Mas, aku apa-apa ngerjain sendiri. Anak kita ada tiga mas, mungkin aku bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dengan cepat tapi anak kita nggak keurus. Aku harus bagi waktu dengan ketiga anak kita dan kerjaan rumah. Itu nggak gampang mas. Belum lagi anak kita si bungsu, di usianya yang segitu dia lagi banyak-banyaknya butuh asi," jawabku dengan lembut.

Sumpah Demi apapun yang ada di dunia ini beserta isinya, aku selalu bicara lembut pada mas Anang meskipun aku sedang marah dan kesal padanya seperti sekarang ini. Aku menghargainya sebagai suami dan juga surgaku. Meskipun dia tak pernah melihat betapa susah dan riweh nya aku mengurus tiga anak sendirian.

"Kamu kalau anak-anak tidur semua juga ikut tidur kan? Mangkanya kerjaan rumah nggak pernah beres."

"Astaghfirullah mas, bagaimana bisa aku tidur siang kalau jam tidur Alif sama Agil aja beda. Kamu kan tahu sendiri kalau kamu libur kerja, jam tidur mereka beda. Kenapa kamu masih tanya mas?"

Hari-hari ku selalu saja di penuhi dengan aksi dan kata pembelaan untuk diriku sendiri. Sekekeh apapun aku menjelaskan, mas Anang tak akan pernah bisa mengerti sebelum dia bersedia bertukar tempat dengan ku.

Hari-hari ku tak mudah setelah menjadi istri mas Anang. Jika dahulu aku bisa memanjakan diriku ke salon, maka tidak untuk enam tahun belakangan ini. Sejak menikah, aku diminta berhenti bekerja oleh mas Anang. Aku iyakan saja, karena jujur aku senang mas Anang melarangku bekerja. Itu artinya dia sayang padaku, dan dia pun mengatakan akan memenuhi seluruh kebutuhan termasuk ke salon untuk merawat diri.

Namun, semua berubah saat satu tahun usia pernikahan kami. Ayah mertuaku meninggal dunia, dan dengan entengnya, ibu mertuaku mengatakan bahwa kehidupan dirinya dan juga anak bungsunya di tanggung oleh mas Anang selaku anak sulung.

Padahal ibu tahu bahwa mas Anang masih menjadi karyawan biasa dengan pendapatan yang cukup untuk kami bertiga, kala itu anakku masih satu. Sempat aku layangkan keberatan ku kala itu.

"Bu. Kan masih ada Galuh, dia lebih sukses dari mas Anang, dia punya usaha di kota besar. Maskudku, tidak seharusnya ibu menumpahkan segala tanggung jawab ke mas Anang. Bukannya apa-apa bu, tapi alangkah baiknya kalau Galuh juga diikutsertakan dalam menanggung biaya hidup dan kuliah Fadil. Kalau mas Anang semuanya, jelas itu keberatan untuk mas Anang bu."

"Kok kamu jadi atur saya. Galuh punya dua anak yang masih kecil Yu. Kehidupan di kota mahal, lagipula Anang kan anak sulung. Dia yang jadi pengganti ayahnya. Bilang aja kalau yang keberatan itu kamu. Pakai bawa-bawa anak saya. Ibu yakin Anang bersedia kok nanggung hidup kami juga. Iya kan Nang?"

Suamiku hanya mengangguk kala itu. Meskipun aku tahu dia keberatan, tapi mungkin saja dia tak ada pilihan. Karena keras kepalanya ibu yang tak ada obat hingga sekarang.

Dan apa yang aku takutkan benar-benar terjadi. Hidupku jadi pontang panting karena perekonomian kami yang jadi berkurang. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk berjualan karena yang yang diberikan mas Anang tidak lagi cukup seperti dahulu. Tentu saja itu terjadi karena anggota keluarga kami yang bertambah.

"Dek ini uang buat bayar daftar sekolah Alif ya. Ini aku ambil dari jatah ibu dan Galuh. Jadi sebulan kedepan aku hanya bisa kasih kamu separuh dari biasanya ya," kata suamiku dengan entengnya.

"Ya Allah mas, kamu hanya kasih aku dua ratus ribu perbulannya. Itu aja aku harus tambah pakai uang pribadi aku dari jualan. Terus kamu bulan depan mau kasih seratus ribu aja? Mas, pikirin kita juga dong mas. Kalau kamu kurangi jatah aku, gimana caranya aku nambahinnya mas."

"Ya dari jualan kamu dek. Pasti bisa kok. Hanya sebulan aja."

Aku diam, rasanya tak perlu lagi menjawab apa yang diucapkan suamiku. Rasanya sangat sulit untuk membuka logikanya bahwa aku ini harus jungkir balik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Aku tidur dengan membelakangi suamiku, karena mataku sudah berembun dan tak dapat ditahan lagi agar tak menetes. Aku sangat nelangsa dengan kehidupan yang akun jalani. Aku tetap harus banting tulang agar kebutuhan ku tercukupi. Dan mas Anang sekaan buta dengan apa yang aku lakukan. Di masih saja membela ibunya yang hanya benalu buatku.

Bukannya aku kurang ajar, tapi apa yang beliau lakukan sangatlah tidak adil bagiku. Ah sudahlah, tidak ada habisnya jika aku memikirkan beliau. Lebih baik aku memilih bagaimana caranya agar aku bisa memperbanyak uang, agar aku tak bingung saat anak-anak ku sudah sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Saat Alif baru masuk TK saja jatahku di kurangi. Bagaimana kalau nanti masuk SD?

*

Hari ini aku akan ke sekolah untuk mendaftarkan anakku menjadi murid di TK. Untunglah jarak rumah dan sekolah sangat dekat, jadi tak perlu tambahan biaya. Cukup dengan berjalan kaki saja sudah sampai.

Aku mengajak serta kedua adik Alif, karena memang tak ada yang bisa aku mintai bantuan untuk menjaga mereka atau salah satu dari mereka. Rumahku memang dekat dengan ibu mertuaku, tapi sayangnya beliau tak terlalu sayang atau peduli dengan anak-anakku. Yang beliau sayangi hanya cucu dari Galuh.

Ya, hanya karena aku yatim piatu dan tak punya apa-apa, ibu mertuaku memandang rendah diriku. Berbeda dengan istri Galuh yang berasal dari kota, kaya raya dan lebih segalanya dariku.

Jika kalian bertanya bagaimana bisa aku menikah dengan mas Anang sementara ibuya tak suka padaku. Jawabannya adalah karena dahulu mas Anang sangat mencintai ku, bertahun-tahun lamanya mas Anang mempertahankan aku dan berusaha untuk meluluhkan hati ibunya. Dan usaha mas Anang tak sia-sia, meskipun dengan terpaksa, kedua mertuaku akhirnya mengizinkan kami menikah.

"Permisi mbak maaf, ini saya harus kemana ya kalau mau daftar?" tanya seorang wanita yang belum pernah aku jumpai selama enam tahun aku tunggal di ujung kota ini.

"Oh masuk sini aja mbak, saya juga baru selesai daftar kok. Mbak orang baru kah di sini?" tanyaku penasaran.

"Iya mbak. Saya tinggal di kontrakan ujung sana. Kebetulan suami dipindah tugaskan ke sini," balas wanita itu dengan menunjukkan arah rumah yang sudah lama kosong.

"Oh gitu, kenalin saya Ayu. Rumah saya di depan sana, yang halaman luas dan ada etalase jualan." Tak lupa aku menyodorkan tangan untuk berkenalan.

"Saya Risa. Senang bisa kenalan dengan mbak."

Aku tersenyum dan pamit pulang telebih dahulu, karena urusan ku selesai dan aku harus mengurus rumah yang masih acak adut.

1
Jessica
Luar biasa
UfyArie
50 ribu seminggu ini tahun berpa
meris dawati Sihombing
Hahhh, umur 25 dah jd Dokter spesialis?? yg bener???H suka2 mu lah thorrr
niken babyzie
kuliah fadil gak kelar2 yah thorrr
niken babyzie
nenek2 laknat
niken babyzie
campur racun sekalian
meris dawati Sihombing
Haluuuu, 1 minggu cuma 50 rebu
niken babyzie
judul novelnya cocok di beri judul.. ternyata aku baru sadar telah menikahi suami pelit
niken babyzie
mokondo
Ratnasihite
kocak nih alif udah tau suka sama suka😄😄
Ratnasihite
Luar biasa
yuyunn 2706
bodoh ayu,kasusin itu mantan mertua biar kapok
yuyunn 2706
kok ndridil anaknya,kan bs KB
Mastina Maria siregar
novelmu sukses bikin aku mewek Thor...
ceritanya sperti di dunianya nyata.
Mastina Maria siregar
dr awal baca sampe bab ini suka,,mewek trust,seolah olah saya yg mengalaminya.alurnya bagusjg penggunaan bahasanya.pokoknya suka,
Mastina Maria siregar
sperti di dunia nyata,sedih Thor...
Sulati Cus
jgn2 si jaga cosplay nya si rifki
Sulati Cus
😂😂😂 g mungkin lah jd Winda yg mau sm suami orang lah Wong yg bujang aja msh banyak
Sulati Cus
kyknya jodoh nih eh apa si jaka lg nyamar ???
Sulati Cus
mase keknya pgn di tabok bolak-balik nih, cantik jg perlu modal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!