NovelToon NovelToon
Dia Suamiku

Dia Suamiku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Badboy / Patahhati
Popularitas:6.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yutantia 10

Sejatinya, pernikahan adalah suatu ibadah dan kebahagiaan yang harus dikabarkan. Tapi tidak bagi Mila dan Elgar. Pernikahan siri mereka hanya diketahui oleh mereka berdua dan orang tua Mila dikampung.



"Ingat, pernikahan kita atas dasar saling membutuhkan. Aku membutuhkan kepuasan, dan kamu membutuhkan uang. Jadi jika salah satu diantara kita sudah merasa tidak butuh, kita berakhir." Itulah kata kata yang selalu Elgar ucapkan.

"Lebih dari uang yang aku butuhkan, aku butuh cintamu." Kata kata yang hanya mampu Mila ucapkan dalam hati, tapi tak pernah bisa dia lafalkan.

Saat berdua, mereka adalah suami istri. Tapi saat ada orang lain, mareka adalah dua orang asing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KABAR BURUNG

Mila menghela nafas lega setelah berhasil keluar dari ruangan Elgar. Untung saja tadi tak sampai ketahuan, kalau tidak, namanya pasti buruk. Dia pasti dicap sebagai og murahan yang mau digrepe ***** bos. Jadi bahan gosip satu kantor, dan yang paling parah, bakal dibully habis habisan.

Mila berjalan gontai menuju pantry. Tapi sial, dia malah berpapasan dengan Pak Bas. Niat hati ingin berbalik dan kabur, tapi Pak Bas sudah terlanjur melihatnya.

"Mila." Panggil Pak Bas.

Karena sudah tak bisa menghindar, terpaksa Mila menghadapi abg tua itu.

"Iya Pak."

Seperti biasa, mata nakal Pak Bas selalu melotot jika berhadapan dengan Mila.

"Kamu habis makan apa Mil?"

"Saya gak habis makan apa apa. Belum makan malahan." Jawab Mila sambil membersihkan area mulutnya. Takut ada kotoran hingga Pak Bas berkata demikian.

"Wahhh ...kebetulan. Makan siang diluar sama saya yuk." Ajak Pak Bas sambil mengedipkan sebelah matanya. "Saya traktir makan enak. Kamu bisa makan sepuasnya, bisa take away juga kalau mau."

Sial, batin Mila. Bisa bisanya dia terjebak dengan pertanyaan Pak Bas.

"Maaf Pak, saya udah bawa bekal."

"Bekalnya kasih ke temen kamu aja. Mending kita makan enak diluar." Rayu Pak Bas sambil meraih pergelangan tanga Mila.

"Gak usah pegang pegang ya pak." Seru Mila sambil menarik tangannya.

"Hehehe.....sory sory. Galak amat sih." Ujar Pak Bas sambil menyeringai kecil.

"Mau ya. Sekalian shoping deh. Kamu bisa belanja apa aja yang kamu mau."

Mila mendengus kesal. Abg tua itu memang tak tahu diri. Sudah ditolak berkali kali masih saja tak kenal putus asa.

"Maaf Pak, saya disuruh mbak Gisel foto kopi barusan. Jadi maaf, saya harus segera pergi." Bohong Mila.

"Halah gak usah bohong kamu. Barusan saya ketemu Gisel, dia minta ijin pulang awal karena anaknya sakit."

"Sial," batin Mila. Dari sekian banyak staf kenapa pula dia malah menyebut nama Gisel.

"Sudah gak usah mikirin alasan lain. Kita makan diluar ya?"

"Mila, untung ketemu kamu disini." Tiba tiba saja, Dion datang bak dewa penolonh. "Tolong fotokopiin ini di divisi pemasaran atau lainnnya. Mesin fotokopi disini rusak." Dion menyerahkan map berisi berkas untuk difotokopi ke tangan Mila.

"Heh, kamu siapa nyuruh nyuruh Mila." Pak Bas mengambil berkas dari tangan Mila dan menyerahkan balik pada Dion. "Mila ada kerjaan lain, kamu aja yang fotokopi." Bentar Pak Bas.

"Maaf Pak, saya harus keluar untuk membeli obat , di suruh Mas Farel. Dia ambiennya kumat."

Pak Bas tampak menghela nafas berat. Kesal pada Dion yang merusak rencananya.

Mila tak mau membuang kesempatan. Dia segera meraih map ditangan Dion.

"Saya pergi dulu Pak." Buuru buru dia mengambil langkah seribu.

"Saya permisi dulu pak." Pamit Dion.

"Pergi sana." Hardik Pak Bas. Pria tua itu tampak sangat kesal. Dia tak pernah menyangka jika untuk menaklukkan seorang og saja, bisa sesusah ini. Bahkan Mila tak mempan sama sekali dirayu dengan uang.

...******...

Mila berdiri didepan mesin fotokopi sambil mengerjakan tugasnya dengan baik. Beruntung mesin sedang tidak digunakan, jadi dia tak perlu mengantri dulu. Tak jauh darinya, tampak beberapa staf perempuan sedang asyik mengobrol. Sepertinya, pekerjaan didivisi ini lebih santai dibanding divisi tempatnya keberja.

Mila jenis cewek yang cuek. Dia sama sekali bukan tipe kepo yang mau tahu obrolan orang lain, terutama orang yang tak dikenalnya. Tapi saat mereka menyebut nama Elgar. Jiwa kepo Mila meronta ronta. Dan mau tidak mau, dia memasang telinga untuk mendengarkan orolan mereka.

"Lo gak salah dengerkan? ceweknya Pak Elgar mau pulang?"

"Beneran. Makanya gue gak semangat buat acara gala diner anniversary perusahaan bulan depan. Katanya, selain acara anniv perusahaan, acara itu juga sekalian pertunangan mereka."

"WHAT!"

Kertas yang Mila pegang seketika terjatuh dan langsung berserakan. Buru buru dia memungutinya dan menyusun kembali.

"Heh, kalau kerja itu yang bener. Ngelamun lo, sampai jatuh semua kayak gitu." Ujar salah satu staf perempuan yang memgobrol tadi.

Mila tak menanggapi ucapan wanita itu. Saat ini, hati dan pikirannnya sedang tertuju pada Elgar.

Elgar akan bertunangan? Apa ini artinya, dia akan segera disingkirkan?

Selesai memfotokopi dan menyerahkan berkas tersebut , Mila kembali ke pantry. Pantry dalam keadaan kosong, mungkin semua orang sedang sibuk. Dia mengambil segelas air putih dan meneguknya hingga habis. Saat ini,pikirannya sedang kacau. Apalagi kalau bukan gara gara gosip pertunangan Elgar.

"Eh, lo disini Mil. Kata Dion lo ke divisi pemasaran?" Tanya Reni yang baru datang.

"Baru selesai." Jawab Mila pelan.

"Eh, lo kenapa, lemes banget kayaknya? Belum makan siang lo?" Reni menarik kursi lalu duduk didepan Mila.

Makan? Mila bahkan tak ingat lagi kalau dia belum makan siang. Yang ada diotaknya saat ini, hanya Elgar, Elgar, dan Elgar.

"Eh, leher lo kenapa Mil?" Tanya Reni sambil menyibak sedikit kerah baju Mila.

"Kenapa emang?"

"Ada merah merah. Kayak bekas cupangan."

Deg

Jantung Mila seperti merosot ke perut seketika. Buru buru dia merapikan kerah seragamnya. Bisa bisanya dia tak sadar jika El meninggalkan kissmark dilehernya.

"Pantesan tadi leher gue gatel banget. Kayaknya digigit semut." Bohong Mila.

"Kayaknya bukan semut deh." Reni kembali menyibakkan kerah kemeja Mila untuk melihat lebih jelas tanda merah kebiruan itu.

Mila membiarkan saja Reni mengamati tanda tersebut. Karena semakin ditutupi, akan semakin mencurigakan.

"Gak bentol kok Mil. Merah doang, persis bekas ci pokan."

"Sok tahu lo. Emang lo pernah ci pokan?" Tanya Mila sambil tertawa. Lebih tepatnya, tawa untuk menyembunyikan kegugupannya.

"Gak pernah sih. Tapi aku ngertilah. Tetangga kos aku yang kerja jadi pemandu lagu sering tuh, pulang pulang ada bekas kayak gini."

"Masak sih?" Mila pura pura kepo. Dia berharap Reni membahas tetangganya dan melupakan tentang tanda merah dilehernya.

"Ya gitu deh. Eh, tunggu tunggu." Reni tiba tiba membelalakkan matanya.

"Kenapa?"

"Kata Dion, lo tadi ketemu Pak Bas. Lo gak habis di cipokk Pak Bas kan?" Reni buru buru menutup mulutnya yang menganga.

"Dih, apaan sih. Ya enggaklah. Berani dia nyipokk gue, gue pastiin tuh mulut gak bisa makan selama sebulan." Jawab Mila sambil bersungut sungut.

"Terus, dicipokk siapa lo. Pak Elgar?"

Deg

Mila serasa kembali kena serangan jantung. Hari ini sungguh hari yang luar biasa. Dia harus senam jantung berkali kali.

"Estt....Gak mungkin Pak Elgar." Reni menjawab sendiri pertanyaannya. "Biarpun lo cantik, tapi lo bukan tipe dia. Mana mungkin orang seperfeksionis Pak Elgar mau sama office girl."

Hati Mila seakan diremas remas mendengarnya. Kenyataan yang selama ini tak mau dia terima. Kenyataan jika Elgar tak mencintainya dan hanya butuh kepuasan darinya.

"Eh lo gak tahukan pacarnya Pak Elgar. Lo belum kerja disini saat dia sering kesini dulu. Cantik banget pacarnya. Sekarang sedang lanjut S2 di US. Anaknya Pak Rendra. Pemilik saham terbesar kedua disini setelah Pak Dirga, bokapnya Pak Elgar."

Reni tampak bersemangat menceritakan tentang Elgar. Tanpa dia sadari, ada hati yang terluka.

"Kabarnya, mereka akan segera menikah. Gila, dua orang kaya raya akan menikah. Bisa dibayangin gimana mewahnya pesta pernikahan mereka. Kalau mereka punya anak nih, pasti pas lahir gak pakai nangis. Tapi langsung ketawa, karena bayi sultan. Hartanya unlimited."

Mila meremat celananya. Sesakit ini rasanya mendengar kenyataan tentang suaminya. Elgar memang mempunyai kehidupan sendiri yang tak bisa disentuh oleh Mila. Karena Mila tak berhak mengatur hidup El. Mila memang istrinya El. Tapi hanya istri untuk memenuhi kebutuhan biologisnya saja. Karena pernikahan mereka, tak seperti pada umumnya.

1
Hatiyatul Aini
Luar biasa
Hatiyatul Aini
Lumayan
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
baca untuk kedua kalinya dan entah kenapa ngerasa kayak kisahnya FF & RK, pisah karena dipaksa keadaan selalu ga pernah mudah, sedih bgt 🥺😭
fujichen
ingat Mila yg sebelah berani pintar
fujichen
cerei ajh
ᥫ᭡fa: kak coba baca cerita ku yuk "Introspeksi" dan menurut kk gimana ceritanya yuk yuk ditunggu ya
total 1 replies
hafizzul iqrom
nyesek bgt😭😭😭
Novia Azzam Laqif
agak kecewa sama Elgar, tidak bisa menghargai perasaan mila 🥲
Syahrini Cacha
Luar biasa
fujichen
baru kali ini ada calon CEO kere
Fazira Aisyah: awalnya mahu mampir, klo dah ada komenan kyk gini, jadi wurung
yutantia 10: Kenapa sih, pada salfok sama cerita ini. Udah disebutkan jika Elgar itu anak CEO, bukan CEO. Dan dia sedang berusaha untuk mendapatkan jabatan sebagai CEO
total 2 replies
Runik Runma
/Sob//Sob//Sob/
Runik Runma
kasihan
Obby Satrio
Luar biasa
Yus Anwar
/Grin//Grin//Grin/ sigap sekali si Reni
Nora Jay
terbaik. congratz author. /Smile/
Titin Pangestuti
cerita jahat banget Thor 😭AQ nangis sampe kejer😭😭😭
Titin Pangestuti
Luar biasa
Mei Saroha
ngga ada yg rela Mila dg Elgar 😆😄
Qillah julyan
otw thor
Qillah julyan
whattt..????knp tdk bisa cerita el...apa km kira mila itu batu??
Qillah julyan
pasti itu si pak bas
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!